PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Bimbingan Konseling”

Dosen Pengampu:
Edi Purnomo, M.Pd.
Disusun oleh:
Mualifah Khoirunnisa 210317316
Ahmad Thoriq Ridho 210317325
Kelas/semester:
PAI J/04
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2019
![]() |
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang memiliki pengetahuan dan mampu berpikir.
Manusia juga memiliki ciri khas yang membedakan satu dengan yang lainnya.
Keberagaman manusia ini menghadirkan banyak kesempatan untuk mengembangkan diri
sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat masing-masing.
Bimbingan
konseling merupakan usaha memberikan bantuan untuk membantu manusia agar dapat
berkembanag secara optimal sesuai dengan potensinya masing-masing. Juga
membantu memberi solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi yang dihkawatirkan
akan menganggu perkembangan potensi dirnya.
Dalam
pendidikan bimbingan konseling sanagat diperlukan, mengingat tujuan pendidikan
untuk meningkatkan potensi yang dimiliki peserta didik secara optimal sehingga
kerjasama anatara pendidikan dan bimbingan konseling diharapkan dapat membantu
mengoptimalkan tumbuh kembang potensi peserta didik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling?
2. Apa Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui Pengertian Prinsip-Prinsip
Bimbingan Konseling
2. Mengetahui Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PRINSIP BIMBINGAN KONSELING
Prinsip merupakan paduan hasil teoritik dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksud. Dalam pelayanan bimbingan
dan konseling prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis,
hasil penelitian dan pengalaman dalam konteks sosial budayanya, pengertian,
tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.[1]
Prinsip merupakan pedoman dalam melaksanakan suatu aktivitas.
Prinsip-prinsip pelaksanaan layanan bimbingan konseling mencakup sasaran
layanan, dan permasalahan yang dihadapi, program layanan dan pelaksanaan
layanan. Adapun sasaran lauanan bimbingan konseling adalah seluruh individu
yang berada di lingkungan sekolah. Masalah yang ditangani dalam bimbingan
konseling banyak yang berhubungan dengan fisik dan psikologis serta lingkungan
yang menghambat perkembangan peserta didik. program layanan bimbingan konseling
dilaksanakan sejalan dengan program pendidikan yang fleksibel, berkesinambungan
dan programbnya bisa dievaluasi. [2]
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
di sini ialah hal-hal yang didapat dijadikan pegangan di dalam proses bimbingan
dan penyluhan. Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai pondasi
atau landasan bag layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari
konsepkonsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian
layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.[3]
Jadi prinsip adalah pedoman yang dikutip dari kajian-kajian kelilmuan lain,
yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di berbegai lembaga
pendidikan. Prinsip-prinsip BK mencakupsasaran layanan, permasalahan yang
dihadapi klien, proglam layanan yang diberikan dan tujuan dilaksanakannya BK.
Prinsip tersebut harus dijadikan pegangan dan landasan dalam setiap aktivtas
bimbingan dan konseling.
B. PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING
Prinsip-prinsip yang akan dibahas adalah prinsip secara umum dan
prinsip secara khusus. Prinsip-prinsip khusus adalah prinsip-prinsip bimbingan
yang berkenaan dengan sasaran layanan, prinsip yang berkenaan dengan
permasalahan individu, prinsip yang berkenaan dengan program layanan, dan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan pelaksanaan
pelayanan.
Prinsip-prinsip umum BK:
1.)
Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap
dan tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku
individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
2.)
Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada
individu-individu yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.
3.)
Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
4.)
Masalah
yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau
lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
5.)
Bimbingan
harus dimulai dengan identifikasi kebutuhankebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang dibimbing.
6.)
Bimbingan
harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat
7.)
Program
bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
8.)
Pelaksanaan
program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian
dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat dan
bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna diluar sekolah.
9.)
Terdapat
program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian teratur untuk mengetahui
sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara
pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu. [4]
Prinsip
– Prinsip Khusus:
1.
Prinsip
yang berkenaan dengan sasaran layanan; (1) non diskriminasi, (2) individu
dinamis dan unik (3) tahap & aspek perkembangan individu, (4) perbedaan
individual.
2.
Prinsip
berkenaan dengan permasalahan individu; (1) kondisi mental individu terhadap
lingkungan sosialnya, (2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
3.
Prinsip
berkenaan dengan program layanan; (1) bagian integral pendidikan, (2) fleksibel
& adaptif (3) berkelanjutan (4) penilaian teratur & terarah.
4.
Prinsip
berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (1) pengembangan individu
agar mandiri (2) keputusan sukarela (3) ditangani oleh profesional &
kompeten, (4) kerjasama antar pihak terkait, (5) pemanfaatan maksimal dari
hasil penilaian/pengukuran.[5]
Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan sasaran layanan :
1. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang
umur jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
2. Bimbingan dan konseling
berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu dan memperhatikan
tahap-tahap atau berbagai aspek perkembangan individu, serta memberikan
perhatian utama kepada perbedaan invidual yang menjadi orientasi pokok
pelayanan.
Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun
disekolah, dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah
kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan program pelayanan
Bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu; - Program
bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dngan kebutuhan individu,
masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara berkelanjutan dari jenjang
pendidikan terendah sampai tertinggi.
Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan
Bimbingan dan konseling harus
diarahkan untuk mengembangkan invidu sehingga keputusan yang diambil dan akan
dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri. -
Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
Prinsip bimbingan dan konseling
disekolah Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh
kembangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan
oleh konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan
ke dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya,
memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap
variasinya disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang
harmonis-dinamis dengan kepala sekolah.[6]
Berdasarkan pandangan Rogers tenteng hakikat
manusia, konseling berpusat pada person dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Konseling berpusat pada person difouskan pada tanggung jawab dan
kesanggupan klien untuk menemukan
cara-cara menghadapi kenyataan secara sempurna.
2. Menekankan pada dunia fenomenal klien, dengan jalan memberi empati dan
perhatian terutama pada persepsi klien dan persepsinyaterhadap dunianya.
3. Konseling ini dapat diterapkan pada individu yang dalam kategori normal
maupun yang mengalami detajad penyimpangan psikologis yang berat.
4. Konseling merupakan salah contoh hubunganpribadi yang konstruktif.
5. Konselor perlu menunjukkan sikap-sikap tertentu untukmenciptakan hubungan
teurapetik yang efektif kepada klien..[7]
Penyelenggaraan BK perkembangan didasarkan
pada asumsi bahwa:
1. Layanan tersebut dibuthkan oleh
semua siswa, baik yang mengalami maupun yang tidak mengalami hambatan dalam
proses perkembangannya.
2. BK perkembangan memusatkan pada belajar siswa. Konselor sekolah juga
bekerja sebagai perancang dan pengembang kurikulum dalam pengembangan kognitif,
afektif dan perkembangan serta pertumbuhan fisik.
3. Konselor dan guru merupakan petugas bersama dalam program BK perkembangan.
Konselor dan gutu bekerjasama membantu menyelesaikan masalah siswa. Konselor
sekolah membantu guru dalam menelusuri permasalahan siswa, mengdengarkan
sungguh-sungguh perasaan yang dicurahkan guru, memperjelas, menentukan
pendekatan yang akan digunakan dan membantu mengevaluasi kegiatan pengajara
yang baru.
4. Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan bagian yang pokok
dalam BJ perkembangan. Seluruh program BK perkembangan hendaknya berisi
perencanaan dan pengorganisasian kurikulum yang matang.
5. BK perkembangan peduli terhadap penerimaan diri, pemahaman diri, dan
pengembangan diri. Kegiatan dalam BK perkembangan dirancang untuk membantu
siswa mengetahui lebih banyak tentang dirinya, menerima dirinya serta memahami
kekuatan pada dirinya.
6. BK perkembangan memysatkan pada proses pemberian dorongan.
7. BK perkembangan mengakui perkembangan yang terarah daripada akhir yang
definitif. Konselor BK perkembangan memahami bahwa siswa berada dalam proses
menjadi yang berarti bahwa pertumbuhan fisik dan psikologisnya akan mengalami
berbagai perubahan sebelum mencapai masa dewasa.
8. BK perkembangan yang berorientasi tim menuntut pelayanan dari konselor
profesional yang terlatih. Keberhasilan BK perkembangan memerlukan upaya
bersama seluruh Staf sekolah. Untuk memperoleh keefektifan maksimum dari
program, sekolah hendaknya memiliki akses terhadap pengetahuan dan keterampilan
konselor yang terlatih.[8]
Program layanan bimbingan konseling disekolah merupakan bagian integral
dengan proses pendidikan, dengan kata lain ada kaitan, kesinambungan dan
keterpaduan antara program pendidikan dan bimbingan konseling agar proses
pendidikan dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi keperluan peserta
didik secara optimal. Prinsip pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah,
yaitu:
1. Guru pembimbinga harus memiliki kesiapan program sejak awal tahun
pembelajaran dan personel sekolah lainnya mengetahui dengan jelas
program-program tersebut.
2. Guru pembimbing harus profesional dan memahami perannya dalam bentuk
kegiatan nyata.
3. Guru pembimbing bertanggung-jawab kepada semua peserta didik dengan
berbagai permasalahan yang mereka miliki.
4. Guru pembimbing harus senantiasa mengembangkan kompetensinya.
5. Guru pembimbing harus mampu bekerja sama dengan seluruh masyarakat
pendidikan yang ada, terutama orang tua peserta didik sehingga dapat bekerja
lebih efektif.[9]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prinsip merupakan landasan atau pedoman dalam melaksanakan sesuatu. Prinsip
dikutip dari hasil penelitian, dari ilmu filsafat dan ilmu lainnya yang
dianggap benar dan dapat dijadikan pedoman. Prinsip-prinsip BK adalah prinsip
yang menjadi dasar atau landasan disetiap aktivitas bimbingan dan konseling.
Prinsip tersebut meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum
berkaitan dengan individu, sedangkan prinsip khusus berkenaan dengan sasaran
pelayanan, program pelayanan, tujuan pelayanan dan permasalahan yang dihadapi
individu.
Prinsip umum BK diantaranya:
1. Memahami perbedaan sifat dan tikhalaku individu yang berbeda karena
terbentuk dari aspek kepribadian yang berbeda pula. .
2. Memahami bahwa setiap individu berbeda dan tidak bisa memberikan layanan
yang sama.
3. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan
kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
5. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
6. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat
7. Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah
yang bersangkutan.
8. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas
yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup
bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan
sumber-sumber yang berguna diluar sekolah.
9. Terdapat program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian
teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta
penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu.
Prinsip
– Prinsip Khusus:
1. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (1) non
diskriminasi, (2) individu dinamis dan unik (3) tahap & aspek perkembangan
individu, (4) perbedaan individual.
2. Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu; (1) kondisi mental
individu terhadap lingkungan sosialnya, (2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan
budaya.
3. Prinsip berkenaan dengan program layanan; (1) bagian integral
pendidikan, (2) fleksibel & adaptif (3) berkelanjutan (4) penilaian teratur
& terarah.
4. Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (1)
pengembangan individu agar mandiri (2) keputusan sukarela (3) ditangani oleh
profesional & kompeten, (4) kerjasama antar pihak terkait, (5) pemanfaatan
maksimal dari hasil penilaian/pengukuran.[10]
DAFTAR PUSTAKA
Azam, Ulul. 2016. Bimbingan dan Konseling Perkembangan
di Sekolah Teori dan Praktik, cet. Ke-1 (Yogyakarta: Deepublidh)
Budiarti, Melik. 2017. Bimbingan Konseling di Sekolah
Dasar, cet. Ke-1 (Magetan: AE Media Grafika)
Latipun. 2011. Psikologi
Konseling, cet. Ke-9 (Malang: UPT Pnerbitan Universitas Muhammadiyah
Malang, )
Luddin, Abu Bakar M. 2010. Dasar-Dasar Konseling
Tinjauan Teori dan Praktik, cet.ke-1 (Bandung: Citapustaka Media Perintis)
[1] Abu Bakar M Luddin, Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik, cet.ke-1
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 33.
[2] Melik Budiarti, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar, cet.
Ke-1 (Magetan: AE Media Grafika, 2017), 13-14.
[7] Latipun, Psikologi Konseling, cet. Ke-9 (Malang: UPT
Pnerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2011), 66.
[8] Ulul Azam, Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah Teori dan
Praktik, cet. Ke-1 (Yogyakarta: Deepublidh, 2016), 59-61.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar