Abdurrahman
Ad-Dakhil, Jayakan Islam di Eropa
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah
Studi
materi SKI di MTs-MA
Dosen Pengampu :
Zainur Rofik, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Mualifah Khoirunnisa
|
:210317316
|
Muhajir Ainur Ridlo
|
:210317324
|
Muhammad Khamim Nurwahid
|
:210317327
|
KELOMPOK 4/ Kelas PAI J
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN
PONOROGO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hampir
semua sejarawan membagi Dinasti Umayyah menjadi dua, yaitu Dinasti Umayyah yang
dirintis dan didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus
(Siria). Dan Dinasti Umayyah di Andalusia (Siberia) yang pada awalnya merupakan
wilayah taklukan Umayyah di bawah pimpinan seorang gubernur pada zaman Walid
Ibn Abd Al-malik; kemudian diubah menjadi kerajaan yang terpisah dari kekuasaan
Dinasti Bani Abbas setelah berhasil menaklukkan Dinasti Umayyah di Damaskus.[1]
Dinasti
Umayyah yang didirikan Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 661 adalah salah satu
imperium terkuat yang pernah menguasai dunia Islam. Dari empat belas penguasa
Dinasti Umayyah yang memerintah dari tahun 661 sampai 750, pemerintahan
Muawiyah, Abdul Malik bin Marwan, Umar bin Abdul Aziz, Al-Walid , dan Hisyam
adalah paling sukses. Penguasa laninnya seperti Yazid I, Al-Walid III, dan
Marwan III terbukti tidak kompeten dan merupakan penguasa-penguasa tiran yang
kesulitan memelihara perdamaian dan stabilitas dalam negara Islam. Makalah ini
akan menjelaskan kisah tentang Abdurrahman Ad-Dakhil Dinasti Umayyah kedua dan
kemajuan peradaban Islam di Spanyol.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Abdurrahman Ad-Dakhil?
2. Bagaimana perjalanan Abdurrahman As-Dakhil menuju Andalusia?
3. Apa saja kebijakan dan kemajuan peradaban Islam pada masa
Abdurrahman Ad-Dakhil di Spanyol?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Abdurrahman Ad-Dkhil
Abdurrahman
Ad-Dakhil adalah seorang pemimpin yang sangat kuat, santun, berani, dan cerdas,
yang menjadi pelopor tegaknya peradaban Islam di Andaluisa. Beliau lahir di
Damaskus pada tahun 113 H/729 M. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin
Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan. Beliau adalah pangeran bani
Umayyah yang dianggap sebagai salah satu penguasa paling sukses di dunia Islam
dan Eropa, Abdurrahmna yang berjuluk “al-Dakhil” (Sang Imigran) yang mengubah
Islam Spanyol di Andalusia menjadi salah satu pusat budaya dan peradaban paling
makmur di Eropa pada Abad Pertengahan.[2] Ia diberi gelar
Ad-Dakhil karena ia adalah pangeran Dinasti Umayah pertama yang menginjakkan
kakinya di Andalusia pada tahun 132 H/750 M.
Abdurrahman
dibesarkan dan dididik di dalam lingkungan istana kerajaan di Damaskus, beliau
mendapatkan asuhan istimewa, dikelilingi kekayaan dan kemewahan melimpah.
Sebagai salah satu cucu kesayangan Khalifah, Abdurrahman dianggap sebagai anak
yang sangat cerdas. Khalifah Hisyam memperkirakan cucunya itu nanti akan
mengembilkan kejayaan Umayyah setelah keruntuhan mereka. Oleh karena itu,
Khalifah mendororng putranya, Muawiyah, untuk mengasuh cucunya dengan baik.
Ketika
abdurrahman memasuki masa mudanya, Kaum Abbasiyah pun memberontak terhadap
pihak Umawiyah. Mereka membunuh semua orang yang telah baligh dari kalangan
keluarga bani Umawiyah, tapi tidak membunuh kaum wanita dan anak-anak, ini
terjadi pada tahun 132 H.[3]
Abdurrahman
melarikan diri bersama saudaranya, Hisyam yang berusia tiga belas tahun, menuju
Sungai Eufrat. Tetapi di tepian Sungai Eufrat, keduanya berhasil terkejar oleh
pasukan Bani Abbasiyah. Keduanya pun menceburkan diri ke sungai dan mulai
berenang. Dari kejahuan, pasukan Abbasiyah berteriak, “Kembalilah kalian
berdua. Kalian akan mendapatkan jaminan keamanan”, mereka bersumpah untuk itu,
tapi keduanya bertekad untuk sampai ke tepian sungai yang di seberang. Hanya
saja Hisyam tidak sanggup lagi berenang sehingga ia memutuskan untuk memenuhi
panggilan pasukan Abbasiyah itu dan menerima jaminan keamanan mereka. Ia pun
bermaksud untuk kembali, tapi Abdurrahman terus mendorong dan memotivasinya untuk
berenang, “Jangan kembali, Saudaraku, karena mereka pasti akan membunuhmu”.
Hisyam menjawab, “Mereka telah memberikan jaminan keamanan.” Ia tetap memilih
untuk kembali kepada pasukan Abbasiyah. Tapi begitu pasukan Abbasiyah
memegangnya, mereka langsung membunuhnya di depan mata saudaranya.
Abdurrahman
seseorang yang berperawakan tinggi, ramping, kuat dan tekun, ia memerlukan
waktu lima tahun dari satu tempat ke tempat lainnya sebelum akhirnya mencapai
Maghrib (Maroko), kampung halaman leluhur ibunya yang berasal dari suku Barbar.[4] Ia
bermaksud melarikan diri menemui keluarga ibunya disana. Ia melalui sebuah
kisah pelarian diri yang panjang dan menakjubkan, di mana ia melintasi Syam,
Mesir, Libya, dan Qoiruwan.
Pada
masa itu, Qoiruwan dipimpin oleh Abdurrahman bin Habib Al-Fihri. Ia adalah
keturunan dari Uqbah bin Nafi’, penakluk Maghrib pertama. Ia juga sepupu dari
Yusuf Al-Fihri yang memimpin Andalusia. Karena kedatangan Abdurrahman bin
Muawiyah di Qoiruwan maka menjadikan rasa takut dan terusik ke dalam pikiran
penguasa Maghrib sebagaimana juga pada pikiran penguasa Andalusia. Karena orang
Umawy yang paling berhak untuk memimpin negara tersebut, karena ini adalah
warisan dari para leluhurnya, para khalifah yang besar.[5]
Abdurrahman
Ad-Dakhil hidup selama 59 tahun. Sembilan belas tahun di antaranya ia lalui di
Damaskus dan Irak sebelum kejatuhan Daulah Umawiyyun, enam tahun dalam pelarian
menghindari Bani Abbasiyah dan perencanaan memasuki Andalusia, lalu 34 tahun
memegang kekuasaan dan kepemimpinan di negeri Andalusia. Beliau meninggal dunia
di Cordova dan di makamkan di sana pada Jumadil ula 172 H (Oktober 788 M).
B.
Perjalanan Abdurrahman Ad-Dakhil Menuju Andalusia
Pada
tahun 136 H (755M), Abdurrahman Ad-Dakhil mulai menyiapkan perbekalannya untuk
memasuki Andalusia. Ia memilih Andalusia karena, pertama: tempat yang jauh
dari orang-orang Abbasiyah dan Khawarij. Kedua: kondisi di Andalusia
sangat bergejolak. Dalam kondisi inilah Abdurrahman dapat memasuki negeri
tersebut.[6]
Langkah-langkah
yang dilakukan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil menuju Andalusia adalah:
1.
Mengutus
budaknya yang bernama Badr ke Andalusia untuk mempelajari situasi dan
mengetahui kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kekuasaan disana.
2.
Mengirimkan
surat kepada semua pecinta Daulah Umayyah di bumi Andalusia setelah ia
mengetahui dari budaknya yang bernama Badr tentang siapa mereka.
3.
Mengirim
surat kepada semua orang Umawiyyun di Andalusia dan memaparkan idenya kepada
mereka, dan bahwa ia bermaksud memasuki Andalusia serta meminta dukungan dan
bantuan mereka.
Langkah yang paling berpengaruh yang berhasil dijalankan oleh Badr,
budak Abdurrahman Ad-Dakhil, adalah ketika ia berhasil menemui para mawali
(bekas budak yang berafiliasi kepada pihak yang memerdekakannya) Bani Umayyah
di Andalusia dan pemimpin senior mereka, Abu Utsman.
Dengan demikian, Badr telah menunaikan misinya. Ia pun segera
mengirim utusan menemui Abdurrahman dan menyampaikan kepadanya, “Sesungguhnya
situasi dan kondisi telah siap untuk menyambut kedatangan Anda di sana”.
Begitu Abdurrahman Ad-Dakhil memasuki Andalusia, mulailah ia
mengumpulkan para pendukungnya, para pecinta Daulah Umayyah, kabilah barbar dan
beberapa kabilah yang menentang Yusuf bin Abdurrahman Al-Fihr. Pada saat yang
sama juga sisa-sisa kerabat Bani Umayyah yang melarikan diri ke Andalusia tiba
dan bergabung dalam persekutuan yang telah dijalankan bersama orang-orang
Yaman, dan pemimpin kabilah Yaman adalah Abu Ash-Shabah Al-Yahshuby, dan pusat
perkumpulan mereka di Sevilla.
Sebuah babak baru dimulai dalam sejarah Islam Spanyol, di bawah
komando Pangeran Abdurrahman yang bijaksana. Sebelum terjadinya peperangan,
Abdurrahman Ad-Dakhil mengirimkan beberapa surat kepada Yusuf bin Abdurrahman
Al-Fihri meminta kesediaannya secara baik-baik untuk menyerahkan kepemimpinan,
dan Al-Fihri akan diangkatnya sebagai salah seorang pejabat pentingnya di
Andalusia. Tapi Yusuf Al-Fihri menolak hal tersebut dan menyiapkan pasukannya
untuk memerangi Abdurrahman bin Muawiyah bersama pendukungya.[7]
Setelah merekrut kekuatan militer yang cukup besar, Abdurrahman
Ad-Dakhil menggabungkan pasukan Archidona dan Seville, kemudian bergerak menuju
ibukota Islam Spanyol, Kordoba, untuk menantang otoritas Gubernur Abbasiyah,
Yusuf Al-Fihri. Dua puluh ribu pasukan Abdurrahman berhadapan dengan pasukan
Yusuf Al-Fihri di Masara, Sebelah timur Kordoba.[8]
Abdurrahman Ad-Dakhil berhasil menyingkirkan Yusuf Al-Fihri yang
menyatakan diri tunduk kepada Dinasti Bani Umayyah. Abdurrahman Ad-Dakhil
memproklamasikan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas.[9] Maka
pada bulan Dzulhijjah 138 H (Mei 756 M), terjadi pertempuran besar yang dalam
sejarah dikenal sebagai Pertempuran Al-Musharah.
C.
Kebijakan-kebijakan dan Kemajuan-kemajuan Pada Masa Abdurrahman
Ad-Dakhil di Spanyol
Dalam
fase kepemimpinan Abdurrahman Ad-Dakhil yang berlangsung selama 34 tahun, dari
tahun 138 H (755 M) hingga tahun 172 H (788 M), menghadapi ancaman sejumlah
besar upaya pemberontakan yang jumlahnya lebih dari 25 pemberontakan. Namun ia
berhasil membasminya dengan sangat sukses satu demi satu.
Ketika
kondisi Andalusia telah kondusif, Abdurrahman Ad-Dakhil mulai memperhatikan
urusan dalam negerinya. Hal-hal yang dilakukannya adalah:
1.
Mulai
membangun sebuah pasukan militer yang kuat. Dalam membangun pasukannya yang
baru, ia melakukan langkah-langkah berikut;
a.
Membentuk
pasukan dari unsur-unsur berikut ini:
1)
Ia
menngandalkan unsur keturunan, yaitu mereka yang lahir dan tumbuh dari hasil
pernikahan antara para prajurit penakluk dengan penduduk asli Andalusia.
2)
Ia
juga mengandalkan semua kelompok dan suku yang ada di Andalusia.
3)
Ia
juga mengandalkan ras Al-Shaqalibah. Mereka adalah anak-anak orang Kristen yang
pernah dibeli oleh Abdurrahman Ad-Dakhil dari Eropa yang kemudian dididik dan
dibimbingnya secara Islami dan militeristik yang benar.
b.
Abdurrahman
Ad-Dakhil mendirikan beberapa gudang persenjataan, beberapa pabrik pedang
dan manjaniq (semacam ketapel raksasa pelontar api). Di antara semua
pabrik itu yang paling populer adlah pabrik Toledo dan Bardil.
c.
Beliau
juga membangun sebuah armada laut yang kuat, dan beberapa pelabuhan. Di
antaranya adalah pelabuhan Tortossa, Almeria, Sevilla, dan Barcelona.
d.
Beliau
juga membagi anggaran belanja tahunan negara menjadi tiga bagian; bagian untuk
belanja militer, bagian untuk kepentingan umum negeri seperti: pembangunan,
gaji, proyek-proyek dan yang lainnya. Dan bagian yang disimpannya sebagai
cadangan tidak terduga.
2.
Perhatian terhadap ilmu dan sisi keagamaan
yang sangat tinggi Hal-hal yang dilakukan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil adalah:
a.
Menyebarkan
ilmu dan memuliakan para ulama.
b.
Memperhatikan
persoalan peradilan dan hisbah (pengawasan).
c.
Memperhatikan
amar makruf nahi mungkar.
d.
Membangun
masjid besar Cordova, yang untuk pembangunannya ia mengeluarkan biaya sebanyak
80.000 dinar emas.
3.
Perhatian
yang besar terhadap sisi peradaban (fisik-materil) Hal ini tampak dari
sisi-sisi berikut ini:
a.
Membangun
dan memperkuat benteng dan jembatan, serta menghubungkan wilayah Andalusia satu
dengan yang lainnya.
b.
Mendirikan
Ár-Rashafah”, yaitu taman terbesar nan indah di pinggiran Kordoba.
4.
Melindungi perbatasan-perbatasan negaranya
dari musuh-musuhnya. Langkah-langkah yang ia lakukan adalah
a.
Ia
mengetahui bahwa bahaya yang sebenarnya di dua negara; Leon di barat daya dan
Perancis di barat laut. Ia membangun dan mengatur benteng-benteng. Benteng
tersebut adalah:
1)
Benteng
yang tertinggi, yaitu benteng Zaragosa di arah barat laut untung menghadapi
Perancis.
2)
Benteng
pertengahan, dimulai dari kota Salim dan memanjang hingga Toleda.
3)
Benteng
yang terbawah, yaitu di barat daya untuk menghadapi kerajaan Leon.
Ia telah mempelajari sebuah adat
yang agung dari ayah dan kakek-kakeknya; yaitu adat jihad yang berkelanjutan
dan secara teratur setiap tahun. Untuk itu ia mempergilirkan para komandan
besar pasukannya, dengan maksud memberikan ketakutan kepada musuh. Dalam ilmu
militer disebut “serangan penekan”.[10]
Kemajuan yang diraih Islam Spanyol dalam ilmu pengetahuan dan
kebudayaan adalah:
1.
Filsafat
Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah merintis
pembangunannya sekitar abad ke-9 M. Sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan
ilmu pengetahuan mulai dikembangkan, yakni selama pemerintahan Bani Umayyah
yang ke-5, Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman. Tokoh-tokoh
filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakri Muhammad Ibn As-Sayiqh
yang lebih dikenal dengan Ibn Bajah sebagaimana Al-Farabi dan Ibn Sina. Filosof
selanjutnya adalah Abu Bakar Ibn Thufail.
2.
Sains
Spanyol
islam banyak melahirkan tokoh dalam ranah sains. Dalam bidang matematika, pakar
yang sangat terkenal adalah Ibn Sina, sedangkan dalam bidang fisika dikenal
seorang tokoh Ar-Rozi, dialah yang meletakkan dasar ilmu kimia dan menolak
kegunaan yang bersifat takhayyul, dia jugalah yang menemukan rumusan
klasifikasi binatang dan tumbuhan.
3.
Bahasa
Sastra dan Musik
Bahasa
arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya telah mendorong lahirnya minat
yang besar masyarakat spanyol. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya bahasa
ini menjadi resmi, bahasa pengantar, bahasa ilmu pngetahuan dan administrasi.
Berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah
para tokoh atau pakar dalam bidang bahasa dan sastra, seperti Al-Qali dengan
karyanya Al-kitab Al-Bari fi Al-Luqoh, dalam bidang seni, indikasi kemajuannya
adalah berdirinya sekolah musik di Cordova oleh Zaryab.
4.
Sejarah
dan Geografi
Dalam
bidang sejarah dan geografi, spanyol islam khususnya wilayah islam bagian barat
telah banyak melahirkan penulis terkenal seperti Ibn Zubair dari Valancia, yang
telah menulis sejarah tentang negeri-negeri muslim mediterania serta sisilia.
Ibn Al-Khatib telah menyusun sejarah tentang granada, Ibn Kholdun dari tunis
adalah seorang perumus filsafat sejarah. Para sejarawan tersebut semula
bertempat tinggal di spanyol dan kemudian pindah ke afrika.
5.
Fiqh
Umat
islam spanyol dikenal sebagai penganut madzhab maliki. Madzhab ini
diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abdurrahman yang selanjutnya dikembangkan oleh
Ibnu Yahya yang menjadi Qodhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Fuqoha’ lain
yang terkenal pada masa itu, antara lain Abu Baki, Ibn Al-Qutiyah, Mundzir, Ibn
Said Al-Batuti dan Ibn Hazin.[11]
6.
Kemajuan
pembangunan fisik
Kemajuan
pesat pada bidang intelektual tidak melainkan para penguasa spanyol islam untuk
memperhatikan pembangunan fisik. Dalam bidang pembangunan fisik umat spanyol
telah membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti perpustakaan yang jumlahnya
sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-jembatan air, irigasi, roda air, dam,
dll. Orang-orang arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan
irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam)
dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun
dengan memperkenalkan roda air (water wel) asal persia yang dinamakan na’uroh.
Di samping itu, orang-orang islam juga memperkenalkan pertanian padi,
perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman.[12]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Abdurrahman Ad-Dakhil adalah seorang pemimpin yang sangat kuat,
santun, berani, dan cerdas, yang menjadi pelopor tegaknya peradaban Islam di
Andaluisa. Beliau lahir di Damaskus pada tahun 113 H/729 M. Nama lengkapnya
adalah Abdurrahman bin Muawiyah bin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan. Selama
34 tahun memimpin Spanyol, beliau meninggal dunia di Cordova dan di makamkan di
sana pada Jumadil ula 172 H (Oktober 788 M).
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Abdurrahman Ad-Dakhil menuju
Andalusia adalah mengutus budaknya yang bernama Badr ke Andalusia untuk
mempelajari situasi dan mengetahui kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi
kekuasaan disana, mengirimkan surat kepada semua pecinta Daulah Umayyah di bumi
Andalusia setelah ia mengetahui dari budaknya yang bernama Badr tentang siapa
mereka, mengirim surat kepada semua orang Umawiyyun di Andalusia dan memaparkan
idenya kepada mereka, dan bahwa ia bermaksud memasuki Andalusia serta meminta
dukungan dan bantuan mereka.
Ketika kondisi Andalusia telah kondusif, Abdurrahman Ad-Dakhil
mulai memperhatikan urusan dalam negerinya. Hal-hal yang dilakukannya adalah
mulai membangun sebuah pasukan militer yang kuat, perhatian terhadap ilmu dan
sisi keagamaan yang sangat tinggi, perhatian yang besar terhadap sisi peradaban
(fisik-materil), melindungi perbatasan-perbatasan negaranya dari
musuh-musuhnya. Sedangkan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan adalah
filsafat, sains, bahasa sastra dan musik.
DAFTAR PUSTAKA
As-Sirjani, Raghib. Bangkit
dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Peradaban Islam Di Spanyol. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. 2013
Khan, Muhammad
Mojlum. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah. Jakarta:
Noura Books. 2012
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. 2008
Yatim, Badri,
Sejarah Peradaban Islam, jakarta: Raja Grafindo, 2003
[2] Muhammad Mojlum Khan. 100
Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah. ( Jakarta: Noura Books. 2012),
hlm. 249
[3] Raghib As-Sirjani. Bangkit
dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Peradaban Islam Di Spanyol.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2013), hlm. 155
Tidak ada komentar:
Posting Komentar