A.
Pentingnya Berlaku Jujur
Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “as-sidqu”
atau “ siddiq” yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata
ini adalah dusta, atau dalam bahasa “al-kazibu”. Secara istilah, jujur
bermakna: (1) Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; (2) Kesesuaian antara
informasi dan kenyataan; (3) Ketegasan dan kemantapan hati; dan (4) Sesuatu
yang baik yang tidak dicampur kedustaan.[1]
Jadi, jujur adalah berkata dengan benar sesuai dengan kenyataannya, tidak di
kurang-kurangi ataupun di lebih-lebihkan.
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berlaku benar
baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya:
يا يّها الّذ ين امنو التّقوا اللّه وكونوامع الصّدقين
Artinya:
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan
orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah/9: 119).
Ibnu Qayyim
berkata, dasar iman adalah kejujuran (kebenaran), sedangkan dasar nafiq adalah
kebohongan atau kedustaan. Tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan
keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah SWT.
menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu
menyelamatkan dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).[2]
قال اللّه هذايوم ينفع الصّدقين صدقهمقلي لهم
جنّت تجري من تحتهاالأنهر خلدين فيها ابدا قلي
رضي اللّه عنهم ورضواعنه قلي ذلك
الفوزالعظيم
Artinya:
“Allah berfirman,
“Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka
memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida
kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Q.S. al-Maidah/3: 119)
Dalam kitab Mu’jamu
al-Fahras lialfadzi al-Qur’an, kata sadaqa ada dalam 4 ayat al-Qur’an, yaitu:
Surah Ali Imran ayat 95
Surah Al-Ahzab ayat 22
Surah Yasin ayat 52
Surah Al-Fath ayat 27[3]
B.
Keutamaan Perilaku Jujur
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga
tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki
kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba
akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.[4]
Kejujuran akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta
dan kasih sayang dan keridaan Allah SWT. Sedangkan kebohongan adalah kejahatan
tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat
kemunkarann dan menjerumuskannya ke jurang neraka.[5]
Orang yang berbuat jujur maka ia akan dipercaya oleh orang lain dan mendapat
kebahagiaan serta ketentraman dalam hidupnya. Begitupun sebaliknya, orang yang
berbuat bohong maka ia tidak dapat dipercaya, sekali berbohong maka kepercayaan
orang lain terhadapnya akan hilang. Ia selalu dihantui dengan perassan
bersalah, dan ia tidak akan tentram dalam menjalankan kehidupannya.
C.
Macam-Macam Kejujur
Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar sebagai
berikut:
1.
Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan
bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena
Allah SWT.
2.
Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita
yang diterima dengan yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara
perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur.
3.
Jujur dengsn perbusatan/amaliah, yaitu beramal dengan
sungguh sehingga perbuatan sahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada
dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.[6]
Allah SWT. berfirman:
يا يّها الّذ ين امنو التّقوا اللّه وقولواقولاسد يدا
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kamu kepada Allah SWT. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S.
al-Ahzab/33:70)
Orang yang beriman
perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya karena sangat berdosa besar bagi
orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataan dengan perbuatannya.[7]
D.
Petaka Kebohongan
Sebab dusta ingin mendapat manfaat dan menolak bahaya,
sebab manusia kadang-kadang melihat ada keselamatan yang segera dalam kebohongan,
dan melihat ada bahaya dalam kejujuran.
Bahaya berbohong kembali kepada diri
sendiri, ia akan diremehkan serta tidak dipercaya lagi, pendusta/pembohong
dihinakan di dunia, disiksa di akhirat, dusta juga berefek untuk orang lain
karena pendusta berjanji dengan orang lain akan suatu kebaikan kemudian
mengingkarinya sehingga memecahkan hati orang tersebut akibatnya hilanglah
harapan dan timbullah gosip, adu domba, sehingga tergeraklah manusia dalam
kemarahan dan permusuhan.[8]
sekali kita mengucap sesuatu yang bohong dari mulut kiita, apabila tidak
dihilangkan akan menjadi kebiasaan. Sekali kita berbohong rusaklah kepercayaan
orag lain terhadap diri kita. Dan bila terlalu sering berbohong, sekalipun kita
berkata jujur ucapan kita sulit untuk dipercaya, karena orang sudah tidak
memiliki kepercayaan terhadap ucapan kita.
E.
Hikmah Perilaku Jujur
Beberapa hikmahh yang dapat dipetik dari perilaku jujur,
antara lain sebagai berikut:
1.
Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita
tenang, tidak takut akan diketahui kebohongannya karena memang tidak bohong.
2.
Mendapat kemudahan dalam hidupnya.
3.
Selamat dari azab dan bahaya.
4.
Dijamin masuk surga.
5.
Dicintai oleh Allah SWT. dan rasul-Nya.[9]
[1] Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA Kelas X, jilid 1 (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), 34.
[2] Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA Kelas X, jilid 2 (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), 24.
[3] Muhammad
Fuad Abdul Baqi, Mu’jamu Al-fahras Lialfadzi al-Qur’an (Kairo: Dar
Al-Hadis, 2007),498.
[5] Anwar Rudin,
dkk, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk Kelas X SMK, Kurikulum
2013 (Ponorogo: Tim MGMP PAI SMK Kabupaten Ponorogo), 27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar