BAB I
PENDAHULUAN
Nabi Muhamaad SAW. sebagai Rasulullah membawa wahyu dari Allah untuk umat manusia, yang salah satunya adalah hadis.
تركت فيكم أمرين لن تضلوا إن تمسكتم بهما كتاب اللّه و سنّة نبيّه
Dari hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat dan tabi’iin sampailah pendidikan Rasulullah kepada kami sebagai umatnya. Yang diantaranya membawa pesan tentang pentingnya pendidikan. Tidak hanya tersampaikannya pesan hadis kepada kita, juga alangkah baiknnya bila kita juga mengetahui siapa saja sahabat yang menjadi periwayat hadis tersebut agar ilmu yang kita dapat dari hadis tersebut bermanfaat.
Mencari ilmu adalah suatu aktivitas yang memiliki tantangan. Tantangan itu dapat berupa biaya, waktu, kesehatan, dan kecerdasan. Orang yang mampu menghadapi tantangan itu adalah orang yang memiliki keikhlasan dan semangat rela berkorban. Ada orang yang tidak sukses dalam menuntut ilmu karena tidak sabar dalam berjuang menghadapi tantangan. Ketika menuntut ilmu, seseorang tidak dapat mencari ilmu –terutama pada jalur pendidikan formal. Demikian juga dengan tantangan yang lain. Bagi orang beriman, tantangan itu tidak perlu menjadi hambatan. Sebab selain tantangan , ia juga memiliki motivasi yang sangat besar. Orang-orang yang mencari ilmu dengan ikhlas akan dibantu oleh Allah dan akan dimudahkan baginya jalan menuju surga.
Manusia merupakan makhluk istimewa karena dianugerahi akal untuk berpikir. Dalam kehidupannya manusia selalu merasa ingin tahu akan segala hal. Disamping umat Islam dianugerahi Al-Qu’an sebagai sumber ilmu, dalam al-Qur’an pula dijelaskan bahwa manusia merupakan manusia yang selalu belajar. Maka muncullah konsep longlife education. Agar sepanjang hidupnya manusia tidak pernah berhenti belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Matan Hadist Beserta Sanad
1. Dalam kitab Jami’u At-Tirmidzi, no: 2589:2646
حَدَّثَنَا مَحْمُوْدُ بْنُ غَيْلاَنَ , حَدَّثَنَا أَبُوْ أُسَامَةَ , عَنِ الأَعْمَشِ , عَنْ أَبِي صَالِحٍ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ:" مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهِّلَ اللَّهُ لَهُ
طَرِيْقًا إِلَي الجَنَّةِ" , قَالَ أَبُوْ عِيْسَي : هَذَا حَدِيْثُ حَسَنٌ (جامع الترمذي 981)
Telah disampaikan kepada kami oleh Mahmud bin Ghaylan, Telah disampaikan kepada kami oleh Abu Usamah, Telah disampaikan kepada kami oleh al-A’mash dari Abu Salih, dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang meniti jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surga. Berkata Abu ‘Isa : ini hadis hasan.
2. Dalam kitab Sunan Abi Dawud, no:3160:3641
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ , حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدُ , سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ , عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيْلٍ , عَنْ كَثِيْرِ بْنِ قَيْسٍ , قَالَ :" كُنْتُ جَالِسَا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِيْ مَسْجِدِ دِمَشْقَ , فَجَاءَهُ رَجُلٌ ,فَقَالَ : يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ, إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِيْنَةِ الرَّسُوْلُ لِحَدِيْثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ يُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُوْلِ اللَّهِ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ, قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّي اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ:" مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الجَنَّةِ, وَ إِنَّ المَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ العِلْمِ, وَ إِنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَ مَنْ فِيْ الأَرْضِ وَ الحِيْتَانُ فِيْ جَوْفِ المَاءِ, وَ إِنَّ فَضْلُ العَالِمِ عَلَي العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ عَلَي سَائِرِ الكَوَاكِبِ, وَ إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ,وَ إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَ يُوَرِّثُوا العِلْمَ فَمَنْ أَخَدَهُ أَخَدَ بِحَظِّ وَافِرٍ ", حَدَّثَنَا مُحَمَّدُبْنُ الوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ , حَدَّثَنَا الوَلِيْدُ , قَالَ : لَقِيْتُ شَبِيْبَ بْنَ شَيْبَةَ فَحَدَّثَنِي بِهِ, عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ, عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ يَعْنِي, عَنِ النَّبِيِّ بِمَعْنَاهُ (سنن أبي داود : 992)
3. Dalam kitab Sunan Ibnu Majah, no: 219:223
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ, عَنْ عَاصِمِ بْنِ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ, عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ,عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ, قَالَ:كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَأَتَاهُ رَجُلٌ ,فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ أَتَيْتُكَ مِنْ الْمَدِينَةِ مَدِينَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَمَا جَاءَ بِكَ تِجَارَةٌ ؟ قَالَ: لَا, قَالَ: وَلَا جَاءَ بِكَ غَيْرُهُ ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّة , وَإِنَّ المَلاَئِكَةُ لَتَضَعَ وَ إِنَّ المَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ العِلْمِ, وَ إِنَّ طَالِبَ العِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَ الأَرْضِ حَتَّي الحِيْتَانِ فِيْ المَاءِ, وَ إِنَّ فَضْلَ العَالِمِ عَلَي العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ عَلَي سَائِرِ الكَوَاكِبِ, وَ إِنَّ العُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ,وَ إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا , إِنَّمَا وَرَّثُوا العِلْمَ فَمَنْ أَخَدَهُ أَخَدَ بِحَظِّ وَافِرٍ (سنن أبن ماجه: 64)
Telah disampaikan kepada kami oleh Nas’r bin ‘Aly al-Jahdamy, Telah disampaikan kepada kami oleh ‘Abd Allah bin Dawud, dari ‘Asim bin Raja’ bin Haywah, dari Dawud bin Jamil, dari Kathir bin Qays, dia berkata suatu ketika aku duduk bersama Abu al-Darda’ di Masjid Damaskus, Sesorang datang kepadanya dan berkata: ‘wahai Abu al-Darda’ aku datang kepadamu dari Madinah kota Nabi Saw untuk (mendaptkan) sebuah hadis yang kamu dengarkan dari Rasulullah Saw’, Abu al-Darada’ berkata : Jadi kamu datang bukan untuk berdagang? Orang itu menjawab: Bukan, Abu al-Darda berkata: dan bukan pula selain itu?, orang itu menjawab: bukan, Abu al-Darda’ berkata: Sesungguhnya kau pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang meniti jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surga Sesungguhnya, malaikat merentangkan sayapnya karena senang kepada pencari ilmu. Sesungguhnya, pencari ilmu dimintakan ampun oleh makhluk yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan yang ada dalam air. Keutamaan alim terhadap abid adalah bagaikan keutamaan bulan di antara semua bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Mereka tidak mewariskan emas dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang mencari ilmu, hendaknya ia cari sebanyak-banyaknya.”
B. Diroyah Hadist
Berdasarkan hasil takhrij hadist menggunakan aplikasi Jawamiul kalim dengan beberapa penggalan kata dari matan hadist yaitu: مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا , maka dapat diketahui bahwa hadist tersebut terdapat pada beberapa kitab hadist dengan redaksi yang sedikit memiliki perbedaan. Diantara kitab hadis tersebut ialah:
1. Jami’u Tirmidzi halaman 981
2. Sunan Abu Dawud halaman 992
3. Sunan Abu Hajah halaman 64
Dan masih banyak kitab hadis yang memuat matan hadis tersebut, namun belum bisa kami sebutkan seluruhnya dalam makalah ini. Dari beberapa kitab hadis yang memuat matan hadis tersebut, kami menuliskan hadis dari 3 kitab saja yang telah termuat di pembahasan sebelumnya.
Dari ketiga matan hadis tersebut, diriwayatkan oleh orang yang berbeda. Maka terdapat perbedaan penggunaan kosa kata bahasa Arab yang berbeda pada hadis-hadis tersebut. Pada hadis pertama yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah merupakan matan hadis yang paling pendek meskipun memiliki inti makna hadis yang sama dengan hadis lainnya. Sedangkan hadis ke dua dan ke tiga karena diriwayatka oleh orang yang sama yaitu Abu Darda’ maka matan hadis cenderung sama. Hanya saja dari kedua hadis tersebut terdapat beberapa kata dalam matan hadis yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan perawi pertama adalah orang berbeda.
Berikutnya pembahasan tentang periwayat hadis dari hadis yang telah disebutkan dahulu. Dari ketiga hadis yang dikutip dari tiga buku dapat diketahui bahwa dari ketiga hadis tersebut dua di antaranya diriwayatkan oleh beberapa perawi yang sama. Selanjutnya dibahas tentang keadaan perawi dari setiap matan hadis diatas, sebagai berikut:
Hadis yang pertama dalam Jawami’u At-Tirmidzi nomor:2589, Diriwayatkan oleh:
1. Mahmud ibn Gaylan Al-‘Aduwy
Wafat tahun 239 H di Baghd. Beliau adalah seorang murid dari 70 Syaikh, salah satu di antaranya adalah Syaikh Waqi’ ibn Jarah. Beliau memiliki murid berjumlah 89 orang, salah satu di antaranya adalah Muhammad ibn ‘Isa At-Tirmidzi. Sedangkan deratanya dalam meriwayatkan hadis telah dikemukakan oleh 7 ulama, 3 di antaranya sebagai berikut:
a) Abu Khatim Ar-Razi, menyatakan bahwa periwayat tersebut tsiqah
b) Abu Khatim ibn Hiban Al-Bastani, menyatakan bahwa periwayat tersebut dzikruhu fi stiqah atau ingatannya dalam keadaan dirinya yang stiqah.
c) Ahmad ibn Hanbal, menyatakan bahwa periwayat tersebut termasuk orang yang paling mengetahui hadis, dan ahli sunnah.
أعرفه بالحديث ، صاحب سنة ، قد حبس بسبب القرآن
Dari tiga pernyataan ulama tersebut, dapat disimpulkan bahwa Mahmud ibn Ghailan Al-‘Aduwy merupakan periwayat yang tsiqah dan periwayatannya dapat diterima.
2. Abu Usamah
Yang memiliki nama asli Hamad ibn Usamah ibn Zayd, lahir tahun 121 M dan wafat pada tahun 201 H di Kufah. Gurunya sebanyak 207 orang, salah satunya adalah syaikh Majalid ibn Sa’id Al-Hamdani. Sedangkan muridnya berjumlah 293 orang, di antaranya Ibnu Abi Syaibah Al-‘Abasy. Sedangkan dalam derajatnya dalam meriwayatkan hadis, adalah sebagai berikut:
a) Abu Khatim Al-Razy, menyatakan bahwa beliau merupakan orang yang jujur
b) Abu Bakar Al-Bayhaqi, menyatakan bahwa derajatnya adalah stiqah min al-stiqah
c) Abu Khatim ibn Hiban Al-Bastani, menyatakan ذكره في الثقات atau ingatannya merupakan ingatan seorang yang tsiqah
Dari tiga pernyataan ulama tersebut, dapat disimpulkan bahwa derajat periwayatnya adalah tsiqah.
3. Al-A’masyi
Memiliki nama lengkap Sulaiman ibn Mahrani Al-A’masyi. Lahir pada tahun 61 H dan wafat pada tahun 148 H. Beliau berguru pada 338 guru, salah satunya adalah syeikh Syaqiq ibn Salmah Al-Asady. Muridnya berjumlah 539 orang, yang salah satunya bernama Ar-Robi’ ibn Habib Al-‘Abasy. Sedangkan 26 ulama menyatakan derajat kestiqahannya. Di antaranya adalah:
a) Abu Al-Qasim Al-Malahy, menyatakan : orang yang paling mengetahui perkataan Abdullah ibn Mas’ud.
b) Abu Bakar ibn ‘Abbas, menyatakan: kami menamainya dengan sayyid muhadditsin.
c) Abu Zar’ah Ar-Razy, menyatakan: beliau merupakan seorang imam
Dari penrnyataan ulama tersebut dapat diketahui bahwa periwayat tersebut merupakan orang yang tsiqah.
4. Abu Shalih
Nama lengkap Abu Sholeh Asaman. Wafat di Madinah tahun 101 H. Beliau berguru pada 67 ulama, salah satunya ialah Abu Hurairah Ad-Dausi. Muridnya berjumlah 188 orang, satu di antaranya adalah Sahil ibn Abi Shalih Asaman. Derajat tsiqahnya dapat dilihat dari pernyataan ulama, di antaranya:
a) Ibrahim Al-Harbi, mengatakan: merupakan orang yang stiqah
b) Abu Khatim Ar-Razy, mengatakan: ثقة صالح الحديث يحتج بحديثه
c) Abu Khatim ibn Hibban Al-Bastani, yang menyatakan: dzikruhu fi tsiqah atau ingatannya orang stiqah
Dari ketiga pernyataan ulama tersebut, dapat diketahui bahwa perowi tersebut termasuk orang yang stiqah.
5. Abu Hurairah
Memiliki nama Abu Hurairah Ad-Dausy. Wafat pada tahun 57 H. Beliau berguru pada 61 syaikh. Satu di antaranya adalah syeikh ‘Aisyah Binti Abi Bakar As-Sidiq. Sedangkan muridnya berjumlah 240 orang, salah satunya adalah Jabir ibn Zayd Al-Azady. Sedangkan derajat ke maqbulannya dalam meriwayatkan hadis, sebagaimana pendapat beberpaa ulama berikut ini:
a) Abu Hatim ibn Hiban Al-Bastani, mengatakan: ingatannya merupakan ingatannya orang yang stiqah
b) Ibnu Hajar Al-Asqalani, mengatakan: beliau merupakan penghafal yang terkenal
c) Al-Muzy, mengatakan: beliau adalah sahabat Rasulullah.
Maka, dapat disimpulkan bahwa periwayatannya diterima.
Dilihat dari biografi singkat perawi yang kebanyakan merupakan orang yang stiqah, dan jumlah perawinya sebanyak 5 orang, maka hadis yang pertama tersebut merupakan hadis marfu’ yang sanadnya sampai pada Rasulullah SAW. dan merupakan hadis mutawatir yang diriwayatkan sekurang-kurangnya oleh 5 perawi.
Hadis yang ke dua, dalam kitab Sunan Abu Dawud halaman:922, diriwayatkan oleh:
1. Musaddad ibn Musarhad
Dikenal dengan nama Musaddad ibn Musarhad Al-Asadi. Wafat tahun 228 H di Mesir. Beiau berguru pada 177 syaikh, salah satunya adalah Isma’il ibn ‘Alaih Al-Asadi. Muridnya berjumlah 154 orang, satu di antaranya adalah Muhammad ibn Ismai’il Al-Bukhari. Sedangkan derajatnya dalam meriwayatkan, dikemukakan oleh beberapa ulama, di antaranya:
a) Abu Ahmad ibn ‘Adi Al-Jarjani, menyatakan: beliau merupakan orang pertama yang meriwayatkan hadis di Basrah.
b) Abu Khatim Ar-Razy, menyatakan: stiqah
c) Abu Khatim ibn Hibban Al-Basati, mengatakan: ingatannya merupakan ingatan orang yang tsiqah
Dari pernyataan beberapa ulama tersebut, dapat diketahui bahwa periwayat tersebut adalah orang yang stiqah.
2. Abdullah ibn Dawud
Dikenal dengan nama Abdullah ibn Dawuhd Al-Khoribi. Wafat tahun 213 H. Beliau berguru pada 87 syaikh, salah satunya bernama Sulaiman ibn Mahran Al-A’masyi. Sedangkan muridnya berjumlah 76 orang, salah satunya dalah Musadad ibn Masruhid Al-Asadi. Sedangkan statusnya dalam meriwayatkan hadis dikemukakan oleh beberapa ulama, di antaranya:
a) Abu Khatim Ar-Razy, menyatakan bahwa ia orang yang stiqah
b) Abu Zar’ah Ar-Razy, menyatakan bahwa beliau merupakan orang yang stiqah
c) Abu ‘Abdillah Al-Hakim, menyatakan: stiqah
Dari pendapat beberapa ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa perawi tersebut merupakan orang yang stiqah.
3. ‘Asim ibn Raja’ ibn Haywah
Dikenal dengan nama ‘Asim ibn Raja’ Al-Kindi. Beliay berguru pada 13 ulama, di antaranya ialah syaikh Dawud ibn Jamil. Muridnya berjumlah 15 orang, salah satunya adalah Muhammad ibn Yunus Al-Kadimi. Terdapat pendapat ulama tentang statusnya dalam periwayatan hadis, di antaranya:
a) Abu Hatim ibn Hibban Al-Basati, mengatakan: dzikruhu fi stiqah
b) Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, mengatakan: suduqu bihim atau orang yang jujur
c) Ibnu ‘Abdi Al-Birri Al-Andalusi, menyatakan: beliau merupakan orang stiqah yang terkenal.
Dari pendapat ketiga ulama tersebut dapat diketahui bahwa perawi tersebut merupakan orang yang stiqah.
4. Dawud ibn Jamil
Tidak diketahui tahun wafat dan lahirnya. Beliau berguru hanya pada 2 syaikh, ialah Katsir ibn Qais As-Syami dan Katsir ibn Marrah Al-Hadrami. Sedangkan muridnya hanya seorang saja, yaitu ‘Asim ibn Raja’ Al-Kindi. Sedangkan derajatnya dalam meriwatkan hadis, dari beberapa ulama berkata:
a) Abu Al-Fatah Al-Azadi, berkata: dhaif majhul atau orang yang lemah
b) Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, berkata: dhaif atau lemah
c) Ad-Daruqudni, berkata: majhul dan kadang dhail atau lemah
Maka, dapat disimpulkan bahwa periwayat tersebut termasuk orang yang dhaif.
5. Katsir ibn Qaisi
Dikenal dengan nama Katsir ibn Qaisi As-Syami. Beliau berguru kepada 3 syaikh, salah satunya adalah Yazid ibn Samarah. Sedangkan muridnya berjumlah 5 orang. Salah satunya adalah Dawud ibn Jamil. Derajatnya dalam meriwayatkan hadis menurut ulama sebagai berikut:
a) Abu Al-Hasan ibn Sami’, mengatakan: termasuk golongan lemah
b) Abu Hatim Ar-Razy, menyatakan: jarh dan ta’dil
c) Abu Khatim ibn Hibban Al-Basati, mengatakan: stiqah
Dari pendapat ketiga ulama tersebut, dapat diketahui bahwa perawi tersebut merupakan orang yang lemah dalam meriwayatkan hadis.
6. Abi Darda’
Dikenal dengan nama Awamir ibn Malik Al-Anshory. Wafat pada tahun 32 H. Beliau terlah berguru kepada 12 syaikh, di antaranya Zayd ibn Stabit Al-Anshari. Muridnya berjumlah 221 orang, di antaranya Kholas ibn ‘Amru Al-Hajari. Sedangkan pendapat bebrpaa ulama tentang derajatnya dalam meriwayatkan hadis adalah sebagai berikut:
a) Abu Khatim ibn Hibban Al-Bastani, mengatakan: termasuk orang yang stiqah
b) Al-Mazy, menyatakan: sahabat Rasulullah SAW
c) Abu Al-Faraj ibn Al-Jawazy, mengatakan: termasuk orang yang membuka hijab, dan dikenal dengan nama ‘awamir
Maka, perawi tersebut termasuk orang yang stiqah.
Dilihat dari keadaan perawi, dari 6 perawi diketahui bahwa 2 di antaranya perawi yang lemah, maka hadis tersebut termasuk hadis marfu’. Sedangkan dilihat dari jumlah perawinya termasuk hadis mutawatir yang diriwayatkan sekurang-kurangnya oleh 5 orang.
Hadis yang ketiga dalam kitab Sunan Ibnu Majah, halaman:46
Diriwayatkan oleh 6 perawi, yang 5 dari perawi tersebut merupakan perawi yang sama dengan hadis yang ada pada kitab Sunan Abi Dawud. Perbedaannnya terdapat pada perawi pertamanya saja. Yaitu:
1. Nasr ibn ‘Ali Al-Jahdhami
Dikenal dengan nama Nasr ibn ‘Ali Al-Azdy. Wafat pada tahun 250 H. Seorang murid dari 149 syaikh, di antaranya syaikh ‘Ali ibn Nasr Al-Hadani. Muridnya berjumlah 209 orang, di antaranya Muslim ibn Al-Hijaj Al-Qasyiri. Statusnya dalam periwayatan hadis adalah:
a) Abu Hatim Al-Razi, menyatakan: tsiqah
b) Abu Khatim ibn Hibban Al-Basati, menyatakan: termasuk orang yang tsiqah
c) Ahmad ibn Hanbal, menyatakan: orang yang diridahi
Maka, diketahui bahwa perawi tersebut merupakan orang yang stiqah.
Maka hadis tersebut merupakan hadis yang marfu’ karena sanadnya sampai pada Rasulullah SAW. dan diriwayatkan oleh orang orang yang periwayatannya diterima. Dilihat dari jumlah perawinya termasuk hadis mutawatir.
C. Analisis, Komentar, dan Pendapat Tentang Syarah Hadis dengan Ilmu Pendidikan
Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Apalabi bagi umat islam, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagaimana dinyatakan oleh hadis Nabi Muhammad SAW. yang berbunyi:
أُطْلُبُ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلَيَ اللَّحْدِ
“ Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia”.
Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses continu, yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.
Dalam hadis di atas diketahui bahwa pahala orang yang menuntut ilmu adalah dimudahkan jalan baginya menuju surga. Begitu besar pahala bagi orang yang menuntut ilmu. Juga dalam ajaran Islam mengenal akhirat yang di dalamnya ada surga dan neraka. Dengan begitu dalam hidup manusia diharapkan selalu menuntut ilmu dan belajar agar kelak di akhirat dimudahkan jalannya menuju surga. Maka selain qodrat manusia yang selalau ingin tahu dan belajar dalam hidupnya, juga harapan lain agar dimudahkan jalannya menuju surga.
Menurut Ibnu Hajar, kata طَرِيْقًا diungkapkan dalam bentuk nakirah (indefinit), begitu juga dengan kata ilmu, yang berarti mencangkup semua jalan atau cara untuk mendapatkan ilmu agama, baik sedikit maupun banyak. Kalimat سَهِّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيْقًا (Allah memudahkan baginya jalan), yaitu Allah memudahkan baginya jalan di akhir kelak atau memudahkan baginya jalan di dunia dengan cara memberi hidayah untuk melakukan perbuatan baik yang dapat mengantarkannya manuju surga. Hal ini mengandung berita gembira bagi orang yang mneuntut ilmu, bahwa Allah memudahkan mereka untuk mencari dan mendapatkannya, karena menurut ilmu adalah salah satu jalan menuju surga. Dalam hadis ini, Rasulullah menggunakan pendekatan fungsional. Beliau memberikan motivasi belajar kepada para sahabat (umat)nya dengan mengemukakan manfaat, keuntungan, dan kemudahan yang akan didapat oleh setiap orang yang berusaha mengikuti proses belajar. Kendatipun beliau tidak menggunakan kata-kata perintah (fi’l al-amr), namun ungkapan ini dapat dipahami sebagai perintah. Siapakah orang beriman yang tidak ingin mendapatkan kemudahan untuk masuk surga? Jawabannya dapat ditebak, tidak ada. Artinya, semua orang beriman itu akan ingin sekali mendapatkan fasilitas ini. Nah, caranya tempuhlah jalan atau ikutilah proses mencari ilmu dengan ikhlas karena Allah.
Adapun tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah sebagai berikut.
1. Mengembangkan potensi kepribadaian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Degan demikian secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi kebutuhannya agar berkembang secara wajar.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusai bersifat hidup dan dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung selama manusia hidup.
Dari hadits diatas dapat dipahami dengan jelas bahwa ilmu pengetahuan itu memudahkan orang menuju ke surga. Hal itu mudah dipahami karena dengan ilmu, seseorang mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah dengan benar, dan bentuk-bentuk akhlak yang mulia. Selain itu, orang berilmu mengetahui hal-hal yang dapat merusak akidah tauhid, perkara-perkara yang merusak pahala ibadah, dan memahami pula sifat dan perilaku buruk yang perlu dihindari. Semuanya itu akan membawanya kesurga di akhirat, bahkan kesejahteraan didunia ini.
Hadis di atas juga menjelaskan keutamaan lain bagi siapa saja yang mneuntut ilmu karena Allah. Tidak hanya kemudahlan baginya menuju surga juga beberapa keutamaan lain. Yang apabila sepanjang hidup manusia, selalu diniatkan untuk menuntut ilmu karena Allah In Sya Allah akan didapat semua kemuliaan tersebut, baik kemuliaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana pernyataan yang sering didengar yaitu “Barang siapa menginginkan dunia, maka ia harus memiliki ilmu. Dan barang siapa menginginkan akhirat, maka ia juga harus memiliki ilmu. Sebagaimana keutamaan lain dalam menuntut ilmu yang dikemukakan hadis diatas, sebagai berikut:
a. Belajar atau menuntut ilmu itu berarti menuju jalan kesurga.
b. Orang yang berilmu pengetahuan itu lebih utama dari ahli ibadah yang tidak tahu ilmu pengetahuan.
c. Ulama’ adalah pewaris para Nabi, dalam menyamapaikan ajaran Islam dan ilmu pengetahuan, oleh karena itu mereka adalah para pendidik.
d. Mulianya profesi sebagai pendidik atau orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan.
e. Warisan para nabi adalah ilmu pengetahuan.
f. Anjuran agar kepada ummat Islam atau peserta didik untuk belajar dengan para ulama’ (orang yang berilmu pengetahuan).
g. Orang yang belajar dengan para ulama’ maka mereka akan mendapat ilmu pengetahuan, sedangkan yang tidak maka akan mendapatkan kerugian.
Dikutip dari buku Hadis Tarbawi, tentang keutamaan orang yang menuntut ilmu dari hadis yang telah disebutkan diatas. Adalah :
Dalam hadis di atas terdapat lima keutamaan orang menuntut ilmu, yaitu:
1. Mendapat kemudahan untuk menuju surga
2. Disenangi oleh para malaikat
3. Dimohonkan ampun oleh makhluk Allah yang lain
4. Lebih utama dari ahli ibadah
5. Menjadi pewaris Nabi.
Banyak sekali ayat al-Qur’an yang mendorong manusia untuk mencari dan memiliki ilmu pengetahuan, seperti ketika al-Qur’an menyuruh manusia untuk mengamati alam semesta, bertafakkur dan lain sebagainya. Secara singkat penghargaan al-Qur’an terhadap ilmu dapat disederhanakan sebagai berikut:
1. Pengangkatan manusia sebagai khalifah, serta dibedakannya manusiadari makhluk lain disebabkan karena ilmu yang dimilikinya.
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” Mereka mnejawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami; sesunggunya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Baqarah: 31-32)
2. Karena hakekat manusia, tidak bisa dipisahkan dari kemampuan untuk mengambangkan ilmu pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat manusia, sehingga manusia yang ideal adalah manusia yang mencapai ketinggian iman, ilmu dan amal.
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11)
Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat, baru akan mempunyai arti fungsional dan aktual dalam diri manusia bilamana dikembangkan melalui proses kependidikan yang sistematis. Oleh karena itu teori-teori pendidikan Islam yang disusun secara sistematis merupakan kompas bagi proses tersebut. Ruang lingkup kependidikan Islam adalam mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-benih yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependdidikan.
Dari kutipan di atas diketahui bahwa konsep pendidikan seumur hidup merupakan konsep pendidikan Islam yang telah diwahyukan oleh Allah. Pendidikan dan belajar bukanlah sesuatu hal yang hanya terjadi di sekolah saja, atau hanya ketika usia muda saja, namun selama kita hidup semua bisa menjadi pemdidikan dan pembelajaran bagi kita. Karena pendidikan mencakup semua hal dalam kehidupan manusia yang hasilnya akan dipetik nanti diakhirat. Termasuk hasilnya adalah keutaman-keutamaan orang yang mneuntut ilmu sebagaimana hadis yang telah disebutkan diatas.
Beberapa konsep pendidikan seumur hidup, sebagai berikut:
1. Pendidikan seumur hidup berarti pelajar belajar karena respon terhadap keingginannya yang didasai untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar. Jadi, istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa organisasi sekolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelenggaraan asas pendidikan seumur hidup.
2. Metode belajar seumur hidup adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup, melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema dan sangat terdorong untuk belajar di seluruh tingkat usia, serta menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
Dasar pendidikan seumur hidup bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidkan dapat berlangsung selama manusia hiudp, baik di dalam maupun di luar sekolah. Pendidikan keluarga termasuk jalur pendidikan luar sekolah merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidkan kelurga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa konsep pendidikan seumur hidup merupakan warisan Rasulullah SAW. kepada umatnya. Selama manusia hidup, manusia selalu diliputi rasa ingin tahu, penasaran, dan belajar hal baru. Dalam pembelajarannya manusia tidak hanya belajar ketika disekolah saja, namun pengalaman dalam hidup dan kejadian sehari-hari juga merupakan pembelajaran. Jadi, selama manusia hidup, manusia selalu berpotensi untuk belajar dan menambah ilmu pengetahuannya.
Dengan terus bertamabahnya ilmu pengetahuan yang dimiliki maka akan semakin dekat seseorang dengan Tuhannya. Seperti kata pepatah “Padi semakin berisi semakin menunduk” sehingga dalam hadis Rasulullah SAW. disebutkan pahala yang besar bagi yang mencari ilmu. Karena dengan ilmu, seseorang mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah yang benar, dan bentuk-bentuk akhlak yang mulia. Juga semakin seseorang memiliki ilmu pengetahuan akan mengetahui hal-hal yang dapat merusak akidah, perkara yang merusak pahala ibadah, dan memahami pula sifat dan perilaku buruk yang perlu dihindari. Sehingga dengan ilmu pengetahuannya akan memberikan manusia kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Sehingga, selama manusia masih hidup diharapkan untuk selalu belajar dan menambah ilmu pengetahuan. Dengan terus memperbaiki diri dan berniat untuk beribadah menuntut ilmu sepanjang hayat maka, tujuan akhir manusia sebagai makhluk Allah yang akan dihadapkan dengan kehidupan akhirat dapat memperoleh kehidupan akhirat yang baik, karena janji Allah bagi orang yang menuntut ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga terkabul.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diketahui bahwa hadis tersebut merupakan hadis yang mengandung pesan berupa keutamaan orang mencari ilmu, yaitu mendapat pahala berupa kemudahan baginya mneuju surga. Hadis tersebut terdapat dalam kitab-kitab hadis milik Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan masih banyak kitab hadis lainnya yang memuat matan hadis tersebut meskipun dengan pewari dan redaksi matan yang sedikit berbeda. Meskipun begitu tidak mengurangi atau merubah pesan atau makna yang terkandung dalam hadis tersebut.
Dengan cara mentahrij hadis tersebut dengan aplikasi jawami’ul kalim, dapat diketahui bahwa hadis tersebut termasuk hadis mutawatir yang diriwayatkan lebih dari 1 orang dan bukanlah termasuk dalam hadis mashur karena yang meriwayatkan hanya 5-6 perawi. Meskipun demikian hadis tersebut merupakan hadis yang marfu’ yang sanadnya sampai pada Rasulullah SAW. Disamping itu hadis tersebut juga diriwayatkan oleh orang-orang yang tsiqah sehingga periwayatannya dapat diterima. Meskipun dari sanad tersebut sebagian kecil merupakan perawi yang dhaif.
Dikemukakannya pahala orang yang menuntut ilmu dalam hadis tersebut, sesungguhnya Islam menerapkan konsep pendidikan sepanjang hayat. Yang mengajarkan kepada manusia untuk selalu menuntut ilmu sepajang hidupnya dengan niat ibadah karena Allah. Karena dengan berilmu seseorang akan mengetahui Tuhannya, dan menjadikannya dekat dengan tuhan. Maka dekat pula dengan tujuan hidup manusia untuk mencapai kehidupan akhirat yang mulia yaitu surga. Bahwa sesungguhnya Allah SWT. dan Rasul-Nya sangat memuliakan orang yang berilmu pengetahuan.
B. Saran
Dengan ini kita perbaiki niat kita sebagai mahasiswa, niatkan apa yang kita lakukan sekarang ini adalah ibadah menuntut ilmu yang semoga dapat bermanfaat bagi dunia dan diakhirat. Juga ketahuilah orang sukses di dunia dan di akhirat karena Ilmunya. Seseorang boleh dikatakan putus sekolah, tapi bukan berarti berhenti belajar. Jadi, selama masih ada umur jangan pernah berhenti belajar karena kemuliaan hanya didapatkan bagi orang yang berilmu pengetahuan.
DAFTAR RUJUKAN
Hasbullah,2013, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta:RajaGrafindo Persada
Munir Ahmad, 2007, Tafsir Tarbawi, Yogyakarta:Teras
Nafis Muntahibun, 2017, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta:Kalimedia
Suryani, 2012, Hadis Tarbawi, Yogyakarta:Teras
Umar Bukhari, 2016, Hadis Tarbawi, Jakarta:Amzah
Sangat membantu untuk referensi pembuatan makalah. Jazakillah khayr katsir
BalasHapus