Review Artikel Jurnal
Disusun sebagai Tugas Ujian Tengah Semester
Nama
|
: Mualifah Khoirunnisa
|
Kelas
|
: PAI J
|
|
NIM
|
: 210317316
|
No. Urut
Ujian
|
: 1
|
|
Point yang direview
|
Hasil Review
|
|||
Judul Artikel
|
INTERNALISASI NILAI-NILAI HUMANISTIK RELIGIUS
PADA GENERASI Z DENGAN “DESIGN FOR CHANGE”
|
|||
Penulis
|
Achmad Faqihuddin
|
|||
Nama Jurnal
|
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam, Vol. 12, No. 2, Agustus 2017
|
|||
Alamat Website Artikel Jurnal
|
||||
Latar Belakang Masalah
|
Generasi Z adalah anak yang
lahir sekitar tahun 1998 keatas, mereka
memiliki kecenderungan dan ketergantungan terhadap penggunaan alat elektronik
seperti internet. Kecenderungan tersebut berdampak kurang baik terhadap
kehidupan sosial anak, spiritual anak, dan gaya hidup mereka. Mereka cenderung
bersifat egois, apatis, dan individualis. Juga akibat dari kemajuan teknologi
yang begitu pesat, memunculkan masalah baru berupa banyaknya kejadian
pembulian di kalangan pelajar, kekerasan dan juga tindakan kriminal. Hal-hal
tersebut menunjukkan jauhnya anak dari sikap sosial yang baik dan nilai-nilai
humanis. Sedangkan agama Islam banyak mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan
kepada pemeluknya, namun realitanya nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada
agama mulai lutur termakan oleh kemajuan teknologi, khususnya internet.
|
|||
Rumusan Masalah
|
Bagaimana proses internalisasi
nilai-nilai religius humanistik yang dilakukan oleh Guru PAI SMAN 26 Bandung
dan uji efektifitas penggunakan design for change dalam internalisasi
nilai-nilai tersebut.
|
|||
Tujuan Pembahasan
|
Mengetahui strategi kreatif
yang dilakukan oleh Guru PAI SMAN 26 Bandung dalam mengajarkan dan
menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan dan nilai humanistik religius
kepada siswanya yang merupakan Generasi Z.
|
|||
Metode Penelitian
|
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode penentuan sampling berupa purposeful
sampling. Adapaun metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ada
tiga yakni: observasi (observation), wawancara (interview), dan
dokumentasi (documentation). analisis dapat dilakukan dengan
tiga langkah, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta Penarikan kesimpulan dan
verifkasi (conclusion drawing/ verifcation)
|
|||
Teori yang Digunakan
|
Dalam
buku Grown
Up Digital ditulis secara rinci empat
generasi yang lahir setelah perang dunia kedua. Yaitu pertama, Baby Boom lahir antara tahun 1946-1964. Kedua, Generasi X lahir antara tahun 1965-1976. Ketiga, Generasi Y lahir antara tahun 1977-1997. Keempat, Generasi Z yang lahir antara tahun 1998- sekarang. Generasi Z merupakangenerasi yang tumbuh bersama kemajuan teknologi, sehingga memandang teknologi adalah bagian dari mereka. Namun tidak menuntut kemungkinan juga penggunaan smartphone oleh Generasi Z mengarah kepada perilaku adiktif apabila mengarah kepada ketergantungan yang berlebihan pada smartphone. Hasil riset menunjukkan bahwa dampak negatif dari kemajuan teknologi dan mudahnya akses internet adalah munculnya sifat konsumtif, individualistis, kurang peka terhadap lingkungan, menginginkan segala sesuatu didapatkan dengan instan. Fenomena individualistis, kurang peka terhadap lingkungan, cyberbullying, cybercrime, mengakses media porno dan masalah lain yang muncul dari Generasi Z jelas bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam kehidupan manusia selalu
dihadapkan pada masalah, zaman dahulu manusia berpegang teguh pada ajaran
agamanya untuk mengatasi masalahanya. Namun karena perkembangan zaman banyak
manusia yang mulai berkiblat kepada kemanjuan teknologi dalam hal apapun,
termasuk penyelesaian masalah yang dihadapinya. Hal tersebu berdampak pada
berkurangnya nilai-nilai religius pada diri anak, seperti nilai-nilai
humanistik dan spiritual. Sedangkan pada dasarnya mausia diciptakan sebagai
hamba Allah dan sebagai pemimpin di bumi yang menyeimbangkan hubungannya
dengan Tuhan dan hubungannya kepada sesama hamba, tapi kenyataannya karena
telah banyak terkontaminasi dengan kemajuan teknologi manusia menjadi perusak
di bumi.
Karakteristik dan ciri-ciri
yang nampak dari siswa SMAN 26 Bandung sesuai dengan ciri dan karakteristik
generasi Z, yaitu lahir pada tahun 1998 ke atas, ketergantungan terhadap
penggunaan internet, menunjukkan perilaku individualis, konsumtif, dan
mayoritas siswa memiliki telpon pintar (Hp).
Bahkan mereka cenderung tidak menghargai proses dan menuntut segala
sesuatu secara instan untuk terwujud. Dampak positif dari kemajuan teknologi
yang ditunjukkan oleh siswa SMAN 26 Bandung adalah, mereka menguasai
teknologi dengan baik, menerima informasi dari berbagai sumber, bersifat
terbuka dalam segala hal, mampu berpikir kritis, dan memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi.
Adapun
konsep pendidikan yang humanis religius adalah
konsep pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai dasar yang terkandung dalam humanisme dan religiusitas. Lima nilai dasar itu adalah kebebasan, kreativitas, kerja sama, kejujuran, dan aktualisasi diri. Sedangkan nilai religiusitas meliputi pengetahuan (ilmu keagamaan), keimanan (‘aqīdah), praktik keagamaan (syari’ah), pengamalan keagamaan (akhlaq), dan penghayatan keagamaan (ma’rifah). Sehingga guru PAI bertanggung jawab dalam menciptakan suasana sekolah dan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kemauan Generasi Z. Guru di SMAN 26 Bandung harus paham bagaimana cara belajar yang dilakukan oleh Generasi Z atau siswa mereka, dengan harapan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan guru cocok dengan kemauan siswanya yang telah sedikit banyak menguasai perkembangan teknologi. Bahwa strategi internal sekolah dapat dilakukan melalui empat pilar yaitu proses belajar, budaya sekolah, pembiasaan dan kegiatan ko-kurikuler juga ekstrakurikuler. Program yang digulirkan oleh SMAN 26 Bandung dalam membina akhlak Generasi Z lebih banyak program pembinaan ibadah ritual dengan metode pembelajaran dan pembiasaan. Namun kenyataannnya hal tersebut belum cukup, pemebelajaran ibadah ritual juga harus diseimbangakan dengan ibadah sosial. Awalnya strategi yang digunakan oleh Guru PAI SMAN 26 Bandung sesuai dengan konsep pendidikan karakter Lickona, dimana orientasi pendidikan mengarah pada tiga komponen karakter yaitu pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling) dan tingkah laku moral (moral behavior). Guru PAI di SMAN 26 Bandung mengembangkan kreativitas mengajarya dengan metode Design for Change khususnya untuk internalisasi nilai-nilai humanistik religius. esign For Change merupakan sebuah gerakan dimana anak-anak menggagas sebuah perubahan di sekitar mereka. Pendekatan dalam metode Design For Change adalah :
1. Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tidak hanya sebatas
pada ibadah ritual;
2. Kesholehan pribadi harus diiringi dengan kesholehan
sosial;
3. Membangun paradigma
pentingnya hablun
min Allāh dan hablun
min al-nās;
4. Siswa diajak aktif dalam proses pembelajaran;
5. Siswa diajak mengetahui masalah di sekitar mereka;
6. Siswa diajak menjadi bagian dari agent of change;
7. Siswa diajak menggagas ide perubahan untuk masalah di
sekitar mereka;
8. Mengedepankan kebebasan, kreativitas, kerja sama
(kolaborasi), kejujuran, dan aktualisasi diri;
9. Pembelajaran komprehensif meliputi
pengetahuan (ilmu
keagamaan), keimanan (‘aqīdah), praktik keagamaan (syari’ah), pengamalan keagamaan (akhlaq), dan penghayatan keagamaan (ma’rifah);
10.
Siswa
terlibat langsung dalam memberikan solusi bagi permasalahan di sekitar mereka;
Metode
ini sangat cocok untuk materi yang berkaitan
dengan sosial, salah satu contohnya materi Berbuat Ihsan atau Berbuat Baik, dalam implementasi biasanya dipadukan dengan metode Mind Mapping. Siswa diajak untuk menjadi agent of change. |
|||
Hasil Penelitian
|
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan signifikan
antara kemampuan mengajar guru yang kreatif, kemampuan pengelolaan kelas yang
dilakukan guru, dan kemampuan pengelolaan pengajaran, terhadap peningkatan hasil belajar siswa,
juga sikap humanistik peserta didik. Guru yang menerapkan teknik design
fir change, terbukti mampu menginternalisasikan nilai-nilai humanistik
religius kepada peserta didik. Terbukti dari sikap peserta didik yang lebih
peduli terhadap sesama, tidak egois, peka terhadap permasalahan sosial yang
ada disekitarnya, bahkan mereka mencoba menularkan kegitan baik yang mereka
lakukan melalui media internet yang mereka kuasai.
Hasil internalisasi nilai-nilai
humanistik religius dan
proses pendidikan SMAN 26 Bandung khususnya pada Pelajaran PAI dan Budi Pekerti berdampak positif bagi siswa dan merubah siswa menjadi pribadi yang lebih baik dan peduli sesama. Hal ini menjawab fenomena yang muncul pada generasi Z yang cenderung individualistis, kurang peka terhadap lingkungan. |
|||
penilaian
|
Secara keseluruhan jurnal ini
sudah sesuai dengan penulisan jurnal ilmiah pada umumnya, jurnal ini memiliki
judul yang menggambarkan informasi yang dikandungnya, abstrak yang tertulis
juga sangat memudahkan pembaca untuk memahami isi dari keseluruhan jurnal
tanpa harus membaca keseluruhannya, namun pendahuluan terlalu banyak dan
sedikit membuat bingung, jurnal ini juga telah memaparkan bahan dan metode
penelitian dengan rinci, sangat disayangkan bahwa penulisan jurnal ini kurang
sistematis dalam pembagian point pembahasannya, juga terdapat kata-kata
bermakna sama yang digunakan, sehingga menjadikan kalimat kurang efektif.
|
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar