Selasa, 23 Juli 2019

TEKNIK PENILAIAN NON TES


“TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN NON-TES
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
 Model Penilaian Kelas


Dosen Pengampu:
Bustanul Yuliani, M.Pd.I

Disususun oleh kelompok 6:
Ari Hidayatul Mustafit                                 : 210317216
Mualifah khoirunnisa                                   : 210317316
Ramdhani Muhammad Huseyn A              : 210317312


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2019

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara umum, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat ukur atau pengumpulan data mengenai suatu variabel. Adapun dalam bidang pendidikan, instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar, keberhasilan proses belajar mengajar, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.[1]
Penilaian pada aspek sikap dilakukan bersama-sama dengan penilaian pada aspek pengetahuan dan aspek keterampilan. Penilaian pada aspek sikap---baik spiritua maupun sosial---menggunakan teknik pengamatan (observasi), penilaian diri (self assessment), dan penilaian antarteman (peer assessment). Penilaian pada sikap memungkinkan bagi guru untuk melakukan intervensi jika seorang siwa mengungkapkan dirinya dengan cara yang tidak tepat. Karena, setiap teknik penilaian yang dikemukakan tersebut bersifat saling melengkapi.[2]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Bentuk-bentuk Instrumen Penilaian Non-Tes?
2.      Apa Fungsi dari Setiap Bentuk Instrumen Non-Tes?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Bentuk-bentuk Instrumen Non-Tes
Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya menilai kepribadian anak secara menyeluruh yang meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup, dan lain-lain. Teknik ini berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individual maupun secara kelompok.[3]
Kuesioner dan wawancara pada umunya digunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorang serta harapan dan aspirasinya di samping aspek afektif dan perilaku individu. Skala biasanya digunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala sikap dan skala minat serta aspek kognitif seperti skala penilaian. Observasi biasanya digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu. Studi kasus digunakan untuk memperoleh data yang komprehensif mengenai kasus-kasus tertentu dari individu. Sosiometri pada umumnya digunakan untuk menilai aspek perilaku individu, terutama hubungan sosialnya. Catatan kumulatif digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang mendalam dan menyeluruh mengenai individu yang dilakukan terus menerus sehingga diperoleh data dan informasi yang komprehensif. Kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya leboh komprehensif.[4]
Dalam dunia pendidikan Indonesia, peraturan mengenai penilaian domain sikap tertuang dalam Permendikbud No. 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dimana penilaian sikap siswa dilakukan melalui metode observasi, penilaian diri (self assesment), penilaian antar peserta didik (peer evaluation), maupun jurnal.[5]
Berikut adalah beberapa instrumen nontes yang sering digunakan dalam evaluasi di bidang pendidikan. Diantaranya adalah:
1.      Observasi
Observasi dapat dilakukan menggunakan dua cara yaitu: (1) informal dan tidak terenana (insidental), serta (2) formal dan terencana. Observasi secara informal dan tidak terencana terjadi ketika guru mengamati secara spontan sikap siswa selama aktivitas pembelajaran dan pada saat terjadi interaksi antara guru dan siswa. Observasi informal bersifat tidak terstruktur dan tidak ada format atau prosedur yang ditetapkan.[6]
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan yang sistematis.
Ada dua macam observasi:
a.       Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal ini pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedng diamati.
b.      Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
c.       Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.[7]
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan denganmenggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan instrumenyang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung dilaksanakan oleh gurusecara langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi tidak langsung dengan bantuanorang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan karyawan sekolah.[8]
Dalam observasi menggunakan instrumen lembar pengamatan dan rubrik. Instrumen observasi yang umum digunakan dalam mengobervasi akivitas belajar siswa proses pembelajaran antara lain: check list, anecdotal record dan rating scale. Check listatau daftar cek adalah instrumen observasi yang memuat daftar dari semua aspek tingkah laku yang akan diamati. Bila tingkah laku yang diamati itu muncul maka diberi tanda cek (v), yang tidak muncul dikosongkan.[9]
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu sikap atau perilaku. Sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap. Pedoman observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan. Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rentang skala hasil pengamatan antara lain berupa  :
1)      Selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah
2)      Sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik
(lihat lembar contoh instrumen).
Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk penskoran. Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau daftar cek. Sedangkan petunjuk penskoran memuat cara memberikan skor dan mengolah skor menjadi nilai akhir. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya :
1)      Dilakukan dengan tujuan jelas dan direncanakan sebelumnya. Perencanaan mencakup indikator atau aspek yang akan diamati dari suatu proses.
2)      Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala penilaian.
3)      Pencatatan dilakukan selekas mungkin.
4)      Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilaksanakan.
2.      Penilaian Diri
Penilaian diri; merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berbagai hal.[10]
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik.
Skala penilaian dapat disusun dalam bentuk skala Likert atau skala semantic differential. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena.  Sedangkan skala semantic differential yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.[11]
3.      Penilaian Antar teman
Penilaian antarteman; merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal.[12]
Teknik penilaian diri atau pelaporan diri didefinisikan sebagai teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif.[13]
Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didikuntuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan untuk penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek dan skala penilaian (rating scale) dengan tekniksosiometri berbasis kelas. Guru dapat menggunakan salah satu dari keduanya atau menggunakandua-duanya.[14]
Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang terperinci dan lengkapyang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya degan mengadakan komunikasi tertulis, dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden secara tertulis juga.[15]


4.      Jurnal
 Jurnal; merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik yang terkait dengan kinerja ataupun sikap peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.[16]
Instrumen yang digunakan paada penilaian jurnal adalah catatan anekdok (catatan insidental),  yang berupa sikap spiritual dan sikap sosial anak. Anecdotal record atau catatan anekdot adalah instrumen obervasi yang digunakan untuk mencatat kejadiankejadian penting yang muncul diluar kasus yang sedang diamati.[17]
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Kelebihan yang ada pada jurnal adalah peristiwa/kejadian dicatat dengan segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan untuk memahami peserta didik dengan lebih tepat. Sementara itu, kelemahan yang ada pada jurnal adalah reliabilitas yang dimiliki rendah, menuntut waktu yang banyak, perlu kesabaran dalam menanti munculnya peristiwa sehingga dapat mengganggu perhatian dan tugas guru, apabila pencatatan tidak dilakukan dengan segera, maka objektivitasnya berkurang. Terkait dengan pencatatan jurnal, maka guru perlu mengenal dan memperhatikan perilaku peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aspek-aspek pengamatan ditentukan terlebih dahulu oleh guru sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajar. Aspek-aspek pengamatan yang sudah ditentukan tersebut kemudian dikomunikasikan terlebih dahulu dengan peserta didik di awal semester.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah:
1)      Catatan atas pengamatan guru harus objektif
2)      Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah kejadian / peristiwa yang berkaitan dengan Kompetensi Inti.
3)      Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda).[18]
B.     Fungsi dari Setiap Bentuk Instrumen Non-Test
1.      Observasi
a.       Merupakan sumber informasi yang amat berguna untuk menganalisis perkembangan belajar siswa.
b.      Guru dapat melihat proses siswa mendapatkan prestasi: saat melakukan kesalahan, saat aktif, frustasi, termotivasi, marah, tidak setuju, gembira, dan sebagainya hingga akhirnya berhasil.
c.       Merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi sejauh mana sikap siswa menjadi dasar penilaian yakni sebagai validitas internal.[19]
2.      Penilaian diri
a.       Adapun karakter yang diukur adalah 5 jujur, disiplin, kerja keras, dan mandiri yang berhubungan dengan pembentukan sikap ilmiah.[20]
b.      Teknik ini dianggap sebagai teknik yang paling dapat diandalkan untuk mengungkapkan aspek psikologis seseorang, hal ini salah satunya disebabkan oleh adanya asumsi bahwa yang paling mengenal seseorang adalah dirinya sendiri.[21]
c.       Teknik self assessment untuk menilai disiplin, menghargai, dan tanggung jawab.[22]

3.      Penilaian antar teman
a.    Mengetahui kekurangan dirinya di mata temannya
b.    Dapat menjadi bahan evaluasi diri
c.    Sebagai refleksi diri untuk dapat lebih baik
4.      Jurnal
a. Mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran
b.     Sebagai feedback pengembangan dan perbaikan pembelajaran
c. Untuk memperoleh masukan/feedback bagi peningkatan profesionalisme guru mendeteksi kekuatan dan kelemahan berdasar persepsi siswa
d.    Pembinaan sikap siswa dengan memperhatikan teori pembentukan dan perubahan sikap.[23]











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan Indonesia, peraturan mengenai penilaian domain sikap tertuang dalam Permendikbud No. 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dimana penilaian sikap siswa dilakukan melalui metode observasi, penilaian diri (self assesment), penilaian antar peserta didik (peer evaluation), maupun jurnal.
                        Manfaat tiap-tiap bentuk instrumen non-test
Observasi:  menjadi sumber informasi yang amat berguna untuk menganalisis perkembangan belajar siswa.
Guru dapat melihat proses siswa mendapatkan prestasi: saat melakukan kesalahan, saat aktif, frustasi, termotivasi, marah, tidak setuju, gembira, dan sebagainya hingga akhirnya berhasil.
Merupakan cara terbaik untuk mengevaluasi sejauh mana sikap siswa menjadi dasar penilaian yakni sebagai validitas internal.
Penilaian diri:  Adapun karakter yang diukur adalah 5 jujur, disiplin, kerja keras, dan mandiri yang berhubungan dengan pembentukan sikap ilmiah.
Teknik ini dianggap sebagai teknik yang paling dapat diandalkan untuk mengungkapkan aspek psikologis seseorang, hal ini salah satunya disebabkan oleh adanya asumsi bahwa yang paling mengenal seseorang adalah dirinya sendiri.
Teknik self assessment untuk menilai disiplin, menghargai, dan tanggung jawab.

Penilaian antar teman: Mengetahui kekurangan dirinya di mata temannya                                                   Dapat menjadi bahan evaluasi diri
Sebagai refleksi diri untuk dapat lebih baik
Jurnal: Mengetahui faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi pembelajaran
Sebagai feedback pengembangan dan perbaikan pembelajaran
Untuk memperoleh masukan/feedback bagi peningkatan profesionalisme guru mendeteksi kekuatan dan kelemahan berdasar persepsi siswa
Pembinaan sikap siswa dengan memperhatikan teori pembentukan dan perubahan sikap.




















DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, cet. Ke-1 (Jakarta: Bumi Aksara).
Endrayanto, Herman Yosep Sunu  dan Harumurti, Yustiana Wahyu. 2018.  Penilaian Belajar Siswa di Sekolah, cet. Ke-5 (Yogyakarta: Penerbit Kanisiua).
Ratnawulan, Elis dan Rusdiana.  2017.  Evaluasi Pembelajaran, cet. Ke-2 (Bandung:Pustaka Setia).
Sudjana, Nana. 2011.  Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, cet. Ke-16 (Bandung: Remaja Rosdakarya).



[1] Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, cet. Ke-2 (Bandung:Pustaka Setia, 2017), 191.
[2] Herman Yosep Sunu Endrayanto dan Yustiana Wahyu Harumurti, Penilaian Belajar Siswa di Sekolah, cet. Ke-5 (Yogyakarta: Penerbit Kanisiua, 2018), 147.
[3] Ibid.,200.
[4] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, cet. Ke-16 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 67.
[6] Herman Yosep Sunu Endrayanto dan Yustiana Harumurti, Penilaian Belajar Siswa di Sekolah,155.
[7] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, cet. Ke-1 (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 41-46.
[15] Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, cet. Ke-2 (Bandung: Pustaka Setia, 2017),  201-204.
[19] Herman Yosep Sunu Endrayanto dan Yustiana Wahyu Harumurti, Penilaian Belajar Siswa di Sekolah, 151-157.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar