Minggu, 15 Juli 2018

FIQIH IBADAH "PUASA"

PUASA
Makalah ini diajukan untuk memenuhi  tugas mata kuliah “Fiqih Ibadah”
Yang diampu oleh: Subhan Fathul



Disusun oleh:
Mualifah Khoirunnisa 210317316
Muhammad Khamim 210317
Nabila Salma 210317


Kelompok 10. PAI. J
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, yang mengajarkan  berbagai ajaran yang membuat hamba-Nya dekat dengan Allah. Selain itu ajaran Islam juga mempunyai makna dan tujuan sendiri yang begitu mendalam bagi sesama hamba.
Salah satu ajaran Islam adalah Puasa yang merupakan rukun Islam. Puasa adalah salah satu bentuk ketakwaan hamba kepada Tuhannya, karena dalam puasa terdapat nilai-nilai mulia yang membuat hamba dekat dengan Rabb nya. Yaitu menahan atau mengendalikan hawa nafsu yang selalu mendorong untuk melakukan hal yang kurang baik menurut agama. Juga tertanam ajaran-ajaran kemanusiaan dalam Ibadah puasa yang dibahas lebih rinci dalam makalah ini.
Ibadah merupakan sarana menuju jalan yang diridloi Sang Maha Pencipta, karenanya tata cara ibadah sangatlah penting untuk dipelajari, dipahami, dan diamalkan sesuai dengan apa yang digariskan syari’at. Adalah bencana yang maha dasyat ketika seorang hamba beribadah tanpa mengetahui ilmu dan kaifiyahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Puasa?
2. Apa Landasan Hukum Puasa?
3. Apa Syarat dan Rukun Puasa?
4. Apa Macam-macam Puasa?
5. Apa Hikmah Puasa?
6. Apa yang Membatalkan Puasa?
7. Bagaimana Cara Mengqodho’ Puasa?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Puasa
2. Mengetahui Landasan Hukum Puasa
3. Mengetahui Syarat dan Rukun Puasa
4. Mengetahui Macam-macam Puasa
5. Mengetahui Hikmah Puasa
6. Mengetahui Hal yang Membatalkan Puasa
7. Mengetahui Cara Mengqodho’ Puasa






















BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa secara bahasa (etimologi) adalah “As-Shoum atau As-Shiam” yang berarti Al-Imsaak (menahan). Maksudnya menahan diri dri segala hal. Sedang mneurut istilah ulama fiqih (terminology), puasa berati menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat pada malam harinya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
B. Landasan Hukum Puasa
1. Puasa wajib
a. Puasa bulan Ramadhan
يآأَيُّهَا الذين امنوا كتب عليكم الصيّام كما كتب علي الذين من قبلكم لعلّكم تتّقون (البقرة 183)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah: 183)
b. Puasa Kifarat
Puasa kifarat adalah puasa yang dikerjakan karena melanggar suatu aturan yang telah ditetukan, landasan hukumnya seperti dalam surat an-Nisa’: 92, al-Mujadalah ayat 3 dan 4, al-Maidah ayat 89.
c. Puasa Nadzar
Puasa nadzar adalah puasa wajib yang dilakukan bagi orang yamg bernadzar sebanyak hari yang dinadzarkan.
فقولي إنّي نذرت للرّحمن صوما فلن أكلّكم اليوم إنسيّا
Artinya: “Maka katakanlah: Sesunguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini”. (Q.S. Maryam: 26).
d. Puasa Qadha
Puasa qadha adalah puasa yang wajib dikerjakan karena meninggalkan puasa di dalam bulan Ramadhan karena udzur, sakit, atau berpergian.
فمن كان منكم مّريضا أوعلي سفر فعدّة من أيّام أخر
Artinya: “ Maka barang siapa dari kamu sekalian sakit atau berpergian, maka gantilah di hari yang lain”.
2. Puasa Sunnah
عن عائشة كان النبي صلعهم  يتحري صيام الإثنين و الخميس (رواه الترمذي)
Artinya: “Dari ‘Aisyah: Nabi Muhammad SAW. memilih waktu puasa pada hari Senin dan Kamis”. (HR. Tirmidzi).
3. Puasa Makruh
قال رسول اللّه صلعم إنّ لربك عليك حقا, ولأهلك عليك حقا ولجسدك عليك حقا فصم وتم و آت أهلك وأعط علي ذي حق حقه (رواه البخاري)
Artinya: “Bersabda Rsulullah SAW. bahwasannya Tuhanmu mempunyai hak atasmu yang wajib engkau bayar, begitu juga dirimu dan ahlimu semua mempunyai hak yang wajib engkau bayar, maka dari itu hendaklah engkau berpuasa sewaktu-waktu, berjaga malam sewaktu-waktu dan tidur di waktu yang lain, dekati ahlimu dan berikanlah hak mereka satu per satu”. (HR. Bukhari).


4. Puasa Haram
عن أنس أنّ النبي صلعم نهي عن صوم خمسة أيام في السنة يوم الفطر و يوم النحر و ثلاث أيام التشريق (رواه الدارقطني)
Artinya: “Dari Anas r.a. bahwasannya Nabi saw. telah melarang berpuasa dalam lima hari dalam setahun yaitu hari raya idul fitri, hari raya idul adha dan hari-hari Tasyriq”. (HR. Daruqutni).
C. Syarat dan Rukun Puasa
Syarat wajib puasa: 1. Islam
2. Baligh
3. Berakal sehat
4. Mampu berpuasa
Syarat sah puasa: 1. Islam
2. Berakal (tamyiz)
3. Tidak haid, nifas, atau melahirkan
4. Dilaksanakan dihari-hari yang diperbolehkan                            puasa.
Rukun puasa: 1. Niat
2. Menahan diri dari hal yang membatalkan puasa
D. Macam-macam Puasa
Puasa bila ditinjau dari segi pelaksanaan hukumnya dibedakan atas:
1. Puasa wajib, yang meliputi puasa Ramadhan, puasa kifarat, puasa nadzar, dan puasa qadha’
2. Puasa sunnah atau tathawu’ yaitu puasa enam hari di bulan Syawal, puasa senin dan kamis, puasa ‘Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah, kecuali bagi orang haji tidak disunnahkan), puasa tanggal 10 Muharam, puasa bulan Sya’ban, puasa tanggal 13, 14, 15 bulan qamariyah.
3. Puasa makruh, yaitu puasa yang dilakukan terus menerus sepanjang masa kecuali pada bulan Muharam, disamping itu makruh puasa setiap hari Sabtu atau Jum’at saja.
4. Puasa haram, yaitu puasa yang dilakukan pada waktu:
a. Hari raya Idul Fitri (1 Syawal)
b. Hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah)
c. Hari-hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah).
E. Hikmah Puasa
Di antara hikmah dan faedah puasa yang dapat kita ketahui ialah sebagai berikut:
1. Untuk pendidikan/latihan rohani
a. Mendidik jiwa agar biasa dan dapat menguasai diri sehingga mudah menjalankan kebaikan-kebaikan yang kita kehendaki.
b. Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan; bahkan dapat pula nafsu kita itu kita atasi sebagaimana mestinya, dan sebagaimana yang diperintahkan Allah.
c. Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya. Karena orang yang berpuasa itu, sebagai orang yang mnedapat amanat untuk tidak makan dan minum atau hal-hal yang membatalkan. Amanat ini harus dipegang teguh, baikpun di hadapan orang banyak, ataupun ketika sendirian.
d. Pada umunya manusia sanagt dikuasai oleh kebiasaan sendiri, sehingga orang yang kurang kuat kemanuannya tidak dapat sama sekali atau merasa sangat sukar untuk mengubah atau diubah kebiasaan itu. Maka dengan puasa, orang akan terpaksa mengubah kebiasaan-kebiasaannya yang tidak baik, atau tidak terlalu gusar sekira terhalang tidak menjalankan yang telah terbiasa. Dengan demikian, maka puasa mendidik kesabaran dan ketabahan.

2. Untuk perbaikan pergaulan
Timbullah rasa suka menolong kepada orang-orang yang menderita. Sedang bagi si miskin pun merasa seperasaan dengan si kaya yang berpuasa.
3. Untuk kesehatan
a. Menurut keterangan para dokter yang ahli, nyatalah bahwa puasa itu amat berguna, untuk menjaga dan memperbaiki kesehatan.
b. Dapat memberi istirahat bagi pencernaan, guna dapat menjalankan tugas selanjutnya dengan sebaik-baiknya.
4. Sebagai rasa syukur atas segala nikmat Allah
Puasa dapat menumbuhkan rasa syukur kepada Allah atas karunia yang telah diberikan kepada hamba-Nya.
Hikmah puasa adalah:
1. Menundukkan tabiat bahimiyah menuju tabiat malakiyah.
2. Mendidik para mukmin untuk mendekatkan diri kepada Allah.
3. Memperingatkan diri dengan kehinaan dan kemiskinan.
4. Membiasakan orang yang berpuasa bersabar dan tahan menderita kesukaran.
5. Memelihara jiwa agar tidak tersungkur ke dalam kancah dosa.
6. Menggerakkan orang kaya memahami yang miskin.
7. Memperoleh faedah-faedah kelaparan yaitu jernihnya hati dan pikiran.
F. Hal Yang Membatalkan Puasa
1. Memasukkan sesuatu ke dalam lubang, yaitu: mulut, hidung, telinga, jalan depan (alat buang air kecil), jalan belakang (alat buang air besar).
2. Muntah dengan sengaja
3. Bersenggama
4. Keluar mani dengan sengaja
5. Hilang akal
6. Haid
7. Melahirkan
8. Nifas
9. Murtad
Hal-hal yang membatalkan puasa itu ada 2 macam:
1. Yang menbatalkan dan karenanya wajib qadha’
2. Yang membatalkan dan karenanya wajib qadha’ dan kifarat.
Adapun yang membatalkan dan mewajibkan qadha saja adalah:
a. Makan dan minum dengan sengaja
b. Muntah
c. Mengeluarkan mani
d. Meniatkan berbuka
Sedangkan hal-hal yang membatalkan dan karenanya wajib qadha dan membayar kafarat manurut jumhur adalah senggama berdasarkan hadis dari Abu Hurairah. Sedang kafaratnya memberi makan kepada 60 fakir miskin.
G. Cara Mengqodho’ Puasa
1. Wajib qadlo’ saja, hal ini diperuntukkan bagi:
Perempun yang haid atau nifas, baginya wajib berbuka dan diharamkan untuk melakukan puasa, bahkan tidak sah.
Perempuan yang mengandung atau menyusui.
Orang yang sakit
Orang yang berpergian sangat jauh dan tidak dalam rangka maksiat.
Orang yang lupa niat pada malam hari.
Orang yang sengaja membatalkan puasa dengan selain jima’.
Para pemanen padi.

2. Wajib fidyah saja, hal ini diperuntukkan bagi:
Orang lanjut usia yang sudah tidak mampu menjalankan puasa lagi.
Orang sakit yang tidak punya harapan untuk sembuh.
3. Wajib qodlo’ dan fidyah, hal ini diperuntukkan bagi:
Orang yang berbuka puasa karena mengkhawatirkan orang lain, semisal berbuka puasa untuk menyelamatkan orang yang hampir tenggelam, perempuan yang mengandung atau yang menyusui, orang-orang tersebut berbuka karena mengkhawatirkan anaknya bukan dirinya sendiri.
4. Tidak wajib kedua-duuanya, hal ini diperuntukkan bagi:
Orang gila yang gilanya tidak karena kecerobohannya.
Anak kecil.
Kafir asli.
Kewajiban qadlo’ di atas tidak harus segera, kecuali orang yang melakukan dosa dengan berbukanya, orang murtad dan orang yang sengaja tidak niat pada malam harinya. Ukuran fidyah untuk satu hari adalah : satu mud berupa makanan pokok di daerahnya. Orang yang berhak menerima (mustahiq) adalah: orang faqir-miskin saja, tidak memasukkan mustahiqquzakat (penerima zakat) yang lain. Bagi orang yang mengakhirkan qadlo’ puasa sampai bulan Ramadhan berikutnya, jika bukan karena udzur maka wajib baginya membayar satu mud untuk tiap-tiap tahunnya, jika karena udzur seperti orang yang pikun maka kewajibannya hanya satu mud saja.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran


























DAFTAR RUJUKAN
Ma’ruf, Tolhah, Halimi Moh, Anas Moh, and Zayadi Firdaus, Fiqih Ibadah (Kediri: Lembaga Ta’lif Wannasyr, 2008)
Prahara, Erwin Yudi, Ilmu Fiqih I, II (Ponorogo: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (IAIN Ponorogo), 2017)
Zarkasyi, Imam, Pelajaran Fiqih 2 (Ponorogo: Trimurti Press, 1995)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar