PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI ZImamul Aziz Al-Hakim1, Mualifah Khoirunnisa2, Fauzan Aqib Nur Aziz3,
Asialawati4, Sofin Hayin Fanani5Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri PonorogoAbstract: Speaking of educational output will not be separated from the processes
and inputs that enter the educational institution. Especially the output of Islamic
education. Islamic education, Islamic based education, education that teaches the
Islamic sciences, has a responsibility to produce output that is in accordance with
Islamic religious values. Inputs included in Islamic education are Z generation
children born in the period 1995-2010. They have characteristics that are
different from the characteristics of previous generations. They tend to be closer
to the internet, multitasking, expressive, and so on. The future of a nation is
determined by its next generation. And this is where the role of Islamic education
institutions gives the learning process in accordance with the characteristics of
generation Z. The role of teachers and principals is required to present
interactive learning activities by continuing to develop various models of
learning. So the goal of Islamic education to instill Islamic values into reason,
heart and practice can be realized. And the output of Islamic education can be a
pioneer in improving the life of the nation by the standards of Khalifah fil ard and
human beings.Berbicara output pendidikan tidak akan terlepas dari proses dan input
yang masuk ke dalam lembaga pendidikan tersebut. Khususnya output pendidikan
Islam. Pendidikan Islam, pendidikan yang berbasis Islam, pendidikan yang
mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, memiliki tanggung jawab melahirkan1210317308, azizroid0505@gmail..com2 210317316, mualifah.khoirunnisa@gmail.com3 210317317, fauzanaqibnuraziz@gmail.com4210317323, asialawatijenangan@gmail.com5 210317337, shofin.id@gmail.com
output yang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Input yang termasuk dalam
pendidikan Islam merupakan anak-anak generasi Z yang lahir pada rentang
tahun 1995-2010. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih dekat dengan
internet, multitasking, ekspresif, dan lain sebagainya. Masa depan suatu bangsa
ditentukan oleh generasi penerusnya. Dan disinilah peran lembaga pendidikan
Islam memberika proses belajar yang sesuai dengan karakteristik generasi Z.
Peran guru dan kepala sekolah dituntut menghadirkan kegiatam pembelajaran
yang interaktif dengan terus mengembangkan berbagai macam model dalam
pembelajaran. Sehingga tujuan pendidikan Islam untuk menanamkan nilai-nilai
keIslaman ke dalam akal, hati dan perbuatandapat terwujud. Dan output
pendidikan Islam dapat menjadi pelopor perbaikan kehidupan bangsa dengan
standar Khalifah fil ard dan insan kamil.Keywords: Generasi Z, Pendidikan Islam, Output Pendidikan IslamPENDAHULUANPerkembangan teknologi pada saat ini semakin canggih sehingga mampu
mempengaruhi proses belajar mengajar, baik pada media, alat peraga, sumber
belajar ataupun lainnya.6 Hal ini sangat mempengaruhi peran dari kepala sekolah
dan guru yang profesional dalam menyiapkan siswa generasi Z, mulai dari peran
kepala sekolah sebagai pendidik, pengajar, administrasi, supervisor dan juga
kemampuan mengembangkan guru, kemampuan mengikuti perkembangan di
bidang pendidikan, dan guru dalam penguasaan materi, keterampilan dalam
menggunakan multi metode pembelajaran sebagai solusi terbaik untuk
memperbaiki kualitas pendidikan melalui sekolah. Terlepas dari berbagai
kekurangan dalam praktik pendidikan, apabila dilihat dari standar nasional
pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum, dan implementasi
pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan sebenarnya dapat
dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus6 M. Djauhar Siddiq, Peran Bahan Pembelajaran Dalam Kegiatan Pembelajaran,
taffnew.uny.ac.id/upload/130687110/pendidikan/pengembangan_bahan_pembelajaran_1.pdf 1.
diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari.
Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru
menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada
tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah
merupakan kesatuan dari adanya proses pembelajaran itu sendiri, sehingga
perlusekali adanya suatu terobosan yang jitu untuk meningkatkan kualitas dari
sekolah tersebut, mulai dari berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru,
penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, sampai dengan meningkatkan manajemen berbasis sekolah. School
Improvement yang dipandang sebagai solusi terbaik untuk memperbaiki kualitas
pendidikan melalui sekolah. Selanjutnya peran dari leadership dalam school
improvement juga sangat besar, karena walau bagaimanapun, arah suatu perbaikan
sekolah dipengaruhi oleh pola dari leadership. Sebagai upaya untuk meningkatkan
kesesuaian dan pendidikan karakter yang berwawasan mutu terpadu, Kementerian
Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk
setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan
konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada
setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati
(Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development),
Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa
dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan
implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand
design tersebut.7Perubahan kehidupan masyarakat dan perkembangan teknologi khususnya
internet memberi pengaruh pada karakteristik kehidupan manusia yang hidup pada
masa tersebut, begitu juga dengan generasi Z yang memiliki karakteristik yang
berbeda dengan generasi lainnya. Generasi Z menjadi input bagi lembaga7 Listyono, Pendidikan Karakter dan Pendekatan SETS (Science Environment Technology
and Society) Dalam Perancanaan Pembelajaran Sains, (Jurnal Phenomenon, Vol. 2 No. 1 , 2012)file:///C:/Users/ASUS/Downloads/420-744-1-SM.pdf 95.
pendidikan Islam. Pendidikan Islam diharapkan mampu menghadirkan proses
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik generasi Z agar tercapai tujuan
pendidikan Islam. Sehingga output pendidikan Islam dapat berperan di
lingkungan masyarakatnya. Sehingga kiita perlu ketahui karakteristik apa yang
ada pada generasi Z, proses pendidikan dan tujuan pendidikan yang ditawarkan
oleh lembaga pendidikan Islam, dan wujud apa saja yang diberika genrasi Z
terhadap tatanan sosial, ekonomi, politik, dll?
Dengan ini diharapkan sebagai pelaku pendidikan mampu memahami
karakter dari siswa didiknya yang sebagaian besar merupakan generasi Z. Dan
guru mampu memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristim
generasi Z sehingga tujuan pendidikan Islam untuk internalisasi nilai dalam
kehidupan peserta didik dapat terwujud. Juga peserta didik mampu
mengaplikasikan nilai-nilai yang terlah terdapat dalam dirinya dalam kehidupan
sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dll.KARAKTERISTIK GENERASI ZBerbicara karakter, maka berbicara pula terkait sifat dan sikap seseorang.
Karakter merupakan segala sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang
menjadikan ciri khas pada seseorang tersebut. Bahwa karakter adalah sikap dan
sifat seseorang yang melekat pada diri pribadinya yang dapat dibentuk atau
dibangun dan tercermin dalam pola pikir dan pola tingkah laku.8 Karakter yang
terdapat dalam diri seseorang dipengaruhi oleh lingkungan, sifat bawaan,
pendidikan yang ia peroleh, dan banyak hal lainnya yang menjadikan karakter
seseorang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya.8 Diyah Puspita Rini, PENGARUH KARAKTER GENERASI Z DAN PERAN GURU
DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X
AKUNTANSI SMK NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2015/2016 , (SKRIPSI: Program Studi
Pendidikan Aluntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2016),https://eprints.uny.ac.id/29891/1/SKRIPSI%20FULL%20_DIYAH%20PUSPITA%20RINI_12803
241004.pdf. 19.
Generasi adalah kelompok yang terdiri dari individu yang memiliki
kesamaan dalam rentang usia, dan mengalami peristiwa sejarah penting dalam
suatu periode waktu yang sama‖9Pengertian Generasi Z Generasi Z Generasi ini merupakan orang-orang
yang lahir pada kurun waktu sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2010.
Generasi Z disebut juga dengan iGeneration, Generasi Net atau Generasi Internet
adalah mereka yang hidup pada masa digital.10 Bagi generasi Z informasi dan
teknologi adalah hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena
mereka lahir dimana akses terhadap informasi, khususnya internet sudah menjadi
budaya global, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap nilai – nilai,
pandangan dan tujuan hidup mereka. Bangkitnya generasi Z juga akan
menimbulkan tantangan baru bagi praktek manajemen dalam organisasi,
khususnya bagi praktek manajemen sumber daya manusia.11 Dari beberapa
penjabaran diatas dapat diketahui bahwa generasi Z adalah anak-anak yang lahir
pada tahun 1995 sampai 2010, atau sekitar usia 24 tahun sampai usia 9 tahun.
Karena mereka lahir di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi khususnya
internet, maka karakter yang tercermin dari anak generasi Z adalah kehidupan
yang sangat amat dekat dengan penggunaan internet. Selain itu pola pikir dan
tingkah laku yang tertanam dalam diri generasi Z banyak dipengaruhi oleh
kemudahan-kemudahan dan kemajuan yang dilahirkan akibat dari penggunaan
internet. Beberapa karakteristik generasi Z adalah sebagai berikut:1. MultitaskingGenerasi Z memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi generasi Z
mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu (multi tasking)
seperti: menjalankan sosial media menggunakan ponsel, browsing9 Hari Wibawanto, Generasi Z dan Pembelajaran di Pendidikan Tinggi, (Slide ajar:
Universitas Negeri Semarang), https://event.elearning.itb.ac.id/assets/download/materi3.pdf, 02.10 Caraka Putra Bhakti dan Nindiya Eka Safitri, Peran Bimbingan dan Konseling Untuk
Menghadapi Generasi Z Dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling Perkembangan, (Jurnal
Konseling GUSJIGANG Vol. 3 no. 1, Januari-Juni 2017),https://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/view/1602/1072, 107.11Yanuar Surya Putra, THEORITICAL REVIEW : TEORI PERBEDAAN GENERASI,
(Among Makarti, Vol.9 No. 18, Desember 2016),http://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/viewFile/142/133, 132.
menggunakan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset.12Generasi Z dapat melakukan banyak hal sekaligus, begitu pula dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, mereka cenderung bosan apabila hanya
melakukan satu kegiatan saja, mereka lebih menyukai beraktivitas dengan
berbagai kegiatan dalam kegiatan pembelajaran. Seperti kegiatan mencari,
menemukan, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pegetahuan baru
dan lainnya, dan lebih erat untuk mengaitkan pembelajaran dengan media
internet.
2. MandiriDIY: Mungkin sebagian dari kita juga percaya dengan do-ityourself atau lakukan sendiri dapat mempermudah segala urusan kita lebih
cepat dan baik. Sama halnya dengan Gen Z yang tumbuh dengan dunia
internet khususnya youtube yang dapat mengajari mereka melakukan apa
saja. Gen Z sangat mandiri dan akan berbenturan dengan budaya kolektif
yang sebelumnya diperjuangkan oleh generasi Millennials. Gen Z percaya
dengan pernyataan, ― Jika ingin melakukannya dengan benar, lakukanlah
sendiri”.13 Generasi Z juga lebih suka untuk melakukan segala sesuatu
dengan dirinya sendiri. Mereka lebih percaya terhadap hasil yang
dihasilkan dari kerja dirinya sendiri. Mereka cenderung melakukan segala
sesuatu dengan bantuan internet, bukan dengan bantuan teman
lingkungannya. Bahkan hal buruknya adalah mereka lebih suka
membangun hubungan sosial di dunia maya dari pada di dunia nyata.
3. Memiliki Ambisi yang besar
Anak zaman sekarang cenderung memiliki karakter yang positif
dan optimis dalam menggapai mimpi mereka.14 Dalam mengejar keinginan
dan cita-cita generasi Z dinilai memiliki nilai kompetisi yang baik, mereka
memiliki ambisi yang besar untuk menggapai sesuatu, meskipun12 Pipit Fitriyani, PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GENERASI Z, (KNAPPPTMA KE-7,
Jakarta, 23-25 Maret 2018),http://asosiasipascaptm.or.id/images/phocadownload/KNPPPTN_ke-
7/PROSIDING_APPPTM_7/34.pdf hlm.311.13 David Stillman dan Jonah Stillman, Generasi Z Memahami Karakter Generasi Baru
Yang Akan Mengubah Dunia Kerja, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2018), 105.14 Ibid.
dibeberapa kejadian karena ambisi yang terlalu besar kegagalan yang
sekali terjadi mampu membuatnya putus asa.
4. Serba instan
Anak-anak di era generasi Z menyukai pemecahan masalah yang
praktis. Mereka tidak menyukai berlama-lama meluangkan proses panjang
mencermati suatu masalah. Hal ini disebabkan anak-anak ini lahir dalam
dunia yang serba instan.
5. Ekspresif
Generasi ini sangat menyukai kebebasan. Kebebasan berpendapat,
kebebasan berkreasi, kebebasan berekspresi, dan lain sebagainya. Mereka
lahir di dunia yang modern, dimana sebagian besar dari mereka tidak
menyukai pelajaran yang bersifat menghafal. Mereka lebih menyukai
pelajaran yang bersifat eksplorasi. Anakanak pada generasi ini mayoritas
memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Mereka memiliki sikap optimis
dalam banyak hal.
6. Memiliki Pengetahuan yang luas
Dari uraian tentang ciri- ciri sifat generasi Z tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan Intelektual mereka meningkat, dunia
pengetahuan mereka menjadi sangat luas dalam usianya yang relatif muda,
tetapi kecerdasan emosional – spiritual nya menurun drastis di banding
dengan generasi Baby Boomer dan generasi X.15Beberapa karakteristik yang ditunjukkan oleh generasi Z dapat menjadi
karakteristik yang positif apabila dapat diarahkan dengan benar, namun tidak
banyak yang justru merusak masa depan mereka dengan karakter yang dimiliki.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian semua pihak. Khususnya pihak-pihak yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan, agar dapat mengarahkan generasi Z
kearah yang positif untuk masa depan bangsa yang lebih baik pula.15 Anonim, Model Pembelajaran Generasi Z,http://mysch.id/cms/file/89385965Bab5ModelpembelajaranGenerasiZ.pdf, 38.
PENDIDIKAN ISLAM DAN OUTPUT PENDIDIKAN ISLAMPendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang diselenggarakan atau
didirikan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam
kegiatan pendidikannya. Pendidikan Islam dapat dikelompokkan ke dalam lima
jenis, yaitu: (1) pendidikan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah; (2)
pendidikan madrasah, yang saat ini disebut sebagai sekolah umum yang berciri
khas agama Islam; (3) pendidikan umum yang bernafasakan Islam, yang
diselenggarakan oleh dan/atau berada di bawah naungan yayasan dan organisasi
Islam; (4) pelajaran agama yang diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan
sebagai suatu mata kuliah saja; (5) pendidikan Islam dalam keluarga atau tempattempat ibadah.16Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah
(membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa
sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah
masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai
kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh
dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas
ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan
Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat
serta banyak beramal. Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah,
fikriyah dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu
membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan
di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian
diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang
kehidupan.17 Salah satu fokus dalam pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.
Pendidikan yang meningkatkan kemampuan intelektual dan ketrampilan jasmani
sudah banyak dilakukan oleh pendidikan umum lainnya, maka pendidikan dengan
tujuan pembentukan akhlak yang baik perlu menjadi ciri khas pendidikan Islam16 Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. cet.ke- 5 (Jakarta:
RajaGrafindo, 2012), 8-10.17 Rahmat Hanna, Pendidikan Islam,http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/xmoh1367246107.pdf
untuk selalu dikembangkan. Mengingat pesatnya kemajuan teknologi dan
informasi yang sedikit banyak menggerus nilai-nilai ajaran agama, maka perlu
bagi lembaga pendidikan Islam untuk berperan aktiv mengajarkan, menanamkan,
mendidik, dan melatih akhlak generasi bangsa yang sesuai dengan nilai agama
Islam.
Pendidikan akhlak adalah jiwa Pendidikan Agama Islam (PAI). Mencapai
akhlak yang karimah (karakter mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan
Islam. Peserta didik tidak hanya membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani, akal,
dan ilmu, tetapi ia juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, perasaan,
kemauan, cita rasa, dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata
pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah
mengandung muatan pendidikan akhlak (pendidikan karakter) dan setiap guru
haruslah memerhatikan akhlak atau karakter peserta didiknya. Aplikasi
Pendidikan karakter pada mata pelajaran PAI di sekolah, sesuai dengan prinsip
dari pengembangan pendidikan karakter yaitu terintegrasi dalam mata pelajaran,
pengembangan diri dan budaya sekolah, pembelajaran yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengenal
dan menerima nilai-nilai karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung
jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai
pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses
berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan
mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.18Berbicara tentang output pendidikan, maka tidak terlepas dari input dan
prose pembelajaran yang ada pada lembaga pendidikan. Khususnya lembaga
pendidikan Islam yang telah tersebut di atas, bahwa proses pendidikan yang baik
akan menghasilkan mutu output yang baik. Output pendidikan adalah merupakan
kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari18Anonim, (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati),http://digilib.uinsgd.ac.id/2329/4/4_bab1.pdf
proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah,
dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika
prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang
tinggi dalam : (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, UNAS, karya
ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya
IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian, keterampilan kejujuran, dan
kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak
tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.19Output pembelajaran ini diharuskan sesuai dengan tujuan pendidikan
Islam, menjadikan Insan kamil, manusia khalifah fil ardhi, berkarakter,
intelektual yang tinggi, berdedikasi tinggi, mengamalkan semua yang telah
diajarkan dalam pembelajaran.20 Output sekolah dapat dikatakan berkualitas dan
bermutu tinggi apabila prestasi pencapaian siswa menunjukan pencapaian yang
tinggi dalam bidang:
1. Prestasi akademik, berupa nilai ujian semester, ujian nasional, karya
ilmiah, dan lomba akademik.
2. Prestasi non akademik, berupa kualitas iman dan takwa, kejujuran,
kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan
ekstrakulikuler lainnya.
Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling
berhubungan (proses) seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.21Lembaga pendidikan Islam sekarang lebih pada orientasi yang bersifat transfer of19Anonim, Paradigma Input dan Output Pendidikan,https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2016/02/paradigma-input-dan-outputpendidikan.html20 M. Ihsan Dacholfany, Reformasi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Era Globalisasi:
Sebuah Tantangan dan Harapan, (AKADEMIA, Vol. 20, No. 01 Januari-Juni 2015),https://www.academia.edu/35073347/PENDIDIKAN_ISLAM_DAN_TANTANGAN_MODERNI
TAS_Input_Proses_dan_Output_Pendidikan_di_Madrasah?auto=download21 Anonim, Input, Proses dan Output Pendidikan,http://immtarbiyahpwt.blogspot.com/2012/01/input-proses-dan-output-pendidikan.html
knowledge and skill dalam mengembangkan proses intelektualisasi dan kurang
memperhatikan dalam pembinaan ― qalbun salim ‖ dengan berupaya terwujudnya
generasi yang memiliki ― bastatan fil-ilmi wal jism‖ yang diliputi oleh
spritualisasi dm disiplin moral yang Islami. Pada akhirnya wawasan pendidikan
agama menjadi terbelah.22Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sudah menjadi tugas
seluruh lembaga pendidikan untuk lebih fokus dalam pembinaan akhlak peserta
didik. Khususnya bagi lembaga pendidikan Islam, bahwa ilmu agama (PAI) yang
diajarkan di sekolah bukan hanya menyampaikan materi namun juga menanamkan
nilai dalam kehidupannya. Karena proses yang kurang dalam penanaman nilai
tersebut yang menjadikan output pendidikan Islam menjadi kurang siap untuk
menghadapi perubahan zaman yang pesat. Khususnya bagi generasi Z dengan
karakteristik tersebut, karena kurang matangnya proses pembelajaran yang
dilakukan di sekolah, outputnya pun menjadi kurang kualitasnya karena nilai yang
diajarkan di sekolah belum menjadi pegangan bagi kehidupan sehari-hari mereka.
Sedangkang seharusnya nilai agama yang tertanam dalam generasi Z dapat
membentuk tatanan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, keamanan dll
dapat lebih baik.WUJUD PARTISIPASI OUTPUT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP
PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI ZDalam mempersiapkan kehidupan bangsa yang lebih baik lagi, khususnya
generasi Z dengan karakteristik sebagaimana di atas, perlu terobosan-terobosan
baru dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam. Maka
pendidikan di Indonesia harus lebih menekankan pada tiga penguasaan
tersebut, yaitu penguasaan inovasi, jaringan, dan teknologi, disamping SDA
yang melimpah. Pendidikan di Indonesia harus mampu menciptakan SDM
yang kritis, peka, ulet dan terampil dalam menghadapi tantangan dan perubahan
yang akan terjadi di dunia pendidikan. Semakin terbukanya akses pendidikan
tinggi juga menentukan informasi perguruan tinggi tersebut, berpeluang22 Muhammad Anas Ma’arif, Pendidikan Islam dan Tantangan Modernitas (Input, Proses
dan output Pendidikan di Madrasah, (Nidhomul Haq, Vol. 1 No: 2 September 2016), http://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/akademika/article/view/441/401 hal. 51.
menerima mahasiswa yang berasal dari kawasan Asia Tenggara.23 Maka
pendidikan Islam perlu melahirkan output yang kritis terhadap semua fenomena
yang terjadi, peka terhadap kebutuhan masyarakat, ulet, terampil, tidak mudah
putus asa sehingga kualitas dari ouput pendidikan Islam dapat bernilai dan
dibutuhkan oleh kehidupan bebangsa dan masyarakat. Hal yang mungkin dapat
dilakukan adalah dengan metode mengajar PAI harus lebih kreatif dan inovatif,
bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi penanaman nilai-nilai melalui
kegiatan pembelajaran yang aktiv dan dekat dengan teknologi.
Bahkan beberapa penelitian menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah
pendidikan yang inklusif. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang inklusif
dan tidak mampu menghasilkan lulusan yang berfikir metodologis dan tidak
bermutu. Persoalan yang sering kali menjadi kendala adalah pada
pembiayaan dan pendanaan untuk menjadi lembaga pendidikan islam yang
berkualitas. Masalah yang lain adalah berebut jabatan, selalu ingin memimpin dan
tidak mau di pimpin, selalu merasa benar walau kenyataanya salah. Seperti
tidak menghiraukan aturan akademik (statuta) dll. Dan sifatnya selalu
merusak,dan tidak menekankan pada proses penumbuhan kemampuan
berfikir kritis dan kreatif. Untuk mengatasi kelemahan pendidikan islam
maka perlu di lakukan. Pertama, perbaikan pada segi ketrampilan dan sikap.
Kedua, perbaikan pada segi pencerahan teori teori pendidikan.24Wujud partisipasi output pendidikan Islam seperti cara mengajar dengan
metode Blanded Learning, dimana peserta didik dituntut aktiv untuk membuka
mata terhadap masalah sosial yang berkaitan dengan agama, lalu diminta untuk
menganalisa, dan melaporkannya dengan menggunakan kecanggihan teknologi.
Model pembelajaran PAI seperti itu mampu menanamkan nilai-nilai agama
kepada peserta didik. Sehingga dalam pembelajaran yang menjadi fokus bukan23 Dr. H. Zainal Abidin, Peluang dan Tantangan MEA: Kerjasama Pendidikan Indonesia di
Kawasan ASEAN, (Ri’ayah, Vol. 01, No. 01 Januari-Juni 2016), http://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/peluang-dan-tantangan-mea-kerjasamapendidikan-indonesia-di-kawasan-asean/107, hal.36.
24 Amrullah Aziz, Prningkatan Mutu Pendidikan, | (Jurnal Studi Islam, Vol. 10, No. 2 |
Desember | 2015), |
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/article/view/2688/1972, hal. 11.
hanya memperluas pengetahuan saja, tetapi juga internalisasi nilai. Perubahan
system nilai: dengan memperluas ―peta kognitif‖ peserta didik, maka pendidikan
menanamkan nilai-nilai yang merupakana alternatif bagi sistem nilai tradisional.
Perluasan wawasan ini akan merupakan pendorong bagi tumbuh dan
berkembangnya ―semangat untuk berprestasi‖ (need of achievement), dan
mobilitas sosial.25 Sehingga melalui pembelajaran tersebut generasi Z diharapkan
mampu memperbaiki tatanan masyarakat yang semakin jauh dengan nilai agama
Generasi Z dengan karakterisik yang mandiri dan ambisius apabila
diarahkan dengan baik dapat menjadi sosok khalifah fil ard yang tangguh. Sifat
tersebut dapat diarahkan dengan model pembelajaran PAI yang bersifat
kelompok. Anak-anak dibentuk dalam sebuat kelompok lalu diberi tugas proyek
yang berkaitan dengan nilai-nilai agama Islam, dengan begitu akan membentuk
jiwa kepeminpinan yang baik dalam diri peserta didik. sehingga diharapkan
generasi Z tidak hanya generasi yang pandai ikut-ikutan, namun menjadi generasi
yang kreatif, bahkan menjadi panutan.
Output politik: kepeimpinan modernitas dan inovator—yang dihasilkan sistem
pendidikan dapat diukur dengan perkembangan kuantitas dan kekuatan birokrasi
sipil-militer, intelektual dan kader-kader administrasi politik lainnya,
Karakteristik generasi Z yang dekat dengan kecanggihan teknologi, dapat
diarahkan untuk embangun ekonomi. Model pembelajaran berbasis masalah dapat
dilakukan dalam pembelajaran PAI. Eserta didik diminta untuk meningkatkan
pendapatan ekonomi dari beberapa pedaganga yang mengalami kendala dalam
berjualan. Dengan bantuan internet yang dikuasai oleh generasi Z mampu
mengatasi masalah-masalah tersebut. Output ekonomi: dapat diukur tingkat
ketersediaan SDM atau tenaga kerja yang terlatih dan siap pakai.26 Selain
itu mengajarkan ketrampilan kepada peserta didik perlu diajarkan agar
menjadikan peserta didik SDM yang berkualitas dan siap kerja. Misalnya dengan
memberikan sertifikasi metode Ummi yang nantinya dpat digunakan langsung
untuk mengajarkan baca tulis Al-Qur’an kepada masyarakat sekitar.25Ibid.26 Ibid.
Karakter ekspresif dari generasi Z perlu diarahkan untuk lebih peka
terhadap masalah-maslah sosial. Pelajaran PAI yang diterimanya didalam kelas
harus mampu memupuk sikap simpati dan empati peserta didik terhadap sesama,
sopan-santun, gotong royong harus mampu diekspresikan dengan baik oleh
generasi Z melalui kegiatan-kegiatan sosial. Output sosial: dapat dilihat dari
tingkat integrasi sosial dan mobilitas peserta didik ke dalam masyarakat secara
keseluruhan.27KESIMPULANGenerasi Z adalah kelompok yang memiliki individu dengan kurun waktu
yang sama yaitu individu yang lahir pada tahun 1995 sampai 2010, serta
mengalami peristiwa penting dalam periode yang sama. Adapun karakteristik
Generasi Z adalah sebagai berikut: Multitasking, mandiri, ambisius, instan,
ekspresif, pengetahuan yang tinggi.
Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang diselenggarakan atau
didirikan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam
kegiatan pendidikannya. Output pembelajaran ini diharuskan sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam, menjadikan Insan kamil, manusia khalifah fil ardhi,berkarakter, intelektual yang tinggi, berdedikasi tinggi, mengamalkan semua yang
telah diajarkan dalam pembelajaran.
Wujud Partisipasi Output Pendidikan Islam Terhadap Karakter Generasi Z.
Wujud partisipasi output pendidikan Islam seperti cara mengajar dengan metodeBlanded Learning, dimana peserta didik dituntut aktiv untuk membuka mata
terhadap masalah sosial yang berkaitan dengan agama, lalu diminta untuk
menganalisa, dan melaporkannya dengan menggunakan kecanggihan teknologi.27 Muhammad Anas Ma’arif, Pendidikan Islam dan Tantangan Modernitas (Input, proses
dan Output Pendidikan di Madrasah), (Nidhomul Haq Vol. 1 No. 2 Juli 2016), http://ejournal.ikhac.ac.id/index.php/nidhomulhaq/article/view/1/1
DAFTAR PUSTAKAAbidin, Zainal. Peluang dan Tantangan MEA: Kerjasama Pendidikan Indonesia
di Kawasan ASEAN, Ri’ayah, Vol. 01, No. 01 Januari-Juni 2016http://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/peluangdan-tantangan-mea-kerjasama-pendidikan-indonesia-dikawasan-asean/107Anonim, Input, Proses dan Output Pendidikan,http://immtarbiyahpwt.blogspot.com/2012/01/input-proses-danoutput-pendidikan.htmlAnonim, Model Pembelajaran Generasi Z,http://mysch.id/cms/file/89385965Bab5ModelpembelajaranGen
erasiZ.pdfAnonim, Paradigma Input dan Output Pendidikan,https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2016/02/paradigm
a-input-dan-output-pendidikan.htmlAnonim, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,http://digilib.uinsgd.ac.id/2329/4/4_bab1.pdfAziz, Amrullah. Prningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Studi Islam, Vol. 10, No.
2 Desember 2015http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/art
icle/view/2688/1972,Bhakti, Caraka Putra dan Safitri, Nindiya Eka. Peran Bimbingan dan Konseling
Untuk Menghadapi Generasi Z Dalam Perspektif Bimbingan
dan Konseling Perkembangan, Jurnal Konseling GUSJIGANG
Vol. 3 no. 1, Januari-Juni 2017,https://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/view/1602/1
072Dacholfany, M. Ihsan. Reformasi Pendidikan Islam dalam Menghadapi Era
Globalisasi: Sebuah Tantangan dan Harapan, AKADEMIA,
Vol. 20, No. 01 Januari-Juni 2015https://www.academia.edu/35073347/PENDIDIKAN_ISLAM_
DAN_TANTANGAN_MODERNITAS_Input_Proses_dan_Out
put_Pendidikan_di_Madrasah?auto=downloadFitriyani, Pipit. PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GENERASI Z, KNAPPPTMA
KE-7, Jakarta, 23-25 Maret 2018http://asosiasipascaptm.or.id/images/phocadownload/KNPPPTN
_ke-7/PROSIDING_APPPTM_7/34.pdfHanna, Rahmat. Pendidikan Islam,http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/xmoh136724610
7.pdfListyono, Pendidikan Karakter dan Pendekatan SETS (Science Environment
Technology and Society) Dalam Perancanaan Pembelajaran
Sains, Jurnal Phenomenon, Vol. 2 No. 1 , 2012file:///C:/Users/ASUS/Downloads/420-744-1-SM.pdf 95.
Ma’arif, Muhammad Anas. Pendidikan Islam dan Tantangan Modernitas (Input,
Proses dan output Pendidikan di Madrasah, Nidhomul Haq,
Vol. 1 No: 2 September 2016 http://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/akademika/article/view/441/4
01Ma’arif, Muhammad Anas. Pendidikan Islam dan Tantangan Modernitas (Input,
proses dan Output Pendidikan di Madrasah), Nidhomul Haq
Vol. 1 No. 2 Juli 2016 http://ejournal.ikhac.ac.id/index.php/nidhomulhaq/article/view/1/1Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. cet.ke- 5
Jakarta: RajaGrafindo, 2012
Putra, Yanuar Surya. THEORITICAL REVIEW : TEORI PERBEDAAN
GENERASI, Among Makarti, Vol.9 No. 18, Desember 2016http://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/viewFile/142/1
33
Rini, Diyah Puspita. PENGARUH KARAKTER GENERASI Z DAN PERAN
GURU DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK
NEGERI 1 GODEAN TAHUN AJARAN 2015/2016 , SKRIPSI:
Program Studi Pendidikan Aluntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta, 2016,https://eprints.uny.ac.id/29891/1/SKRIPSI%20FULL%20_DIY
AH%20PUSPITA%20RINI_12803241004.pdf.
Siddiq, M. Djauhar. Peran Bahan Pembelajaran Dalam Kegiatan Pembelajaran,
taffnew.uny.ac.id/upload/130687110/pendidikan/pengembangan
_bahan_pembelajaran_1.pdf 1.
Stillman, David dan Stillman, Jonah. Generasi Z Memahami Karakter Generasi
Baru Yang Akan Mengubah Dunia Kerja, Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama, 2018
Wibawanto, Hari. Generasi Z dan Pembelajaran di Pendidikan Tinggi, Slide ajar:
Universitas Negeri Semaranghttps://event.elearning.itb.ac.id/assets/download/materi3.pdf,
no:2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar