PENDIDIKAN DI MESIR
Tugas
ini disusun untuk memenuhi tugas
”Perbandingan Pendidikan”
Dosen Pengampu:
Ratna
Etikasari Agus, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Mualifah Khoirunnisa (210317316)
Muhammad Hanif Sirajuddin (210317386)
Chofendy
Andika Bramiko (210317008)
Kelas/Semester: PAI J/6
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mesir yang terkenal dengan sebutan
ardhul anbiyâ (negeri para nabi), memang telah menjadi kiblat keilmuan
keislaman dunia. Di samping mempunyai segudang peradaban, negeri seribu menara
ini juga merupakan gudang segala ilmu. Negara ini seakan memiliki magnet
tersendiri. Terbukti, Mesir telah memikat jutaan hati para pelajar dari
berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu di sana. Tentunya, semua ini tak
lepas dari peran al-Azhar: pusat pendidikan tertua yang telah melahirkan banyak
ulama dunia.
Di sini, pemakalah akan memaparkan
sedikit tentang potret pendidikan Mesir. Keberhasilan pendidikan memiliki
hubungan erat dengan kemajuan sebuah negara. Sumber Daya Manusia (SDM) yang
bermutu, tentunya akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sebuah negara,
bahkan dunia. Dari sini, setidaknya kita perlu memberikan perhatian yang lebih
pada pendidikan.
Namun demikian, pemakalah hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari
kesalahan, dimana hal tersebut memerlukan kritik dan saran dari para pembaca
demi kepentingan bersama agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman politik dan tujuan pendidikan di Mesir?
2. Bagaimana struktur dan jenis pendidikan di Mesir?
3. Bagaimana manajemen pendidikan di Mesir?
4. Apa problematika dan solusi permasalahan pendidikan di Mesir?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui politik dan tujuan pendidikan di Mesir
2. Mengetahui struktur dan jenis pendidikan di Mesir
3. Mengetahui manajemen pendidikan di Mesir
4. Mengetahui problematika dan solusi permasalahan pendidikan di Mesir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Politik dan Tujuan Pendidikan di Mesir
Dalam tahun 1987 Kementerian Pendidikan menyatakan dengan lebih rinci
tujuan utama pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan,
serta pembentukan individu-individu yang demokratis;
2. Pendidikan juga dimaksudkan sebagai pembangunan bangsa menyeluruh, yaitu
menciptakan hubungan fungsonal antara produktivitas pendidikan dan pasar kerja.
3. Pendidikan juga harus diarahkan pada penguatan rasa kepemilikan individu
terhadap bangsa, dan penguatan atas budaya dan identitas Arab;
4. Pendidikan harus mampu menggiring masyarakat pada pendidikan sepanjang
hayat melalui peningkatan diri dan pendidikan diri sendiri;
5. Pendidikan harus mencakup pengembangan ilmu dan kemampuan tulis baca,
berhitung, bahasa-bahasa selain bahasa Arab, cipta seni, serta pemahaman atas
lingkungan.
6. Pendidikan bertujuan pula sebagai kerangka kerja sama dalam pengembangan
kurikulum dan penilaian.[1]
Muhammad Ali Pasya tampil dalam pembaharuan sistem pendidikan secara
nasional di Mesir melalui jalur politiknya sebagai pejabat pemerintah; Muhammad
Abduh tercatat sebagai pembaharu pendidikan Mesir, terutama untuk skop lembaga
pendidikan tradisional dan keagamaan, yakni al-Azhar.[2]
Revolusi juga di kenal dengan al-Thrawah.Revolusi bukanlah suatu ekpresi perasaan
warga Negara Mesir.Revolusi benar-benar memiliki makna ilmu pengetahuan dapat
mendapatkan semua.Dengan ilmu pengetahuan masayarakat Mesir tidak hanya berubah
secara emosinya untuk bereaksi saja, tetapi masyarakat Mesir menemukan makna
dan kepuasan atas eksistensinya.Terlebih lagi masyarakat dengan ilmu
pengetahuan dapat menyelesaikan problematika kehidupannya baik dari sisi
kesejahteraan sosial ataupun kesejahteraan ekonomi.[3]
Berikut ini adalah upaya dan
strategi pembaruan pendidikan Islam yang dilakukan oleh sejumlah tokoh dan
reformis di Mesir pada abad ke-19: a. Mendirikan Kementerian Pendidikan dan
Lembaga Pendidikan Sekolah b. Mengirim Pelajar-Pelajar Mesir untuk Belajar ke
Barat c. Memperluas Akses Pendidikan d. Menata Sistem dan Struktur Lembaga
Pendidikan e. Mengitegrasikan Kurikulum Pendidikan f. Menciptakan Inovasi Baru
dalam Metode Pendidikan.[4]
B. Struktur dan Jenis Pendidikan di Mesir
1. Sistem Pendidikan Formal
Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua struktur
parallel, struktur sekuler, dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler
diatur oleh Kementerian Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh
Kementerian Urusan Al-Azhar, ini sering juga disebut Kementerian Agama di
negara-negara lain.[5]
2. Sistem Sekolah Sekuler
Pendidikan wajib di Mesir berlaku sampai “grade”
8 dan ini dikenal sebagai pendidikan dasar. Ada pendidikan Taman
Kanak-kanak dan “play group” yang
mendahului pendidikan dasar, tetapi jumlahnya sangat kecil dan kebanyakan
berada di kota-kota. Pendidikan Dasar dibagi menjadi dua jenjang. Jenjang
pertama yang dikenal dengan “Sekolah Dasar” mulai dari “Grade” I sampai “Grade”
5, dan jenjang kedua yang dikenal
dengan “Sekolah Persiapan”, mulai dari “Grade” 6 sampai “Grade”
8. Sekolah Persiapan ini baru menjadi pendidikan wajib dalam tahun 1984,
sehingga nama “Sekolah Persiapan” tidak tepat lagi.
Setelah mengikuti pendidikan dasar selama
delapan tahun, murid-murid punya empat pilihan: tidak bersekolah lagi memasuki
sekolah menengah umum, memasuki sekolah menengah teknik menegah tiga tahun,
atau memasuki sekolah teknik lima tahun. Pada sekolah menengah umum, tahun
pertama (Grade 9) adalah kelas bersama. Pada Grade 10 murid harus
memilih antara bidang sains dan nonsains (IPA vs Non-IPA) untuk Grade 10
dan 11.
Pendidikan tinggi di universitas dan institusi
spesialis lainnya mengikuti pendidikan akademik umum. Pendidikan pada sebagian
lembaga perguruan tinggi berlangsung selama dua, empat atau lima tahun
tergantung pada bidang dan program yang dipilih. Sementara tahun 1991, sebagian
tamatan sekolah teknik dibolehkan melanjutkan ke pendidikan tinggi.[6]
3. Sistem Sekolah Al-Azhar
Sistem sekolah Al-Azhar hampir sama dengan
sistem sekolah sekuler pada tingkat pendidikan dasar. Perbedaannya ialah bahwa
pendidikan agama Islam lebih mendapatkan tekanan. Tetapi, untuk mata pelajaran
kurikulumnya seperti pada sekolah sistem sekuler. Grade 10 dan 11 sama untuk
semua murid. Pada akhir Grade 11, murid boleh memilih apakah ingin masuk ke
sekolah umum dua tahun lagi, atau masuk ke sekolah agama selama dua tahun.
Pada level universitas, fakultas-fakultas sama
dengan yang ada pada pendidikan sekuler tetapi kurikulmunya lebih menekankan
pada keagamaan. Selanjutnya, seluruh pendidikan guru untuk pendidikan keagamaan
hanya diselenggarakan dalam lingkungan sistem Al-Azhar.[7]
Dari tingkat rendah hingga tingat tinggi
sistem pengajaran Al-Azhar dikelola oleh Majelis Tinggi Al-Azhar yang dipegang
oleh Syeh Al-Azhar. Samapi pada tahun 1998, sistem perjenajangan pendidikan
lembaga ini adalah:
a. Tingat rendah (ibtida’i) selama 6 tahun;
b. Tingkat menengah (i’dadi) selama 3 tahun;
c. Tingkat menengah atas (tsanawi) selama 4 tahun,
d. Tingkat universitas lama 4 sampai 6 tahun.[8]
4. Pendidikan Vokasional dan teknik
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan
tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata
1).[9]
Di sekolah-sekolah menengah teknik, siswa
dapat mengejar salah satu dari dua kualifikasi: Diploma Teknik Pendidikan
Menengah dan Sertifikat Teknik Lanjutan.[10]
5. Pendidikan Nonformal
Di Mesir, pendidikan nonformal terutama
dikaitkan dengan penghapusan literasi. Dengan demikian, kebanyakan program
lebih dikonsentrasikan pada pendidikan nonformal dalam aspek itu. Semenjak
tahun 1967, Kementerian Perbutuhan menyelenggarakan program penataran untuk
mendidik orang-orang yang telah menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan
orang-orang yang putus sekolah formal yang berusia antara 12 dan 18 tahun.
Mereka dilatih dalam ketrampilan vokasional yang cocok untuk lingkungan dan
kemampuannya. Pendidikan ini biasanya diselenggarakan selama sembilan bulan:
tujuh bulan di pusat-pusat latihan vokasional, dan dua bulan di temapat-tempat
unit produksi. Para peserta latihan kemudian ditempatkan bekerja pada sektor
pemerintah atau swasta.[11]
C. Manajemen Pendidikan di Mesir
1. Otorita
Sistem pendidikan Mesir adalah tanggung jawab
Kementerian Pendidikan negara. Kementerian Pendidikan bertanggung jawab mulai
dari pendidikan pra sekolah sampai ke pendidikan tinggi dalam aspek
perencanaan, kebijakan, kontrol kualitas, koordinasi dan pengembangannya.
Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat govemorat bertanggung jawab atas
pengimplementasinya. Mereka yang memilih lokasi, membangun, dan melengkapi
serta mengawasinya agar berjalan dengan baik. Mereka juga berusaha mendorong sumbangan
dan partisipasi masyarakat. Ringkasannya, mereka bertanggung jawab atas segala
sesuatu untuk menjamin terselenggaranya operasional sekolah dengan efisien.[12]
Menteri bersidang dalam waktu-waktu tertentu
dengan dewan-dewan yang berada di bawah kesekretarian dan sejumlah dewan-dewan
lain. Menteri juga memimpin sidang dewan tertinggi universitas yang bertanggung
jawab atas perencaan dan pembuatan kebijakan struktur organisasi govermoral
pada dasarnya mirip dengan struktur organisasi di pusat kementerian, tetapi
lebih sederhana. Mesir juga dibagi dalam 140 distrik pendidikan dengan jaringan
supervisor dan administrator.
Kemeterian Al-Azhar bertanggung jawab
mengawasi kebijakan dan perencanaan pendidikan pada Universitas Al-Azhar dan
perguruan tinggi serta sekolah-sekolah lainnya dalam lingkungan Al-Azhar.
Sekolah swasta merupakan bagian penting dalam
sistem pendidikan Nasional dan dalam tahun 1988 menampung sekitar 8% murid.
Sekolah swasta pada umumnyaberada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan.
Dalam praktek, kurikulum skeolah swasta harmpir sama dengan kurikulum yang
berlaku di sekolah negeri.[13]
Modernisasi pendidikan terus dilakukan oleh
Mesir. Berbagai peraturan dan perundang-undangan dibuat untuk menintegrasikan
jenis sitem persekolahan yang semula otonom menjadi sistem pendidikan nasional.[14]
2. Pendanaan
Peningkatan jumlah guru dan sekolah, perbaikan
peralatan dan kenaikan harga (termasuk kenaikan gaji) telah menyebabkan
kenaikan belanja pendidikan. Dua puluh tiga (23) juta pound Mesir (E) sama dengan
USS 77 juta yang dianggarkan dalam tahun 1952 naik menjadi E 126 juta pounds
(USS 420 juta) tahun 1969. Pada periode yang sama, investasi masyarakat pada
pendidikan meningkat dari E 2,5 juta pound (USS 8,4 juta) menjadi E 33,3 juta
pound (USS 111,2 juta). Seduah tahun 1970, alokasi dana untuk pendidikan mulai
meningkat dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan alokasi sebelumnya.
Mesir menerima bantuan dari Bank Dunia,
UNICEF, UNESCO, dan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, German,
Kerajaan Inggris (UK), dan negara-negara Arab. Walaupun jumlah bantuan itu
cukup besar, namun masih banyak lagi yang harus dicapai dalam bidang
pendidikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi manajemen dan belanja
pendidikan. [15]
Di sini mereka bebas bayar, baik di sekolah
negeri maupun swasta.[16]
3. Personalia
Kementerian Pendidikan memiliki hampir 2000
staf profesional dan staf pendukung, biasanya dipilih dengan cermat. Pada
umunya, yang dipilih adalah mereka yang menunjukkan keterampilan mengajar yang
sangat baik. Pelajaran-pelajaran khusus juga diberikan kepada orang yang akan
menjadi inspektur, konsultan, supervisor, kepala sekolah, asisten teknik,
direktur dan sebagainya. Metode dan prosedur penilaian yang rinci digunakan
untuk keperluan alokasi dan promosi. Antara petugas di Kementerian dan yang ada
di governorat selalu dilakukan pertukaran informasi melalui rapat-rapat yang
dilakukan secara reguler serta melalui jalur-jalur komunikasi lainnya.[17]
4. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan
tim. Tim kurikulum ini terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para
profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman. garis besar kurikulum
ditentukan oleh sebuah tim kecil mirip dengan tim yang diterangkan di atas
dibentuk untuk menulis buku teks. Buku teks menurut kurikulum tidak persis sama
dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh berbagai
faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya,
dan kualitas guru. Bertentangan dengan apa yang digariskan kurikulum,
kebanyakan pengajaran masih berorientasi verbal.[18]
Pada level pendidikan tinggi lebih banyak
kebebasan dalam menyusun kurikulum dan dalam pemakaian buku teks. Faktor-faktor
seperti kelas yang selalu menjadi bertambah besar dan kurangnya peralatan dan
fasilitas lainnya cenderung merupakan standar yang dicapai oleh mahasiswa.
Mengandalkan buku dan kuliah kelihatannya
semakin dominan di perguruan tinggi.[19]
Bahsa asing dianjurkan pada sekolah menegah, dan
kadang-kadang juga mulai diajarkan pada
sekolah-sekolah dasar dan swasta. Pelajaran bahasa asing merupakan keharusan di
sekolah, dan bahasa Inggris, Perancis dan Jerman merupakan tigas bahasa asing
yang banyak dipilih Pemerintah Mesir sangat gigih mendorong lebih banyak
pengajaran bahasa asing di sekolah terutama bahasa Inggris dengan visi
pendidikan global.[20]
Materi pelajaran disipakan oleh berbagai badan
atau lembaga termasuk panitia kurikulum dari smeua jurusan, para akademis, dan
asosiaso guru-guru mata pelajaran. Pada umumnya, sekolah dan masing-masing guru
mempunyai kebebasan yang agak luas dalam memilih materi pelajaran.[21]
Sistem persekolahan mengikuti pola 6-3-3-4
tahun, yakni 6 tahun di sekolah dasar, 3 tahun di sekolah persiapan, 3 tahun di
sekolah menengah, dan 4 tahun di universitas. Usia wajib belajar berlaku pada
pendidikan dasar 6 tahun, dari usia 6-12 tahun.[22]
Bahwa
orientasi pendidikan keilmuan dan keagamaan saat itu tak lagi berkiblat ke
madzhab Syi'ah namun dibangun atad paham Ahlu As-Sunnah. Adapun disiplin ilmu
yang dipelajaripun sudah mulai bervariasi.Mulai dari ilmuilmu al-Qur'an,
Hadits, Fiqh, Kalâm, Ushûl, Bahasa, Sejarah, Balâghah dan Nahwu.Pada abad VI
Hijriah mulai dipelajari ilmu-ilmu sosial kemanusiaan semisal Kedokteran, Filsafat
dan Mantiq.Syeikh Abdul Lathif adalah penggagasnya.Demikian halnya pada waktu
pemerintahan Daulah Utsmaniah, bahasa Arab masih bertahan menjadi bahasa ibu
dan bahasa resmi bangsa Mesir sehingga masih menjaga peradaban Arab yang asli.[23]
5. Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi
Sistem ujian di Mesir sangat mempengaruhi
pemikiran murid, orang tua, serta para pejabat pendidikan karen begitu
pentingnya hasil ujian itu. Ujian naik kelas ditetapkan pada Grade 2, 4,
dan 5, dan ujian negara pertama dilaksanakan pada akhir Grade 8. Murid
yang lulus mendapat Sertifikat Dasar, dan dengan itu dapat melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah skor menentukan jenis sekolah yang akan
dimasuki, dan itu sangat penting karena pada umumnya hanya murid-murid yang
mendapat skor tinggi saja yang dapat masuk ke sekolah-sekolah menengah akademik
yang diingini menuju universitas. Kalau tidak, mereka masuk ke sekolah-sekolah
teknik atau institut pendidikan lain. Jadi, masa depan anak muda Mesir banyak
tergantung pada nilai yang diperoleh pada ujian negara. Hal ini menjadi sangat
penting sehingga persaingan sesama murid sangat ketat.[24]
6. Evaluasi dan Penelitian pendidikan
Penelitian pendidikan di Mesir bermula dengan
pendirian institut pendidikan keguruan pada tahun 1929. Ini berkembang lambat
sampai universitas Ain Shams menggabungkan institut itu sebagai salah satu
fakultasnya pada tahun 1951. Dalam 1955, sebuha badan penelitian dibentuk di
Kementerian Pendidikan, dan kemudian pada tahun 1972 diganti dengan pusat
penelitian Pendidikan Nasional (National Center For Educational Research,
ENCER). Selain penelitian-penelitian yang berlangusng pada fakultas-fakultas
dan pusat penelitian nasional, juga dilakukan penelitian oleh badan-badan
penelitian lain, seperti the National Center For Social Research, the Center
For Development Of Science Teaching, dan sejumlah lembaga lainnya.[25]
D. Problematika dan Solusi Permasalahan Pendidikan di Mesir
Sistem pendidikan Mesir mengalami banyak kelemahan, di antaranya,
kekurangan guru yang memenuhi kualifikasi, program-prgram yang tidak mencukupi
jumlahnya, tingginya tingkat putus sekolah (dropouts), gedung-gedung sekolah yang tidak cukup jumlahnya,
dan rasio murid guru yang masih tinggi.
Partisipasi orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan pelatihan perlu
ditingkatkan: kurikulum perlu disusun lebih relevan dengan prioritas nasional;
baik individu maupun para masyarakat perlu lebih meningkatkan sumbangannya
untuk membiayai perluasan pendidikan. disamping itu, pengangguran dan inflasi
masih tetap tinggi dan utang luar negeri masih terus bertambah; penggangguran
cederung meningkat yang dialami oleh lulusan pendidikan menegah dan perguruan
tinggi.
Tugas
yang paling penting pada pendidikan di Mesir ialah meningkatkan pendidikan
dasar wajib baik dalam hal kuantitas maupun kulitas sehingga tercipta penduduk
terdidik yang produktif. Upaya negara untuk memperoleh manfaat kemajuan
teknologi dunia sering menjadi berantakan karena masih banyaknya rakyat yang
buta huruf. Masalah ini mengandung banyak dimensi, antara lain, sumber daya,
gedung, bantuan untuk guru-guru, kurikulum, dan sebagainya. Berkaitan dengan
itu pula, perubahan bentuk kerucut pendidikan-yaitu kerucutnya cenderung
dibawah sedangkan di puncaknya membesar. Untuk memperbaiki kerucut pendidikan
ini, yang harus dilakukan ialah memperhitungkan keadaan dengan demografi,
lapangan pekerjaan, budaya, sumber daya, dan faktor-faktor lainnya.
Pendidikan
juga menghadapi kenyataan bahwa guru tak lebih dari sekedar menyampai
informasi, dan murid sebagai penerima informasi yang pasif. Murid, siswa, dan
mahasiswa harus dikembangkan dengan pribadi-pribadi yang positif, mandiri yang
mmapu berpikir kreatif dan efektif. Siswa pada semua level harus menjadi
manusia terdidik sebegitu rupa sehingga mampu berpikir secara independen, dan
mampu pula menididik dirinya sendiri.[26]
Dewasa ini, Mesir telah mengalami transformasi cepat dalam hal perkembangan
potensi pendidikannya. Berdasarkan data DIRJENDIKTI 1997, di sebutkan bahwa
dalam satu juta penduduk di Mesir terdapat 400 doktor; suatu angka yang
signifikan bila dibandingkan dengan potensi human resouprces di
negara-negara Islam anggota OKI lainnya. Sekedar perbandingan, dalam sekala
yang sama, Indonesia hanya mencapai angka 65 doktor dalam satu juta penduduk.
Para ulama dan cendekiawan Mesir tergolong produktif dalam hal karya ilmiah.
Buku-buku tentang islamic studies banyak beredar di Indonesia, Malaysia,
Singapura dan negar-negara lainnya. Bahkan menjadi literatur bagi kurikulum
IAIN sejak kemunculannya.[27]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Politik dan tujuan pendidikan di Mesir yaitu pada tahun 1987 Kementerian Pendidikan menyatakan dengan lebih rinci
tujuan utama pendidikan adalah sebagai berikut : Pendidikan dimaksudkan untuk menegakkan
demokrasi dan persamaan kesempatan, serta pembentukan individu-individu yang
demokratis, Pendidikan juga dimaksudkan sebagai
pembangunan bangsa menyeluruh, yaitu menciptakan hubungan fungsonal antara
produktivitas pendidikan dan pasar kerja,Pendidikan juga harus diarahkan pada penguatan
rasa kepemilikan individu terhadap bangsa, dan penguatan atas budaya dan
identitas Arab, Pendidikan harus mampu menggiring masyarakat
pada pendidikan sepanjang hayat melalui peningkatan diri dan pendidikan diri
sendiri, Pendidikan harus mencakup pengembangan ilmu dan kemampuan tulis baca,
berhitung, bahasa-bahasa selain bahasa Arab, cipta seni, serta pemahaman atas
lingkungan, Pendidikan bertujuan pula sebagai kerangka
kerja sama dalam pengembangan kurikulum dan penilaian. Dan pada abad ke-19 adanya
pembaruan pendidikan
2. Struktur dan jenis pendidikan di Mesiryaitu
: Sistem
Pendidikan Formal, Sistem Sekolah Sekuler, Sistem Sekolah Al-Azhar,Pendidikan Vokasional dan teknik, Pendidikan Nonformal
3. Manajemen pendidikan di Mesir
yaitu :Otorita, Pendanaan, Personalia, Kurikulum dan Metodologi Pengajaran,Ujian Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi, Evaluasi dan Penelitian pendidikan
4. Dengan Problematika dan Solusi Permasalahan Pendidikan di Mesir yang selalu menghambat pendidikan di sana, maka mesir membuat
kebijakan dalam masalah ini dengan yang paling penting pada pendidikan di Mesir ialah
meningkatkan pendidikan dasar wajib baik dalam hal kuantitas maupun kulitas
sehingga tercipta penduduk terdidik yang produktif. Upaya negara untuk
memperoleh manfaat kemajuan teknologi dunia sering menjadi berantakan karena
masih banyaknya rakyat yang buta huruf
B. Saran
Dari pembahasan yag telah
kami sajikan diatas, kami berharap mudah-mudahan setelah kita mempelajari
pelajaran mengenai Perbandingan Pendidikan di Mesir ini, agar bisa kita jadikan
sebagai rujukan dalam melakukan tugas nantinta sebagai pendidik atau ini
sebagai bekal kita kelak saat sudah menjadi seorang pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Rachman, Internalisasi Pendidikan
Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat Yogyakarta: Gama Media, 2003
Atrisna, Perbandingan Pendidikan Mesir-Indonesia, 11. https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/qble1333075913.pdf
Hanafi, Imam, Dinamika Kebijakan Pendidikan
di Mesir Telaah Atas Perjalanan Pendidikan Pasa Ekspansi Napoleon Bonaparte,
Jurnal Madania Vol.6 No. 2, 2016
Ikhlas Saleh, M Nurul, Pebandingan Sistem
Pendidikan di Tiga Negara; Mesir, Iran dan Turki, Jurnal Pendidikan Islam
vol. IV No. 1 2015
Kusmarrabi Karo,Tiy, Modernisasi Pendidikan
Islm di Mesir, Jurnal WARAQAT Vol. 11 No. 2, 2017
Saliyo, Pendidikan Islam di Mesir dan
Malaysia di Era Globalisasi Kajian Psikologi Positif, Edukasia Vol 13, No.
1, 2018
Syah Nur, Agustiar, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara Bandung:Penerbit
Lubuk Agung, 2001
[1]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan 15 Negara (Bandung:Penerbit Lubuk Agung, 2001), 228.
[2]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa Perbandingan Pendidikan
di Negara-Negara Islam dan Barat (Yogyakarta: Gama Media, 2003), 60.
[3]Saliyo, Pendidikan Islam di Mesir dan Malaysia di Era Globalisasi Kajian
Psikologi Positif, Edukasia Vol 13, No. 1, 2018, 135.
[4]Tiy Kusmarrabi Karo, Modernisasi Pendidikan Islm di Mesir, Jurnal
WARAQAT Vol. 11 No. 2, 2017, 103.
[5]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan...., 229.
[6]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan...,229.
[7]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan...,230.
[8]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa ......., 62.
[9]Atrisna, Perbandingan Pendidikan Mesir-Indonesia, 11. https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/qble1333075913.pdf
[10]M Nurul Ikhlas Saleh, Pebandingan Sistem Pendidikan di Tiga Negara;
Mesir, Iran dan Turki, Jurnal Pendidikan Islam vol. IV No. 1 2015, 56.
[11]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan...,231-232.
[12]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan...,232.
[13]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan...,233.
[14]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa........, 42.
[15]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan..., 233-234.
[16]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa......., 62.
[17]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan..., 234.
[18]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan...,235.
[19]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan...,235.
[20]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan..., 236.
[21]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan..., 236.
[22]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa.....,62
[23]Imam Hanafi, Dinamika Kebijakan Pendidikan di Mesir Telaah Atas
Perjalanan Pendidikan Pasa Ekspansi Napoleon Bonaparte, Jurnal Madania
Vol.6 No. 2, 2016, 123.
[24]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan..., 236.
[25]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan..., 236.
[26]Agustiar Syah Nur, Perbandingan
Sistem Pendidikan..., 237-238.
[27]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa......, 65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar