Sabtu, 29 Februari 2020

PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL


PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Sosiologi dan Antropologi Pendidikan” yang dibimbing oleh
Description: logo.pngRisma Dwi Arisona, M.Pd.







Oleh:
Mualifah Khoirunnisa/210317316
Oki Dwi Cahyanti/210317333
Dandi Alvianto/210317232

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO
Oktober 2019

LEMBAR PENGESAHAN
Judul               : Pendidikan dan Stratifikasi Sosial
Nama Penulis  :
1.      Mualifah Khoirunnisa
2.      Oki Dwi Cahyanti
3.      Dandi Alvianto
                       
Ponorogo, 10 Oktober 2019
Menyetujui,

Risma Dwi A, M.Pd.

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan dan Stratifikasi Sosial” dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terimakasih kepada ibu dosen Risma Dwi Arisona, M.Pd. yang telah memberikan banyak bimbingan dan membantu dalam penyusunan makalah ini.
Meskipun kami sudah mengumpulkan referensi untuk menunjang penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi penulis dan pembaca.

            Ponorogo, 16 Oktober 2019


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman judul......................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................. ii
Kata Pengantar........................................................................................ iii
Abstrak.................................................................................................... v
Bab I Pendahuluan............................................................................... 1
A.           Latar Belakang............................................................................... 1
B.            Tujuan............................................................................................ 2
C.            Manfaat Penelitian......................................................................... 3
Bab II Telaah Pustaka.......................................................................... 4
A.           Pengertian Stratifikasi Sosial......................................................... 1
B.            Karakteristik Stratifikasi Sosial..................................................... 1
C.            Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial..................................................... 4
D.           Terjadinya Stratifikasi Sosial......................................................... 5
E.            Dampak Stratifikasi Sosial............................................................. 6
F.             Upaya Menguragi Ketidaksamaan................................................. 7
G.           Tingkat Pendidikan dan Lapisan Sosial......................................... 8
Bab IV Penutup..................................................................................... 10
A.           Kesimpulan.................................................................................... 10
B.            Saran.............................................................................................. 13
Daftar Pustaka...................................................................................... 14


ABSTRAK
Pada umumnya di negara demokrasi, orang sukar menerima adanya golongan-golongan sosial dalam masyarakat. menurut undang-undang semua warga negara sama, dalam kenyataannya tak dapat disangkal adanya perbedaan sosial itu, yang tampak dari sikap rakyat biasa terhadap pembesar, orang miskin terhadap orang kaya, pembantu terhadap majikan, dan lain-lain. Perbedaan itu nyata dalam simbol-simbol status seperti: mobil mewah, rumah mewah, dan lain-lain. Suka atau duka perbedaan sosial terdapat disepanjang masa, walaupun sering perbedaan tidak selalu menncolok.
Pendidikan bertujuan untuk membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu meniadakan batas-batas tingkat sosial itu. Pendidikan selalu merupakan bagian dari sistem sosial. Namun, segera timbul keberatan terhadap pendirian yang demikian. Karena dianggap bertentangan dengan prinsip demokrasi dengan mengadakan diskriminasi dalam pendidikan. Cara demikian akan memperkuat penggolongan sosial dan menghambat mobilitas sosial yang diharapkan dari pendidikan. Harapan ini tidak mudah diwujudkan karena banyak daya-daya lain di luar sekolah yang menimbulkan stratifikasi sosial yang jauh lebih kuat daripada pendidikan formal. Dengan adanya daya-daya stratifikasi yang berlangsung terus dalam masyarakat, ini berarti bahwa usaha untuk mengajarkan kesamaan dan mobilitas akan menghadapi kesulitan dalam dunia nyata. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pendidikan dan stratifikasi sosial.
Kata Kunci: Pendidikan, stratifikasi sosial.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-tingkatan) sosial. Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi melalui proses, suatu bentuk kehidupan (bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktifitas sosial, maupun benda-benda) akan ada dalam masyarakat karena mereka menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka. Fenomena dari stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain, semua tergantung bagaimana mereka menempatkannya.
Pendidikan mempunyai peranan yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, tingkat pendidikan seseorang mempunyai korelasi yang tinggi dalam kehidupan sosialnya. Pendidikan dalam hal ini memiliki peranan yang strategis dalam membentuk stratifikasi sosial. Sehingga banyak sekali orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang yang setinggi mungkin, tanpa melihat bagaimana keadan ekonominya saat ini. Karena dianggapnya dengan semakin tingginya tingkat pendidikan yang ditempuh anak-anaknya, maka semakin besarlah kesempatannya untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang tinggi untuk mendapat kedudukan yang baik dan dengan demikian masuk golongan sosial menengah ke atas.
Banyak sekali sarjana yang hanya bermodalkan ijazah dan transkrip ilai yang berharap bisa mengangkat kedudukan sosialnya. Jadi, apakah selalu benar pendidikan dapat menjadi alat mobilitas sosial. Berikut ini kami akan membahas mengenai pendidikan dan stratifikasi sosial.
B.     Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Stratifikasi Sosial

2.      Untuk Mengetahui Karakteristik Stratifikasi Sosial
3.      Untuk Mengetahui Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
4.      Untuk Mengetahui Bagaimana Terjadinya Stratifikasi Sosial
5.      Untuk Mengetahui Dampak dari Stratifikasi Sosial
6.      Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya Menguragi Ketidaksamaan
7.      Untuk Mengetahui Perlunya Tingkat Pendidikan dan Lapisan Sosial dalam Masyarakat
C.    Manfaat Penelitian
Penyusun mengharapkan karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca untuk mengetahui mengenai pendidikan dan stratifikasi sosial.

BAB II
TELAAH PUSTAKA
A.    Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan sebuah pengelompokkan masyarakat untuk membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya.[1]
Dalam tiap masyarakat orang menggolongkan masing-masing dalam berbagai kategori, dari lapisan yang paling atas sampai yang paling bawah. Dengan demikian terjadilah stratifikasi sosial.[2]
Stratifikasi sosial adalah dimensi vertikal dari struktul sosial masyarakat, dalam artian melihat perbedaan masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada, apakah berlapis-lapis secara vertikal atau horizontal, serta apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup.[3]

B.     Karakteristik Stratifikasi Sosial
Ada tiga karakteristik stratifikasi sosial dalam masyarakat, yaitu perbedaan kemampuan atau kesanggupan, perbedaan gaya hidup, dan perbedaan hak dan akses dalam pemanfaatan sumber daya.
Perbezaan Kemampuan dan Kesanggupan
Kelompok masyarakat yang berada pada lapisan sosial tinggi akan memiliki kemampuan yang lebih besar jika dibandingkan mereka yang berada di lapisan bawah. Kemampuan yang dimaksud antara lain kemampuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik. Kelompok masyarakat golongan atas akan dengan mudah untuk memiliki rumah, mobil, dan perhiasan dibandingkan golongan kelas bawah.

Perbedaan Gaya Hidup (Life style)
Gaya berpakaian merupakan salah satu dari gaya hidup. Hal lain yang termasuk gaya hidup adalah tempat makan dan makanan yang dimakan.
Perbedaan Hak dan Akses dalam Memanfaatkan Sumber Daya
Masyarakat yang menduduki lapisan sosial atas akan makin banyak fasilitas dan hak yang diperoleh. Sementara itu, masyarakat lapisan bawah dan tidak menduduki jabatan strategis apapun akan sedikit mendapatkan hak dan fasilitas.[4]

C.    Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Berdasarkan beberapa patokan untuk mengetahui lapisan masyarakat, dapat pula diketahui unsur-unsur yang melekat pada system lapisan yang ada dalam masyarakat, yaitu:
a.       Unsur kedudukan. Kedudukan merupakan tempat seseorang dalam suatu kelompok social tertentu. Kedudukan social artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam artian lingkungan pergaulannya, prestice dan hak dan kewajiban-kewajibannya.
b.      Peranan (role) peranan adalah aspek yang melekat pada seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu dalam kelas-kelas social. Peranan mencakup tiga hal, yaitu:
1)      Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2)      Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3)      Peranan juga dapat dilakukan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.[5]
c.       Kelompok Sosial, (Social Group), merupakan sejumlah orang yang hidup bersama dalam suatu area tertentu secara permanen yang memiliki seperangkat tatanan norma, nilai, dan harapan yang sama dan secara sadar dan teratur saling berinteraksi.
d.      Lembaga Sosial, (Social Group), merupakan pola organisasi kepercayaan dan perilaku yang terpusatkan pada kebutuhan dasar sosial.[6]

D.    Terjadinya Stratifikasi Sosial
Untuk menentukan stratifikasi sosial dapat diikuti tiga metode yakni (1) metode obyektif, (2) metode subyektif, dan (3) metode reputasi.
Metode obyektif. Stratifikasi ditentukan berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis pekerjaan. Biasanya keterangan demikian terkumpul sewaktu diadakan sensus.
Metode subyektif. Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat itu.
Metode reputasi. Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.[7]
Sekurangnya ada dua proses timbulnya pelapis dalam masyarakat itu; pertama, terjadi dengan sendirinya, dan ke-dua sengaja disusun  untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Proses yang pertama, pelapisan sosial itu terjadi karena tingkat umur (age stratification), faktor kepandaian atau kecerdasan (intellegentsia), faktor ketidak sengajaan lainnya adalah kekerabatan, bentuk lain dari sistem pelapisan yang terjadi dengan sendirinya adalah gender.
Proses yang ke-dua, yaitu sistem pelapisan yang sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama, disamping dibeda-bedakan berdasarkan status yang diperoleh, anggota masyarakat dibeda-bedakan pula berdasarkan status yang diraihnya, sehingga menghasilkan berbagai jenis stratifikasi. Salah satu diantaranya adalah stratifikasi berdasarkan pendidikan (education stratification); stratifikasi pekerjaan (economis stratification).[8]

E.     Dampak Stratifikasi Sosial
Masyarakat yang berkelas-kelas tentunya memberikan pengaruh dan dampak terhadap masyarakat itu sendiri, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif menyebabkan masyarakat berkompetisi dan dinamis. Dampak negatif misalnya terjadinya kesenjangan sosial antara orang yang berstatus tinggi dengan orang yang berstatus rendah. Kemudian disamping itu adanya stratifikasi sosial ini juga mengakibatkan masyarakat berkompetisi untuk kemajuan mereka, baik secara sehat maupun tidak sehat.[9]
Dampak positif dari stratifikasi sosial yaitu karena adanya stratifikasi sosial mereka yang ingin mengikuti yang lebih punya, sehingga semakin mempunyai keinginan untuk sama, banyak warga yang ingin berusaha lebih mensejahterakan hidupnya mengikuti perkembangan zaman.[10]
Adapun dampak positif dari stratifikasi ini adalah:
1.      Adanya kemauan dari setiap individu di dalam masyarakat untuk bersaing untuk berpindah kasta, sehingga mendorong setiap individu untuk berprestasi, bekerja keras.
2.      Meningkatnya pemerataan pembangunan setiap daerah, baik atas usulan masyarakat di wilayah tersebut atau pemerintah guna menghilangkan kesenjangan sosial.
Dampak negative dari stratifikasi sosial ini dibagi menjadi 3 aspek :
1.      Konflik antar kelas, misalnya demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan upah.
2.      Konflik antar kelompok sosial, muncul usaha untuk menguasai kelompok lain.
3.      Konflik antar generasi, konflik generasi tua yang mempertahankan nilai, kondisi atau adat lama dengan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan. Contohnya sopan santun yang mulai berkurang. [11]

F.     Upaya Menguragi Ketidaksamaan
Sebagaimana kita lihat, masyarakat yang mempunyai sistem stratifikasi sosial tertutup seolah-olah menunjang ketidaksamaan sosial sehingga tidak kondusif terhadap suatu mobilitas sosial. Masyarakat dengan sistem yang lebih terbuka, di lain fihak, menganut azas pesamaan sosial dan membenarkan serta menganjurkan mobilitas sosial; dalam masyarakat demikian setiap orang akan mengharapkan perlakuan dan kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan yang dibawa sejak lahir seperti perbedaan gender, usia, ras, etnik, dan agama.
Kamanto Sunarto mengisyaratkan bahwa berbagai masyarakat mungkin berbeda pandangannya terhadap konsep kesamaan ini, pada satu sisi, ada masyarakat yang berpandangan bahwa apa yang dapat diperoleh seseorang anggota masyarakat tergantung pada kemampuannya. Masyarakat Amerika, merupakan masyarakat yang cenderung menekankan pada pentingnya asas ini, setiap anggota masyarakat dianggap berhak atas kesempatan yang sama (equality of opportunity) untuk meraih sukses melalui prestasi. Ini berarti bahwa sukses yang diraih seseorang tergantung pada prestasinya; orang yang berprestasi dapat meraih status tiggi serta segala imbalan yang menyertainya, sedangkan orang yang tidak berprestasi akan tetap menduduki status rendah.
Pada sisi yang lain, ada masyarakat yang lebih menekankan pada asas yang menyatakan bahwa pemerataan berarti pemerataan pendapatan, meskipun asas ini sangat menonjol pada komunisme yang berpandangan bahwa seseorang diharapkan menyumbangkan tenaganya pada masyarakat sesuai dengan kemampuannya tetapi akan memperoleh imbalan sesuai dengan keperluannya, namun asas bahwa pemberian imbalan dalam masyarakat perlu didasarkan pada pemenuhan keperluan pokok anggota masyarakat pun dianut oleh banyak masyarakat yang tidak menganut komunisme.
Beberapa masyarakat bahkan berusaha mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat dengan jalan membatasi perbedaan antar individu. Usaha membatasi perbedaan antarindividu ini sering dimulai sejak usia dini, karena disadari bahwa keluarga merupakan sumber utama ketidaksamaan sosial. Dalam masyarakat komunis seperti di Uni Sovyet dan RRC di masa lalu, anak-anak itu telah sejak lahir dipisahkan dari orang tuanya dan dididik bersama dalam suatu komune tempat mereka disosialisasikan utuk menganut asas persamaan, hal serupa dijumpai di Israel dengan sistem yang disebut kibbutz.[12]

G.    Tingkat Pendidikan dan Lapisan Sosial
Dalam berbagai studi, tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Pendidikan tinggi bertalian erat dengan kedudukan sosial yang tinggi. Ini tidak berarti bahwa pendidikan tinggi dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Perbedaan persentase anak-anak golongan yang berada atau berpangkat makin meningkat dengan bertambah tingginyna taraf pendidikan dan usia pelajar. Perbedaan sumber pendapatan juga mempengaruhi harapan orang tua tentang pendidikan anaknya. Faktor lain yang menghambat anak-anak golongan rendah memasuki Perguruan Tinggi ialah kurangnya perhatian akan pendidikan di kalangan orang tua. Banyak anak-anak golongan ini yang berhasrar untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi akan tetapi dihalangi oleh ketiadaan biaya.
Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai persiapan untuk pendidikan tinggi. Pada umumnya anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas. Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Dapat di duga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan rendah dari pada yang berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul pendapat bahwa sekolah menengan umum mempunyai status yang lebih tinggi daripada sekolah kejuruan. Demikian pula mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan perguruan tinggi mempunyai status yang lebih tinggi, misalnya matematika dan fisika dipandang lebih tinggi daripada, katakanlah PKK atau Tata Buku.[13]

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan   
1.      Stratifikasi sosial adalah penggolongan atau pengelompokkan masyarakat secara bertingkat, tinggi dan rendah sesuai dengan kemampuan dan beberapa hal yang membuat orang lain beranggapan seseorang memiliki stratifikasi sosial yang tinggi atau rendah.  Sedangkan pendidikan berarti pemberian pengetahuan, pelatihan ketrampilan, dan pembentukan peradaban kepada peserta didik. Yang keduanya dapat saling berkaitan, pendidikan yang tinggi dapat menjadikan sesorang termasuk dalam golongan tinggi dan sebaliknya, begitu juga stratifikasi sosial yang tinggi menjadi sebab seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
2.      Stratifikasi sosial memiliki 3 karakteristik, yang pertama yaitu perbedaan kemampuan atau kesanggupan yaitu bahwa orang yang termasuk golongan atas memiliki kemampuan untuk melakukan dan memiliki banyak hal lebih banyak dibandingkan dengan yang golongan bawah. Karakteristik yang kedua adalah perbedaan gaya hidup, orang yang termasuk dalam golongan tinggi dapat dilihat dari gaya hidupnya, termasuk gaya pakaian yang dipakai, makanan yang dimakan dll. Dan karakteristik yang ketiga adalah perbedaan hak dan akses dalam pemanfaatan sumber daya, bahwa orang yang termasuk dalam golongan atas dan bawah memiliki kewajiban dan hak yang berbeda, hak dan kewajibannya sesuai dengan golongan masing-masing, golongan atas sulit melaksanakan kewajiban golongan bawah, begitu juga sebaliknya.
3.      Unsur dalam stratifikasi sosial ada 4, yang pertama adalah unsur kedudukan, unsur kedudukan menentukan posisi seseorang dalam sebuah kelompok masyarakat. Unsur yang kedua adalah unsur peranan, peranan merupakan aspek dinamis yang mengikuti kedudukan, peranan menjelaskan tentang perilaku seseorang sesuai dengan statusnya. Juga terdapat unsur kelompok sosial dan lembaga sosial yang keduanya memberi pengaruh pada penggolongan sosial tersebut karena keduanya memiliki aturan, nilai, dan norma sosial bermasyarakat.
4.      Terjadinya stratifikasi sosial dapat secara sengaja ataupun tidak sengaja. Secara sengaja, stratifikasi sosial disebabkan oleh faktor umur, kepandaian, dan kekerabatan. Sedangkan status sosial yang disebabkan oleh faktor kesengajaan adalah karena faktor pendidikan, ekonomi, dan faktor pekerjaan. Dan terdapat metode juga yang dapat menentukan stratifikasi sosial, yaitu secara obyektif, yaitu sesuai dengan pendidikan, pekerjaan, ekonomi dll; secara subyektif, stratifikasi sosial ditentukan atas pandangan msyarakat terhadap orang tersebut; yang ketiga secara reputasi, yakni bagaimana masyarakat sekitar menempatkan orang tersebut ke dalam sebuah golongan.
5.      Stratifikasi sosial memberi dua dampak, yang pertama dampak positif yang kedua dampak negatif. Dampak positif dari stratifikasi sosial adanya gerakan dari masyarakat untuk berpindah golongan, dari golongan bawah berusaha untuk pindah ke golongan atas dengan beberapa usaha. Juga dampak positif lainnya adalah pemerataan terhadap beberapa bidang kehidupan, seperti bidang ekonomi, pendidikan, dll. Sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya konflik. Perbedaan golongan dengan tujuannya masing-masing jelas memicu timbulnya konflik. Konflik tersebut dapat berupa kerugian di salah satu golongan, konflik antar suku, dll.
6.      Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggolongan ini diantaranya dengan adanya asas persamaan, semua orang tanpa membedakan golongan dianggap sama, baik dalam hak maupun kewajiban. Juga adanya mobilitas sosial, yaitu adanya perpindahan suatu golongan ke golongan yang lebih baik. Hal tersebut memungkinkan seseorang dapat merasakan hidup yang lebih baik dari pada golongan awal. Sehingga stratifikasi sosial lambat laun akan berkurang.
7.      Tingkat pendidikan dan lapisan sosial berarti bahwa orang yang tingkat pendidikannya tinggi cenderung termasuk dalam golongan yang atas. Sehingga dapat diketahui bahwa perguruan tinggi banyak diisi oleh anak yang berasal dari status sosial yang tinggi. Sedangkan di golongan sosial yang rendah rata-rata meraka juga berpendidikan rendah, mungkin hanya sampai pada SMP atau SMA. Sehingga lapisan sosial tinggi atau rendah dapat diidentifikasikan dengan tingginya tingkat pendidikan masyarakatnya.
A.    Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentu terdapat berbagai kekeliruan dan kekurangan sebagaimana fitrah kami sebagai manusia, tempat salah dan lupa. Oleh karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi pembaca sekalian untuk menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Amran, Ali. Stratifikasi Sosial Masyarakat dan Pengaruhnya Terhadap Pembinaan Masyarakat Islam. Vol. VIII, No. 01, Hikmah. Januari 2014. http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/250/1/Ali%20Amran.pdf
Dr. Abdul Rahmat, M.Pd., Sosiologi Pendidikan, (Gorontalo:Ideas Publishing,
Dr. Zaitun, M. Ag. Sosiologi Pendidikan (Teori dan Aplikasinya), cet. Ke-1. Kreasi Edukasi. Pekanbaru. 2016.
Moeis, Drs. Syarif. Bahan Ajar Struktur Sosial: Stratifikasi Sosial, mata kuliah Struktur dan Proses Sosial. Jurusan Pendidikan Sejarah. FPIPS UPI Bandung. 2008.
Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Sosiologi Pendidikan, cet. Ke-9. Bumi Aksara. Jakarta. 2016.
Purwati, Putri Dwi. Dampak Pertumbuhan Penduduk dan Stratifikasi Sosial Terhadap Sikap Ekonomi (Studi Deskriptif Di Desa Kalitirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman). 2005.



[1] Sosiologi Pendidikan..., 15.
[2] Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Sosiologi Pendidikan, cet. Ke-9 (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 26.
[3] Dr. Zaitun, M. Ag., Sosiologi Pendidikan (Teori dan Aplikasinya), cet. Ke-1 (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2016), 74.
[5] Dr. Abdul Rahmat, M.Pd., Sosiologi Pendidikan, (Gorontalo:Ideas Publishing,
[7] Prof. Dr. S. Nasution, MA., 26-27.
[8] Drs. Syarif Moeis, Bahan Ajar Struktur Sosial: Stratifikasi Sosial, mata kuliah Struktur dan Proses Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung, 2008.
[9] Ali Amran, Stratifikasi Sosial Masyarakat dan Pengaruhnya Terhadap Pembinaan Masyarakat Islam, Vol. VIII, No. 01 Januari 2014, Hikmah, 27. http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/250/1/Ali%20Amran.pdf
[10] Putri Dwi Purwati, Dampak Pertumbuhan Penduduk dan Stratifikasi Sosial Terhadap Sikap Ekonomi (Studi Deskriptif Di Desa Kalitirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman), 2005. http://repository.upy.ac.id/147/1/Jurnal%20Putri%20Dwi%20Purwati%20.pdf
[12] Syarif Moeis, Struktur Sosial: Stratifikasi Sosial (Jurnal Bahan Ajar Struktur dan Proses Sosial: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008)  16-17.
[13] Prof. Dr. S. Nasution, 30-32.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar