BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, instrumen
adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat
dipergunakan sebagai alat ukur atau pengumpulan data mengenai suatu variabel.
Adapun dalam bidang pendidikan, instrumen digunakan untuk mengukur prestasi
belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh
terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar, keberhasilan proses belajar
mengajar, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.[1]
Penilaian pada aspek
sikap dilakukan bersama-sama dengan penilaian pada aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan. Penilaian pada aspek sikap---baik spiritua maupun
sosial---menggunakan teknik pengamatan (observasi), penilaian diri (self
assessment), dan penilaian antarteman (peer assessment). Penilaian
pada sikap memungkinkan bagi guru untuk melakukan intervensi jika seorang siwa
mengungkapkan dirinya dengan cara yang tidak tepat. Karena, setiap teknik
penilaian yang dikemukakan tersebut bersifat saling melengkapi.[2]
B. Rumusan Masalah
1. Apa Bentuk-bentuk
Instrumen Penilaian Non-Tes?
2. Apa Fungsi dari Setiap
Bentuk Instrumen Non-Tes?
C. Tujuan
1. Mengetahui Bentuk-bentuk
Instrumen Non-Tes
2. Mengetahui Fungsi dari
Setiap Bentuk Instrumen Non-Tes
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bentuk-bentuk Instrumen
Non-Tes
Teknik evaluasi nontes
berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Teknik penilaian
ini umumnya menilai kepribadian anak secara menyeluruh yang meliputi sikap,
tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup, dan lain-lain. Teknik
ini berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara
individual maupun secara kelompok.[3]
Kuesioner dan wawancara
pada umunya digunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau
pandangan seseorang serta harapan dan aspirasinya di samping aspek afektif dan
perilaku individu. Skala biasanya digunakan untuk menilai aspek afektif seperti
skala sikap dan skala minat serta aspek kognitif seperti skala penilaian.
Observasi biasanya digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu
atau proses kegiatan tertentu. Studi kasus digunakan untuk memperoleh data yang
komprehensif mengenai kasus-kasus tertentu dari individu. Sosiometri pada
umumnya digunakan untuk menilai aspek perilaku individu, terutama hubungan
sosialnya. Catatan kumulatif digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang
mendalam dan menyeluruh mengenai individu yang dilakukan terus menerus sehingga
diperoleh data dan informasi yang komprehensif. Kelebihan nontes dari tes
adalah sifatnya leboh komprehensif.[4]
Berikut adalah beberapa
instrumen nontes yang sering digunakan dalam evaluasi di bidang pendidikan.
Diantaranya adalah:
1. Observasi
Observasi
dapat dilakukan menggunakan dua cara yaitu: (1) informal dan tidak terenana
(insidental), serta (2) formal dan terencana. Observasi secara informal dan
tidak terencana terjadi ketika guru mengamati secara spontan sikap siswa selama
aktivitas pembelajaran dan pada saat terjadi interaksi antara guru dan siswa.
Observasi informal bersifat tidak terstruktur dan tidak ada format atau
prosedur yang ditetapkan.[5]
Observasi adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan yang
sistematis.
Ada dua macam observasi:
a.
Observasi partisipan, yaitu
observasi yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal ini pengamat memasuki dan
mengikuti kegiatan kelompok yang sedng diamati.
b.
Observasi sistematik, yaitu
observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis
dan sudah diatur menurut kategorinya.
c.
Observasi eksperimental terjadi
jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.[6]
2. Angket
Angket
adalah daftar pertanyaan tertulis yang terperinci dan lengkapyang harus dijawab
oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya degan
mengadakan komunikasi tertulis, dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus
dijawab atau dikerjakan oleh responden secara tertulis juga.[7]
Berdasarkan
dari cara menjawab pertanyaannya, angket dapat dibagi dua, yaitu angket terbuka dan tertutup. Dilihat
dari bentuk pertanyaannya, angket dibedakan menjadi tiga yaitu angket terbuka,
angket tertutup, dan angket terbuka tertutup. Angket terbuka adalah angket yang menggunakan pertanyaan terbuka.
Responden diberikan jawaban dengan bebas untuk menjawab pertanyaan yang
disediakan. Angket tertutup adalah angket yang menggunakan pertanyaan tertutup.
Responden memilih jawaban-jawaban yang sudah disediakan. Angket terbuka dan
tertutup adalah angket yangt pertanyaannya berupa gabungan dari pertanyaan
terbuka dan tertutup, baik dalam suatu item, maupun dalam keseluruhan item.[8]
3. Wawancara
Wawancara (interview) adalah cara
yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab
sepihak. Dalam wawancara ini responden tidak di beri kesempatan sama sekali
untuk mengajukan pertanyaan.
Wawancara dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
a.
Wawancara bebas, responden
mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
b.
Wawancara terpimpin, yaitu
wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan
terlebih dahulu.[9]
4. Daftar Cek
Daftar cocok
adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden
yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (V) di tempat yang disediakan.[10]
5. Skala Bertingkat/ Rating
Scale
Skala
menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Sebagai contoh, skor atau biji yang diberikan oleh guru di
sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat
skor 8, digambarka di tempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan
penggambaran skor 5. Biasanya
angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak yang sama.
Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan
demikian, skala ini dinamakan skala bertingkat. Kita dapat menilai hampir
segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif,
maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang
disajikan dalam bentuk skala.[11]
a. Skala penilaian
Skala
penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinuum atau suatu kategori
yang bermakna nilai.[12]
b. Skala sikap
Adalah
penilaian terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran, maupun sesudah
pembelajran. Penilaian sikap dapat menggunakan teknik pengukuran melalui alat
ukur berupa format observasi sikap, inventori, dan angket/kuesioner.[13]
6. Studi kasus
Studi kasusu pada dasrnya mempelajari secara intensif seorang individu tang
dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Kasus-kasus tersebut (pilih salah
satu yang paling diperlukan) dipelajarinya secara mendalam dan dalam kurun
waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel yang
menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhinya.[14]
7. Sosiometri
Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan
dirinya, terutama hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya. Sosiometri
dapat dilakukan dengan cara menugaskan kepada semua siswa di kelas tersebut
untuk memilih satu atau dua temannya yang paling dekat atau paling akrab.[15]
8. Riwayat Hidup
Riwayat hidup
adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa hidupnya. Dengan
mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.[16]
B. Fungsi dari Setiap Bentuk
Instrumen Non-Test
1. Observasi
a. Merupakan sumber
informasi yang amat berguna untuk menganalisis perkembangan belajar siswa.
b. Guru dapat melihat proses
siswa mendapatkan prestasi: saat melakukan kesalahan, saat aktif, frustasi,
termotivasi, marah, tidak setuju, gembira, dan sebagainya hingga akhirnya
berhasil.
c. Merupakan cara terbaik
untuk mengevaluasi sejauh mana sikap siswa menjadi dasar penilaian yakni
sebagai validitas internal.[17]
2. Angket
a. Memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
b. Data sebagai bahan dalam
menyusun kurikulum dan program pembelajaran.[18]
3. Wawancara
4. Daftar Cek
a. Menggambarkan atau mengevaluasi seseorang, obyek, atau peristiwa
tertentu.
b. Menemukan faktor-faktor yyang relevan dengan masalah yang sedang menjadi
pusat perhatian.
d. Alat untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka
penilaian dapat mengacu pada rumusan-rumusan instruksional.[21]
5. Skala Nilai/ Rating Scale
a. Skala penilaian lebih
tepat untuk mengukur suatu proses, misalnya proses mengajar pada guru, proses
belajar pada siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti
keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan masalah.[22]
6. Studi kasus
a. Dapat
memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak
pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas,
laboratorium, lapangan, dan lain-lain.
b. Dapat digunakan untuk
menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.[23]
7. Sosimetri
a. Hasil dari sosiometri
dapat dijadikan bahan bagi guru dalam mempelajari para siswanya, terutama dalam
menganalisis sebab-sebab seorang siswa yang disenangi, atau sebaliknya menjadi
yang terisolasi.
b. Sebagai salah satu alat
dalam menemukan kasus-kasus siswa di sekolah dilihat dari hubungan sosialnya,
dan dijadikan alat untuk melengkapi data mengenai perkembangan siswa.
c. Data yang diperoleh dapat
digunkaan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar,
mengembangkan minat dan hobi para siswa, menyusun organisasi kelas atau
kelompok belajar, memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa, memberikan
bimbingan belajar, atau melaksanakan kegiatan atau proyek sekolah.[24]
8. Riwayat Hidup
a. Sebagai perlengkapan bagi
pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.[25]
b. Memperkaya hasil dari
teknik non test yang lain.
c. Memberikan
sumber keterangan untuk mengadakan penilaian tentang data pribadi siswa,
memberikan bimbingan belajar secara optimal dan mengarahkan pilihan karir
jabatan dimasa mendatang.[26]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[1] Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, cet. Ke-2
(Bandung:Pustaka Setia, 2017), 191.
[2] Herman Yosep Sunu Endrayanto dan Yustiana Wahyu Harumurti, Penilaian
Belajar Siswa di Sekolah, cet. Ke-5 (Yogyakarta: Penerbit Kanisiua, 2018),
147.
[4] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, cet. Ke-16
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 67.
[6] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, cet. Ke-1
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 41-46.
[7] Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, cet. Ke-2
(Bandung: Pustaka Setia, 2017), 201-204.
[13] Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional, cet.
Ke-1 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar