Minggu, 15 Juli 2018

SPIK "PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW DI MAKKAH"

PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH DI MEKAH
(610-622 M.)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sejarah Pendidikan Islam”
Yang diampu oleh Hawwin Muzakki, M.Pd.I





Disusun oleh:
  Dandi 210317232
Fauzan Aqib Nur Aziz 210317317
Mualifah Khoirunnisa 210317316
Shokibul Latoiful Minalillah 210317331


Kelompok 2. PAI. J
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2018



DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Materi dan Kurikulum 4
1.2 Tujuan Pendidikan Islam Masa Rsulullah di Mekah 5
1.3 Proses Pendidikan Islam Masa Rasulullah di Mekah 7
1.4 Metode Pendidikan Islam Masa Rasulullah di Mekah 9
1.5 Evaluasi 11
1.6 Lembaga Pendidikan 16
1.7 Landasan Pendidikan 17
1.8 Sumber Pengetahuan 19
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan 22
1.2 Daftar Rujukan 23








BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian tentang pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW. sangat penting untuk ditelaah kembali sebagai rujukan dan pijakan dalam melaksanakan pendidikan pada masa kini dan asa yang akan datang, agar norma-norma dan nilai-nilai ajaran Islam tetap utuh selamanya. Hal ini dikarenakan figure Rasulullah SAW. sebagai pendidik atau guru merupakan acuan dan panduan bagi umat Islam dalam melaksanakan pendidikan Rasulullah SAW. adalah pendidik pertama dan utama.
Al-Quran dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama dan utama karena memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT. Menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia, sehingga kandungan mengenai pendidikan telah termaktub dalam wahyu-Nya. Tidak satu pun persoalan, termasuk persoalan pendidikan, yang luput dari jagkauan Al-Quran. Allah SWT. Berfirman dalam Surah Al-An’am (6) ayat 38, “Tiadalah kamu alpakan sesuatu pun di dalam Al-kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”
Hasil pendidikan Islam pada masa Rasulullah SAW. tampak dari kemampuan murid-muridnya (para sahabat) yang luar biasa. Misalnya, Umar bin Khaththab yang dikenal sebagai ahli hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah sebagai ahli hadis, Salman Al-Farisi sebagai ahli perbandingan agama, dan Ali bin Abi Thalib sebagai ahli hukum dan tafsir. Kesinambungan pendidikan Islam yang dirintis Rasulullah SAW. berlanjut sampai pada masa tabi’in, dan terbukti dengan banyaknya ilmuwan Islam pada generasi tersebut.
Dalam makalah ini dibahas tentang asal mula pendidikan Islam yang dilaksanakan Rasulullah di Mekah, yang dapat dijadikan  koreksi, refleksi, atau menengok kembali tema-tema tersebut sehingga dapat dijadikan pegangan, pedoman, dan acuan bagi semua orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Yang pada akhinya menjadi bekal untuk dapat merespon tantangan perubahan pada era milenial seperti sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kurikulum pendidikan Islam pada masa Rasulullah periode Makkah ?
2. Bagaimana system pendidikan pada masa Rasulullah periode Makkah?
3. Apa sumber pengetahuan pada masa Rasulullah periode Makkah?

C. Tujuan
1. Mengetahui kurikulum pendidikan Islam pada masa Rasulullah periode Makkah
2. Mengetahui system pendidikan pada masa Rasulullah periode Makkah
3. Mengetahui sumber pengetahuan pada masa Rasulullah periode Makkah


















BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum Pendidikan Islam
1. Materi dan Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah di Mekah adalah Al-Qur’an, yang Allah SWT. wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam pada saat itu. Oleh karena itu, dalam praktiknya kurikulum tersebut tidak hanya logis dan rasional, tetapi juga secara fitrah dan pragmatis.
Pada fase Mekah, materi pendidikan difokuskan pada hal-hal berikut.
a. Materi yang diajarkan hanya berkisar ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat pendek dan petunjuk Rasulullah SAW. yang dikenal dengan sunnah dan hadis.
b. Materi pengajarannya menitikberatkan pada keimanan, ibadah, dan akhlak.
Pendidikan keimanan yang menjadi pokok pertama adalah beriman kepada Allah Yang Maha Esa, beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah, penerima wahyu Al-Quran sebagai petunjuk dan pengajaran bagi seluruh umat manusia.
Pendidikan ibadah yang diperintahkan di Mekah adalah shalat, sebagai pernyataan mengabdi kepada Allah, ungkapan syukur, membersihkan jiwa, dan menghubungkan hati kepada Allah SWT.
Pendididkan akhlak, Nabi mengajari penduduk Mekah yang telah masuk Islam agar melaksanakan akhlak yang baik, seperti adil, menepati janji, pemaaf, tawakal, bersyukur atas nikmat Allah, tolong menolong, berbuat baik kepada ibu bapak, memberi makan orang miskin dan orang musafir, dan meninggalkan akhlak yang buruk.
Pelaksanaan pendidikan tauhid tersebut diberikan oleh nabi Muhammad SAW kepada umatnya dengan cara yang sangat bijaksana, dengan menuntun akal pikiran untuk mendapatkan dan menerima pengertian tauhid yang diajarkan, dan sekaligus beliau memberikan teladan dan contoh bagaimana pelaksanaan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari secar konkret. Kemudian beliau memerintahkan agar u matnya mencontoh praktik pelaksanaan sesuai dengan apa yang dicontohkannya.
2. Tujuan Pokok Pembinaan Pendidikan di Mekah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di Kota Mekah adalah pendidikan tauhid yang menitikberatkan penanaman nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu Muslim agar dalam jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehiudpan sehari-hari. Menurut Hanun Asrohah (1999: 14), ada dua bidang pokok yang digarap oleh Rasulullah dalam memberikan pembinaan umat Islam di Mekah, yaitu sebagai berikut.
a. Pendidikan Tauhid dalam teori dan Praktik
Intisari pendidikan Islam di Mekah adalah ajaran Tauhid yang menjadi perhatian utama Rasulullah. Pada saat itu masyarakat jahiliyah banyak menyimpang dari ajaran tauhid yang telah dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s. Pokok-pokok ajaran tauhid tercermin dalam Q.S. Al-Fatihah berikut.
1) Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya. Oleh sebab itu, Dialah yang berhak mendapatkan segala pujian.
2) Allah telah memberikan nikmat, segala keperluan bagi mahkhluk-Nya, dan khusus manusia ditambah pentunjuk dan bimbingan agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
3) Allah adalah raja pada hari kemudian yang akan memperhitungkan segala amal perbuatan manusia di dunia ini.
4) Hanya Allah satu-satunya yang patut disembah. Hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian ditujukan.
5) Allah adalah penolong yang sebenarnya maka hanya kepada-Nya manusia meminta pertolongan.
6) Allah membimbing dan memberikan petunjuk kepada manusia dalam mengarungi kehidupan dunia yang penuh rintangan, tantangan, dan godaan.
b. Pengajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran Islam uang disampaikan Nabi Muhammad SAW. Kepada umat agar menjadi milik umatnya secara utuh dan sempurna, yang selanjutnya akan menjadi warisan turuntemurun dan menjadi pedoman hidup bagi kaum Muslim sepanjang zaman. Sesuai dengan sabda Rasulullah, “Aku tinggalkan dua perkara, apabila kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.” 
3. Proses Pembinaan Pendidikan
Tahapan pendidikan Islam periode Mekah terbagi menjadi:
a. Tahapan sembunyi-sembunyi
Dengan diturunkannya wahyu pertama, Rasulullah mulai membimbing dan mnedidik umatnya. Pada awalnya beliau melakukan dengan cara diam-diam di lingkungan sendiri, di antara orang-orang terdekatnya. Rumah Arqam bin Abil Arqam menjadi lembaga pendidikan Islam Islam pertama sebagai tempat pertemuan Rasulullah SAW. dengan sahabat-sahabatnya dan pengikut-pengikutnya. Di sanalah Rasulullah SAW. mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam dan
membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al-Qur’an.
b. Tahap terang-terangan
Setelah tiga tahun, turun wahyu agar Rasulullah SAW. berdakwah secara terang-terangan. Perintah dakwah terang-terangan ini seiring dengan semakin bertambahnya jumlah sahabat Nabi SAW.

c. Tahapan seruan umum
Rasulullah mengubah strategi dakwah dengan seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Hal ini dilakukan pada musim-musim haji ketika banyak kaum di luar Mekah berdatangan untuk melaksanakan haji. Pada tahap ini, berkat semangat yang tinggi dari para sahabat dalam mendakwahkan Islam, seluruh penduduk Yatsrib masuk Islam, kecuali orang-orang Yahudi. 
Nabi Muhammad SAW mulai menerima wahyu dari Allah sebagai petunjuk dan intruksi untuk melaksanakan tugasnya, sewaktu beliau telah mencapai umur 40 tahun, yaitu pada tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum H (6 Agustus 610 M). peutnjuk dan intruksi tersebut berbunyi:

آقْرَأْ بِاسْمِرَبِّكَ الّذِي خَلَقَ 1 خَلَقَ الإِنْسَنَ مِنْ عَلَقٍ 2 إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمْ 3 الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4 عَلَّمَ الإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ 5
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang Mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui nya.
Kemudian disusul dengan wahyu berikutnnya yang berbunyi
يَأَيُّهَا المُدَّثِرُ 1 قُمْ فَأَنْظِرْ 2 وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ 3 وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ 4 وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ 5 وَلاَ تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ 6
Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun waktu malam adalah lebih tapat (untuk khusyuk) bacaan di waktu itu lebih berkesan.

Prtintah dan petunjuk tersebut pertama-tama tertuju kepada nabi Muhammad SAW tentang apa yang harus ia lakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap keluarganya.  Itulah petunjuk awal terhadap nabi Muhammad SAW agar beliau memberikan peringatan pada umatnya. Kemudian materi pendidikan tersebut ditturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera ia sampaikan kepada umatnya diiringi penjelasan-peenjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya.
Disamping itu, nabi Muhammad SAW telah mendidik umatnya secara bertaghap. Ia memulai dengan keluarga dekatnya, pada mulanya secara sembunyi-sembunyi. Mula-mula diajaknya istrinnya, Khadijah, untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti oleh Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid bin Harisah (seorang pembantu rumah tangganya, kemudian diangkat menjadi anak angkatnnya). Kemudian ia memulai dengan seruannya pada sahabat qarib yang telah lama bergaul dan hanya seperti Abu Bakar As-Sidiq, yang segera menerima ajarannya. Secara berangsur-angsur ajakannya tersebut disampaikan secara lebih llmeluas, masih terbatas di kalangan keluarga dekat darii susku qurays saja , seperti mUsman Bin Affan, Zubai bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqas, Abdurrohman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidullah bin Jarrroh, Arqam ibn Abi Arqam, Fathiman bin Khattab bersama suaminya Said bin Zayd dan beberapa orang lainnya. Mera itulah orang-orang yang mula-mula masuk Islam (assabiqun al-awallun) dan meraka secara langsung diajak dan dididik oleh nabi menjadi muslim, dan siap menerima dan melaksanakan petunjuk dan perintan Allah yang akan turun kemudia. Pada tahap ini, pusat kegiatan pendidikan islami tersebut diselenggarakan secara tersembunyi dirumah arqom bin abil arqom.
Kebijakan nabi Muhammad saw untuk menyampaikan ajaran islam yang demikian itu berdasarkan petunjuk langsung dari allah, sebagaimana firman allah
فَلاَ تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إلَهًا ءَاخَرَ فَتَكُوْنَ مِنَ المُعَذَّبِيْنَ 213 وَأَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَالأَقْرَبِيْنَ 214 وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ المُؤْمِنِيْنَ 215 فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِي ءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ 216
Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mnegikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: “Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan. (Asy-Syu’araa, 213-216)
Keadaan tersebut berlangsung lebih dari 3 tahun sampai akhirnya turun petunjuk dan perintah dari allah agar nabi memberikan pendidikan dan seruannya secara terbuka.
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ المُشْرِكِيْنَ
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala ayat diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.(Al-Hijr 94)
Dengan trurunnya perintah tersebut, mulailah Muhammad memberikan pengajaran kepada uamtnya secara terbuka dan lebih meluas, buakn hanya dilingkuang keluarga dan kalangan penduduk, tetapi juga kepada penduduk diluar mekkah, terutama mereka yang dating kemakkah, baik dalam rangka obadah haji maupun perdagangan. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi nabi Muhammad SAW pun semakin terbuka pula. Semua diahadapinya dengan penuh kesbaran dan penuh keyakinan bahwa aalah akan selalu memberikan petunjuk dan pertolongan dengan menghadapi tantangan tersebut.
4. Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam yang dilakukan Rasulullah dalam membidik sahabatnya adalah sebagai berikut:
a. Metode ceramah, menyampaikan wahyu yang bari diterima dan memberikan penjelasan serta keterangan-keterangannya.
b. Dialog, misalnya dialog antara Rasulullah dan Mu’az ibn Jabal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi ke negeri Yaman, dialog antara Rasulullah dan para sahabat utntuk mengatur strategi perang.
c. Diskusi atau tanya jawab, yaitu sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum, kemudian Rasulullah menjawabnya.
d. Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, apabila sakit salah satu anggota tubuh, anggota tubuh lainnya turut merasakannya.
e. Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam isra’ dan mi’raj.
f. Metode pembiasaan, membiasakan kaum muslim shalat berjamah.
g. Metode hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-Qur’an dengan menghafalkannya.
Tradisi budaya lisan, diwariskan pula secara lisan. Mereka mempunyai tradis menghafal syair-syair dan puisi yang indah, nasab pun mereka hafalkan. Mereka mewariskan tradisi tersebut secara lisan sehingga kepandaian membaca dan menulis tidak merupakan hal yang penting dalam tradisi budaya mereka.
Suatu kebijakan nabi Muhammad SAW yang perlu dicatat dalam menghadapi keberagaman dialeg dan suku-suku bangsa Arab yang ada pada masa itu adalah ketetapan yang memperbolehkan Al-Qur’an dalam 7 huruf. Maksudnya adalah cara membaca/mengucapkan huruf-huruf tertentu berbeda antara suku bangsa yang satu dengan yang lain, dan 7 huruf tersebut, pada waktu sesudah hijrah ke Madinah, sedangkan pada waktu sebelumnya Al-Qur’an dibacakan hanya dengan dialek Quroisy karena Al-qur’an pada masa itu hanya diajarkan terbatas pada sebagian suku Quroisy yang mengikuti ajaran islam.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan nabi Muhammad tersebut juga disokong oleh kepiawaian nabi Muhammad dalam menggunakan metode dalam pembelajaran. Hal itu dilakukan untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya dan juga untuk menghindari kebosanan dan kejenuhan peserta didik. Di antara metode yang diterapkan nabi Muhammad adalah:
1) Merode ceramah
2) Metode dialog misalnya dialog antara nabi Muhammad dengan Mu’adz ibn Jabal ketika Mu’adz akan diutus sebagai kadi ke negeri Yaman
3) Diskusi atau Tanya jawab sring sahabat bertanya kepada nabi Muhammad tentang suatu hokum dan nabi Muhammad menjawabnya
4) Metode diskusi, misalnya diskusi antara nabi Muhammad dan para sahabatnya tentang hukuman yang akan diberikan kepada para tawanan perang badar
5) Metode demonstrasi, misalnya hadis nabi Muhammad, “Shalatlah kamu sebagimana kamu melihat aku shalat”
6) Metode eksperimen, metode sosiodrama dan main peran.
Metode pembelajaran yang dikembangkan oleh nabi Muhammad sangat efektif, sebab selain elastisitas penerapan metode pembelajaran nabi Muhammad juga merupakan sosok yang memiliki akhlaq terpuji, sarat dengan nilai-nilai humanism dan spiritualisme ditengah-tengah umat yang ada dalam lingkaran dehumanisasi. Bahkan sosok nabi Muhammad ditengah-tengah masyarakat yang demikian mendapat gelar atau penghargaan tertinggi yaitu al-Amin.  Keserasian antara metode pembelajaran dan kepribadian agung nabi Muhammad menjadi pembelajaran fase awal Islam ini sangat efektif.
Usaha besar dan bimbingan yang telah dilakukan nabi Muhammad sera pengaruh al-Qur’an dalam kehidupan mereka, maka muncul embrio-embrio orang-oorang pandai. Sahabat dekat nabi Muhammad banyak yang terkenal karena kemampuannya –seperti yang telah dijelaskan pada paragraph yang lalu-, diantaranya Umar ibn Khaththab, Ali ibn Abi Thalib, Zaid ibn Tsabit, Ibn Mas’ud, Ibn Umar, ibn Abbas dan Aisyah.

5. Evaluasi
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan hasrus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu (1) ranah proses berpikir (cognitive domain), (2) ranah nilai atau sikap (affective domain), dan (3) ranah ketrampilan (psychomotor domain).  Dalam konteks evaluasi hasil belajar, keriga domain itu harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Adapun sasaran tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua materi pelajaran yang telah diberikan kepada mereka?
b. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
c. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan sudah dapat diamalkan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari?
1) Evaluasi ranah kognitif (AN-NAHIYAH AL-FIKRIYAH)
Ranah kognitif adalah ranah yang mnecakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak  termasuk ke dalam ranah ini. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang yang tertinggi. Keenam jenjang dimaksud adalah (1) pengetahuan, hafalan, ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation).
Sehubungan dengan ranah ini, ditemukan hadis sebagaimana yang tertera sebagai berikut.
Mu’adz bin Jabal meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. ketika akan mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau bertanya kepadanya, “Bagaimana kamu mnegadili perkara, jika dihadapkan kepadamu suatu perkara pengadilan?” Mu’adz menjawab, “Saya mengadili (perkara itu) dengan kitab Allah (Alquran). “Rasulullah bertanya lagi, “Bagaimana jika kamu tidak menjumpai (petunjuk) dalam kitab Allah?” Mu’adz menjawab, “Sayan mengadili dengan sunnah Rasulullah SAW.” Rasulullah bertanya lagi, “Bagaimana jika kamu tidak menjumpai petunjuk dalam sunnah Rasulullah SAW. dan tidak menjumpainya dalam Kitab Allah?” Mu’adz menjawab “Saya berjihad sekuat akal pikiran saya.” Rasulullah SAW. menepuk dada Mu’adz sambil bersabda, “Segala puji milik Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah terhadap apa yang Rasulullah berkenan terhadapnya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ad-Darimi)
Diantara informasi yang terkandung dalam hadis di atas adalah (1) Rasulullah SAW. bermaksud mengutus Mu’adz ke Yaman (untuk memimpin umat), (2) beliau bertanya kepada Mu’adz tentang dasar yang digunakan dalam memutuskan perkara peradilan, (3) Mu’adz menjawab dengan urutan: pertama dengan Kitab Allah, kedua dengan sunnah Rasulullah, dan ketiga dengan ijitihad, serta (4) setelah jawaban Mu’adz selesa, beliau menepuk dada Mu’adz karena senang lalu memuji AllH SWT.
Dalam hadis di atas terlihat bahwa beliau menguji  kemampuan dan pengetahuan seorang sahabat sebelum memberikan tugas kepadanya. Setelah ia berhasil menjawab secara benar sesuai dengan keinginan, beliau memperlihatkan rasa senangnya dengan memberikan ganjaran yang mneyenangkan dan memuji Allah SWT. Pujian kepada-Nya di sini dapat diartikan sebagai rasa syukur atas keberhasilan dalam mendidik sahabat. Ujian yang diberikan Rasulullah dalam hadis di atas berkaita dengan tugas yang akan diemban oleh Mu’adz. Beliau baru akan menyerahkan suatu tugas kepada sahabat apabila ia menguasai (memiliki ilmu) tentang persoalan tugas yang akan diembannya.
2) Evaluasi Ranah Afektif (AN-NAHIYAH Al-MAUQIFIYAH)
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberpaa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila seseorang tersebut telah memiliki penguasaan kognitif tingka tinggi. Ciri-ciri hasil belajar efektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama yang diterimanya, dan penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru agama.
Sehubungan dengan ranah ini, ditemukan hadis sebagaimana yang tertera sebagai berikut.
Jubair berkata, “Rasulullah SAW. bersabda, ‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menguji seorang hamba-Nya dengan suatu penyakit hingga Dia mengampuni semua dosanya.’” (HR. Ath-Thabrani)
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW. berliau bersabda, “Setiap musibah yang menimpa seorang muslim yang berupa kelelahan, penyakit kronis, kegalauan pikiran, kegelisahan hati, sampai kena duri, akan dihapus Allah kesalahannya.” (HR. Al-Bukhari)
Semua materi ujian dalam hadis ini berada di wilayah domain afakrif, yaitu kesabaran. Apabila seorang muslim mampu menerima ujian tersebut dengan penuh kesabaran, maka Allah SWT. akan menghapus kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Ini merupakan hadiah dari Allah untuk hamba-Nya yang lulus.
Dalam hadis ini disebutkan bahwa manusia akan diuji oleh Allah dengan penyakit. Sasarannya adalah kesabaran yang termasuk domain efektif. Selain itu, dalam hadis ini disebut ganjaran yang akan diberikan oleh Allah kepada manusia yang lulus dalam ujian kesabaran menghadapi penyakit yang dideritanya.
3) Evaluasi Ranah Psikomotor (AN-NAHIYAH AL-HARAKAH)
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Sehubungan dengan ini dikemukakan hadis berikut.
Dari Abu-Hurairah, bahwasannya Rasulullah SAW. masuk masjid lalu masuk pula seorang laki-laki yang kemudain sholat dan memberi salam kepada Nabi SAW. Beliau menjawab salam dan berkata, “Ulangi shlatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat.” Laki-laki itu mengulangi shalatnya seperti shalatnya tadi. Kemudian ia datang dan mengucapkan salam kepada Nabi SAW. Beliau berkata lagi, “Ulani shalatmu karena kamu belum shalat. “ Laki-laki itu kembali shalat seperti shalatnya tadi. Setelah itu, ia kembali dan mengucapkan salam kepada Nabi. Kemudian Nabi berkata lagi, “Ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat.” Begitulah sampai tiga kali. Lalu laki-laki tersebut berkata, “Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku tidak dapat berbuat yang lebih baik lagi daripada itu. Oleh karena itu, ajarilah aku.” Lalu Nabi bersabda, “ Apabila kamu berdiri untuk shalat, maka takbirlah. Lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudain ruku’lah hingga tuma’ninah. Kemudian bangkitlah sehingga i’tidal dalam keadaan berdiri. Kemudian sujudlah hingga tuma’ninah dalam keadaan sujud. Kemudian bangkitlah hingga tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud. Kemudian berbuatlah yang demikian itu dalam semua shalatmu.” (HR. Al-Bukhari)
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW. menguji sahabat dalam mendirikan shalat. Ini berada di wilayah psikomotor. Tenik yang digunakan observasi. Beliau mengamati shalat yang dilakukan oleh sahabat. Setelah melihat adanya kekeliruan, beliau langsung menyuruhnya untuk mengulangi. Jadi, segera ada perbaikan setelah terjadinya kesalahan. Dari hadis di atas juga dapat diambil pelajaran bahwa Rasulullah telah menggunakan observasi sebagai teknik tes kemampuan ranah psikomotor dalam bentuk yang sederhana, kendatipun belum menggunakan perencanaan tertulis dan pencatatan lapangan.
4) Kualitas ujian sesuai dengan tingkat keberagamaan
Berkaitan dnegan ini ditemukan hadis sebagai berikut:
Sa’ad meriwayatkan, “Saya bertanya kepada Rasulullah, ‘Siapa manusia yang mendapat ujian yang paling kuat?’ Beliau menjawab, ‘Para nai, kemudian yang seperinya, dan kemudian yang sepertinya. Seseorang dijui sesuai dengan tingkat agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujian untuknya kuat pula. Sebaliknya, jika agamanya lemah, maka ujiannya akan lemah pula. Ujian itu senantiasa diberikan kepada manusia sampai ia tidak berbuat kesalahan lagi.’” (HR. At-Tirmidzi)
Seseorang diuji sesui dengan tingkat (ukuran) agamanya.
Dari hadis dan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Rasulullah telah mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran para sahabat. Evaluasi yang beliau lakukan mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor walaupun dalam bentuk pelaksanaan yang masih sederhana sesuai dengan kebutuhan pada waktu itu. 

B. Lembaga Pendidikan dan Sistem Pembelajaran
1. Kuttab (Maktab)
Kuttab adlah kata jadian dari kataba, yang artinya menulis. Kataba biasanya digunakan sebagai tempat belajar tulis-menulis. Pengertin kuttab atau maktab adalah tempat menulis atau tempat berlangsungnya kegiatan tulis-menulis untuk mempelajari sesuatu. Dalam pengetian para ahli sejarah, kuttab adalah sebuah lembaga pendidikan dasar yang mengajarkan cara membaca dan menulis kepada anak-anak ataupun remaja, kemudian meningkat pada pengajaran pemahaman Al-Qur’an dan pengetahuan dasar. Kuttab berperan penting dalam pendidikan Islam karena di dalamnya diajarkan cara menulis, membaca, dan memahami Al-Quran.
Hal-hal yang melatarbelakangi didirikannya kuttab adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran perseorangan secara spontan pada masa Islam yang telah lalu.
b. Semkin banyak orang Arab yang tertarik untuk menuntut ilmu agama, termasuk anak-anak.
c. Kekhawatiran orang dewasa terhadap anak-anak yang akan mengotori masjid. Karena pada zaman Nabi, masjid menjadi pusat ilmu dan Nabi menyampaikan wahyu dan ilmu-ilmunya di masjid.
Dalam proses pembelajarannya yang digunakan adalah sistem pemahaman peserta didik. Dan telah menggunakan kurikulum yaitu yang berorientasi pada Al-Quran.
2. Manazil Ulama’ (Rumah Kediaman Para Ulama)
Tipe lembaga pendidikan ini termasuk yang paling tua, bahkan lebih dahulu sebelum halaqah di masjid. Selain Dar Al-Arqam, baik pada periode mekah maupun Madinah, sebelum didirikan masjid Quba, Rasulullah SAW. menggunakan rumah kediamannya untuk kegiatan pembelajarna umat Islam. Rumah Rasulullah SAW. selalu ramai sebab setiap saat orang berduyun –duyun datang menimba ilmu sehingga fungsi rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman dan damai menjadi terusik (tereduksi).
Turunlah ayat yang menetapkan aturan yanng berkenaan dengan pemilik dan fungsi rumah sebagai tempat yang harus dijaga kenyamanannya di kalangan mat Islam, termasuk hubungan antara para sahabat dengan Rasulullah SAW. dalam proses pendidikan. 
3. Masjid dan Jami’
Masjid dan Jami’ adalah lembaga pendidikan Islam yang sangat erat kaitanyya dengan pengajaran agama Islam. Kedua terma ini pada dasarnya memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai temapt ibadah dan pengajaran agam Islam.
Kemunculannya masjid sebagai lembaga pendidikan dalam Islam telah dimulai sejak masa Rasulullah SAW. dan Khulafaur Rasyidin, sedangkan jami’ muncul kemudian dan banyak didirikan oleh para penguasa dinasti, khusunya Abbasiyah. Beberapa jami’  yang terkenal pada masa Abbasiyah, antara lain Jami’ Amr bin Ash, Jami’ Damaskus, dan Jami’ Al-Azhar. 
C. Landasan pendidikan
Pada masa pembinaan pendidikan agam Islam di Mekah Nabi Muhammad SAW. juga mengajarkan Al-Quran karena Al-Quran merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhammad SAW. mengajarkan tauhid kepada umatnya.
Pada intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Mekah adalah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia untuk mempergunakan akal pikirannya, memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmuyah.
Dalam masa kehidupan dan kepemimpinan nabi Muhammad ini, perhatian nabi Muhammad terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi. Nabi Muhammad juga memberikan contoh revolusioner dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Beberapa kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kegiatan pengembangan ilmu penegtahuan di masa nabi Muahammad sebagai landasan dasar yang kuat diantaranya adalah:
1. Wahyu pertama  yang diterima nabi Muhammad berbunyi “iqra’” yang artinya “bacalah”. Firman Allah ini pada hakikatnya adalah pencanangan terhadap konsep pemberantasan buta huruf, karena membaca adalah langkah awal yang dapat membebaskan umat manusia dari ketidaktahuan. Membaca dan memahami adalah pintu gerbang untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pada kerangka ini wahyu pertama tersebut mengandung perintah untuk membaca dan mencari ilmu pengetahuan tentang rahasia-rahasia dan sifat-sifat kekuasaan Tuhan, karena tanpa pengetahuan, manusia tidak akan dapat mengenal Tuhannya dan rahasia keagungan Tuhannya pula. Oleh karena itu, sangat pantas kalau kemudian nabi Muhammad beberapa kali membebaskan tawanan perang Badar dengan imbalan tawanan itu mau mengajari 10 orang baca tulis.
Dengan semnagat iqra’ ini intelektualisme di dunia Islam mencapai prestasi yang gemilang. Salah satu contohnya adalah dalam masa lebih 7 abad, kekuasaan islam di spanyol umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengarhunya membawa Eropa dan kemudian  dunia pada kemjuan yang kompleks. Baik kemajuan intelektual maupun kemegahan pembangunan fisik. Perlu diketahuai bhawa Spanyol diduduki umat Islam pada zama khallifah al-Wahid bin Abdul Malik (705-715 M) salah seorang khalifah dari Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol uamta Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah.
2. Kebiasaan dan kekuatan hafalan pada bangsa Arab tetap dipertahankan oleh nabi Muhammad, karena hafalan adalah salah satu alat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kaum Muslimin di kala itu disuruh menghafalkan al-Qur’an dengan sungguh-sungguh agar al-Qur’an tetap terjaga secara otentik dan utuh. Kemampuan hafalan ini merupakan medium kebanggaan bagi masyarakat Arab, sebab kelangkaan tulis baca di kalangan masyarakat Arab, baik kelangkaan alat tulis menulis maupun ketidakmampuan menulis mengantarkan mereka untuk mengandalkan hafalan. Pada gilirannya, kemampuan ini dijadikan sebagai tolak ukur kecerdasan dan kemampuan ilmiah seseorang.
3. Nabi Muhammad membuat tradisi baru, yakni mencatat dn menulis. Sahabat-sahabat nabi Muhammad yang pandai baca tulis diangkat menjadi juru tulis untuk mencatat semua wahyu yang turun. Wahyu trsebut ditulis pada benda-benda yang dapat ditulisi, seperti kulit, tulang, pelepah kurma dan lain-lain. Selain catatan untuk nabi Muhammad, beberapa sahabat juga menulis untuk dirinya sendiri. Di samping itu, ada juga beberapa sahabat Nabi yang mencatat Hadis-Hadis dari nabi Muhammad tersebut, maka tumbuhlah kegiatan-kegiatan dan tempat-tempat untuk belajar membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an. Mula-mula di sebuha tempat bernama Dar al-Arqam, rumah sahabat nabi Muhammad yang bernama Arqam di luar kota Mekkah. Setelah nabi Muhammad hijrah ke Madinah, dibangun kuttab di emperan masjid Nabawi. Kuttab itu berlanjut dari generasi ke generasi, sehingga pada abad ke-2 H. Hampir di setiap desa di dunia Islam telah memilikinya. Dalam hal kepandaian baca tulis, nabi Muhammad pernah mneyuruh para sahabat untuk membat huruf. Dalam salah satu riwayat, sahabat Ali ibn Abi Thalib disuruh mmebuat huruf dengan mengambil contoh dari huruf bangsa Himyar. Dengan usaha itu, umat islam sudah mengarah kepada kepandaian baca tulis.
D. Sumber Pengetahuan
Sumber utama dan pertama adalah al-Qur’an kemudian dasar-dasar yang selanjutnya.
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an dijadikan sumber pertama dan utama dalam pendidikan Islam, karena nilai absolut yang terkandung di dalamnya yang datang dari Tuhan. Umat Islam sebagai uamat yang dianugerahkan Tuhan suatu kitab Al-Qur’an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal. Dengan kata lain bahwa al-Qur’an mencakup dua aspek besar dalam kehidupan manusia, yakni aqidah dan syari’ah.
Sehingga pendidikan Islam yang ideal sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai dasar al-Qur’an tanpa sedikitpun menyimpang darinya. Ia juga merupakan Kitab Pendidikan kemasyarakatan, moral, dan spiritual. Dalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan.
2. Sunnah (Hadis)
Dasar kedua dalam pendidikan Islam adalah as-Sunnah. Amalah yang dikerjakan rosul dalam proses perubahan sikap sehari-hari menjadi sumber pendidikan Islam, karena Allah telah menjadikannya teladan bagi umatnya. Sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Sehingga rosul menjadi guru dan pendidik utama.
Corak pendidikan Islam yang diturunkan dari sunnah Nabi Muhammad adalah:
a. Disampaikan sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semua alam), yang ruang lingkupnya tidak sebatas spesies manusia, tetapi juga makhluk biotik dan abiotik lainnya. (QS.al-Anbiya’ : 107-108).
b. Disampainkan secara utuh dan lengkap, yang memuat berita gembira dan peringatan pada umatnya. (QS.Saba’ : 28)
c. Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (QS.al-Baqarah : 119), dan terpelihara outentitasnya. (QS.al-Hijr :9)
d. Kehadirannya sebagai evaluator yang mampu mengawasi dan senantiasa bertanggung jawab atas aktivitas pendidikan (QS. asy-Syura: 48, al-Ahzab: 45, al-Fath: 8)
e. Perilaku Nabi tercermin sebagai uswah hasanah yang dapat dijadikan figuratau suri tauladan (QS. al-Ahzab: 21), karena perilakunya dijaga Allah (QS. an-Najm: 3-4), sehingga beliau tidak pernah maksiat.
f. Dalam masalah teknik operasional dalam pelaksanaan pendidikan Islam diserahkan penuh pada umatnya. Strategi, pendekatan, metode, dan tehnik pembelajarannya diserahkan panuh pada ijtihad umatnya, selama tidak menyalahi aturan pokok dalam Islam. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas dan Aisyah: “antum a’lamu bi umur al-dunyakum” (engkau lebih tau terhadap urusan duniamu). 
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok serta ajaran islam yang disampaikan oleh Muhammad SAW kepada umatnya. Tugas Muhammad, disamping mengjarkan tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya, yang selanjutnya akan menjadi warisan ajaran secara turun menurun dan menjadi pegangan serta pedoman hidup bagi kaum muslim sepanjang zaman. 










BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum pendidikan Islam pada periode Rasulullah di Mekah adalah Al-Qur’an, yang Allah SWT. wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam pada saat itu. Oleh karena itu, dalam praktiknya kurikulum tersebut tidak hanya logis dan rasional, tetapi juga secara fitrah dan pragmatis.
Sytem pendidikan islam pada periode Rosululloh SAW di Mekkah adalah Kuttab (Maktab) dan manazil Ulama.  Kuttab adalah sebuah lembaga pendidikan dasar yang mengajarkan cara membaca dan menulis kepada anak-anak ataupun remaja, kemudian meningkat pada pengajaran pemahaman Al-Qur’an dan pengetahuan dasar. Kuttab berperan penting dalam pendidikan Islam karena di dalamnya diajarkan cara menulis, membaca, dan memahami Al-Quran.Manazil Ulama adalah tipe lembaga pendidikan yang paling tua, bahkan lebih dahulu sebelum halaqah di masjid. Selain Dar Al-Arqam, baik pada periode mekah maupun Madinah, sebelum didirikan masjid Quba, Rasulullah SAW. menggunakan rumah kediamannya untuk kegiatan pembelajarna umat Islam. Rumah Rasulullah SAW. selalu ramai sebab setiap saat orang berduyun –duyun datang menimba ilmu sehingga fungsi rumah sebagai tempat istirahat yang nyaman dan damai menjadi terusik (tereduksi).
Sumber pendidikan Islam periode Rasulullah SAW. di Mekkah adalah Al-Qur’an dan Hadis. Dengan kata lain bahwa al-Qur’an mencakup dua aspek besar dalam kehidupan manusia, yakni aqidah dan syari’ah. Dasar kedua dalam pendidikan Islam adalah as-Sunnah. Amalah yang dikerjakan rosul dalam proses perubahan sikap sehari-hari menjadi sumber pendidikan Islam, karena Allah telah menjadikannya teladan bagi umatnya.

DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin, Dikotomi Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)
Iskandar, Engku, Sejarah Pendidikan Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013)
Kodir, Abdul, Sejarah Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2015)
Nafis, Muntahibun, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Kalimedia, 2017)
Umar, Bukhari, Hadis Tarbawi (Jakarta: Amzah, 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar