Selasa, 23 Juli 2019

PENTINGNYA PERILAKU JUJUR "studi materi PAI SMA/SMK"


A.    Pentingnya Berlaku Jujur
Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan “as-sidqu” atau “ siddiq” yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa “al-kazibu”. Secara istilah, jujur bermakna: (1) Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; (2) Kesesuaian antara informasi dan kenyataan; (3) Ketegasan dan kemantapan hati; dan (4) Sesuatu yang baik yang tidak dicampur kedustaan.[1] Jadi, jujur adalah berkata dengan benar sesuai dengan kenyataannya, tidak di kurang-kurangi ataupun di lebih-lebihkan.
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya:
يا يّها الّذ ين امنو التّقوا اللّه وكونوامع الصّدقين
Artinya:
 “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah/9: 119).
Ibnu Qayyim berkata, dasar iman adalah kejujuran (kebenaran), sedangkan dasar nafiq adalah kebohongan atau kedustaan. Tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah SWT. menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkan dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).[2]
قال اللّه هذايوم ينفع الصّدقين صدقهمقلي لهم جنّت تجري من تحتهاالأنهر خلدين فيها ابدا قلي
رضي  اللّه عنهم ورضواعنه قلي ذلك الفوزالعظيم
Artinya:
 “Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Q.S. al-Maidah/3: 119)
Dalam kitab Mu’jamu al-Fahras lialfadzi al-Qur’an, kata sadaqa  ada dalam 4 ayat al-Qur’an, yaitu:
Surah Ali Imran ayat 95
Surah Al-Ahzab ayat 22
Surah Yasin ayat 52
Surah Al-Fath ayat 27[3]
B.     Keutamaan Perilaku Jujur
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.[4]
Kejujuran akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta dan kasih sayang dan keridaan Allah SWT. Sedangkan kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat kemunkarann dan menjerumuskannya ke jurang neraka.[5] Orang yang berbuat jujur maka ia akan dipercaya oleh orang lain dan mendapat kebahagiaan serta ketentraman dalam hidupnya. Begitupun sebaliknya, orang yang berbuat bohong maka ia tidak dapat dipercaya, sekali berbohong maka kepercayaan orang lain terhadapnya akan hilang. Ia selalu dihantui dengan perassan bersalah, dan ia tidak akan tentram dalam menjalankan kehidupannya.
C.    Macam-Macam Kejujur
Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar sebagai berikut:
1.      Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah SWT.
2.      Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur.
3.      Jujur dengsn perbusatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh sehingga perbuatan sahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.[6]
Allah SWT. berfirman:
يا يّها الّذ ين امنو التّقوا اللّه وقولواقولاسد يدا
Artinya:
            Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah SWT. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzab/33:70)
Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataan dengan perbuatannya.[7]
D.    Petaka Kebohongan
Sebab dusta ingin mendapat manfaat dan menolak bahaya, sebab manusia kadang-kadang melihat ada keselamatan yang segera dalam kebohongan, dan melihat ada bahaya dalam kejujuran.
     Bahaya berbohong kembali kepada diri sendiri, ia akan diremehkan serta tidak dipercaya lagi, pendusta/pembohong dihinakan di dunia, disiksa di akhirat, dusta juga berefek untuk orang lain karena pendusta berjanji dengan orang lain akan suatu kebaikan kemudian mengingkarinya sehingga memecahkan hati orang tersebut akibatnya hilanglah harapan dan timbullah gosip, adu domba, sehingga tergeraklah manusia dalam kemarahan dan permusuhan.[8] sekali kita mengucap sesuatu yang bohong dari mulut kiita, apabila tidak dihilangkan akan menjadi kebiasaan. Sekali kita berbohong rusaklah kepercayaan orag lain terhadap diri kita. Dan bila terlalu sering berbohong, sekalipun kita berkata jujur ucapan kita sulit untuk dipercaya, karena orang sudah tidak memiliki kepercayaan terhadap ucapan kita.
E.     Hikmah Perilaku Jujur
Beberapa hikmahh yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai berikut:
1.      Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita tenang, tidak takut akan diketahui kebohongannya karena memang tidak bohong.
2.      Mendapat kemudahan dalam hidupnya.
3.      Selamat dari azab dan bahaya.
4.      Dijamin masuk surga.
5.      Dicintai oleh Allah SWT. dan rasul-Nya.[9]


[1] Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA Kelas X, jilid 1 (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), 34.
[2] Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA Kelas X, jilid 2 (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), 24.
[3] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jamu Al-fahras Lialfadzi al-Qur’an (Kairo: Dar Al-Hadis, 2007),498.
[4] Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA Kelas X, jilid 2, Ibid., 24.
[5] Anwar Rudin, dkk, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk Kelas X SMK, Kurikulum 2013 (Ponorogo: Tim MGMP PAI SMK Kabupaten Ponorogo), 27.

[6]Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA Kelas X, jilid 1, Ibid., 34.
[7] Anwar Rudin, dkk, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk Kelas X ScMK, Ibid, 27.
[8] Hafid Hasan Al-Mas’udi, Taisirul Kholaq, Ma’had Islam Salafy, 18.
[9] Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk SMA Kelas X, jilid 2, Ibid., 27.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar