Senin, 20 Juli 2020

Pendidikan di Mesir


PENDIDIKAN DI MESIR
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
Perbandingan Pendidikan
Dosen  Pengampu:
Ratna Etikasari Agus, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Mualifah Khoirunnisa                                  (210317316)
Muhammad Hanif Sirajuddin                     (210317386)
Chofendy Andika Bramiko                         (210317008)
Kelas/Semester: PAI J/6
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2020


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mesir yang terkenal dengan sebutan ardhul anbiyâ (negeri para nabi), memang telah menjadi kiblat keilmuan keislaman dunia. Di samping mempunyai segudang peradaban, negeri seribu menara ini juga merupakan gudang segala ilmu. Negara ini seakan memiliki magnet tersendiri. Terbukti, Mesir telah memikat jutaan hati para pelajar dari berbagai penjuru dunia untuk menimba ilmu di sana. Tentunya, semua ini tak lepas dari peran al-Azhar: pusat pendidikan tertua yang telah melahirkan banyak ulama dunia.
Di sini, pemakalah akan memaparkan sedikit tentang potret pendidikan Mesir. Keberhasilan pendidikan memiliki hubungan erat dengan kemajuan sebuah negara. Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu, tentunya akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sebuah negara, bahkan dunia. Dari sini, setidaknya kita perlu memberikan perhatian yang lebih pada pendidikan.
Namun demikian, pemakalah hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan, dimana hal tersebut memerlukan kritik dan saran dari para pembaca demi kepentingan bersama agar kedepannya bisa lebih baik lagi.









B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiaman politik dan tujuan pendidikan di Mesir?
2.      Bagaimana struktur dan jenis pendidikan di Mesir?
3.      Bagaimana manajemen pendidikan di Mesir?
4.      Apa problematika dan solusi permasalahan pendidikan di Mesir?
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui politik dan tujuan pendidikan di Mesir
2.      Mengetahui struktur dan jenis pendidikan di Mesir
3.      Mengetahui manajemen pendidikan di Mesir
4.      Mengetahui problematika dan solusi permasalahan pendidikan di Mesir













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Politik dan Tujuan Pendidikan di Mesir
Dalam tahun 1987 Kementerian Pendidikan menyatakan dengan lebih rinci tujuan utama pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Pendidikan dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan, serta pembentukan individu-individu yang demokratis;
2.      Pendidikan juga dimaksudkan sebagai pembangunan bangsa menyeluruh, yaitu menciptakan hubungan fungsonal antara produktivitas pendidikan dan pasar kerja.
3.      Pendidikan juga harus diarahkan pada penguatan rasa kepemilikan individu terhadap bangsa, dan penguatan atas budaya dan identitas Arab;
4.      Pendidikan harus mampu menggiring masyarakat pada pendidikan sepanjang hayat melalui peningkatan diri dan pendidikan diri sendiri;
5.      Pendidikan harus mencakup pengembangan ilmu dan kemampuan tulis baca, berhitung, bahasa-bahasa selain bahasa Arab, cipta seni, serta pemahaman atas lingkungan.
6.      Pendidikan bertujuan pula sebagai kerangka kerja sama dalam pengembangan kurikulum dan penilaian.[1]
Muhammad Ali Pasya tampil dalam pembaharuan sistem pendidikan secara nasional di Mesir melalui jalur politiknya sebagai pejabat pemerintah; Muhammad Abduh tercatat sebagai pembaharu pendidikan Mesir, terutama untuk skop lembaga pendidikan tradisional dan keagamaan, yakni al-Azhar.[2]
Revolusi juga di kenal dengan al-Thrawah.Revolusi bukanlah suatu ekpresi perasaan warga Negara Mesir.Revolusi benar-benar memiliki makna ilmu pengetahuan dapat mendapatkan semua.Dengan ilmu pengetahuan masayarakat Mesir tidak hanya berubah secara emosinya untuk bereaksi saja, tetapi masyarakat Mesir menemukan makna dan kepuasan atas eksistensinya.Terlebih lagi masyarakat dengan ilmu pengetahuan dapat menyelesaikan problematika kehidupannya baik dari sisi kesejahteraan sosial ataupun kesejahteraan ekonomi.[3]
Berikut ini adalah upaya dan strategi pembaruan pendidikan Islam yang dilakukan oleh sejumlah tokoh dan reformis di Mesir pada abad ke-19: a. Mendirikan Kementerian Pendidikan dan Lembaga Pendidikan Sekolah b. Mengirim Pelajar-Pelajar Mesir untuk Belajar ke Barat c. Memperluas Akses Pendidikan d. Menata Sistem dan Struktur Lembaga Pendidikan e. Mengitegrasikan Kurikulum Pendidikan f. Menciptakan Inovasi Baru dalam Metode Pendidikan.[4]
B.     Struktur dan Jenis Pendidikan di Mesir
1.      Sistem Pendidikan Formal
Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua struktur parallel, struktur sekuler, dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementerian Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh Kementerian Urusan Al-Azhar, ini sering juga disebut Kementerian Agama di negara-negara lain.[5]
2.      Sistem Sekolah Sekuler
Pendidikan wajib di Mesir berlaku sampai “grade” 8 dan ini dikenal sebagai pendidikan dasar. Ada pendidikan Taman Kanak-kanak dan “play group”  yang mendahului pendidikan dasar, tetapi jumlahnya sangat kecil dan kebanyakan berada di kota-kota. Pendidikan Dasar dibagi menjadi dua jenjang. Jenjang pertama yang dikenal dengan “Sekolah Dasar” mulai dari “Grade” I sampai “Grade”  5, dan jenjang kedua yang dikenal dengan “Sekolah Persiapan”, mulai dari “Grade” 6 sampai “Grade” 8. Sekolah Persiapan ini baru menjadi pendidikan wajib dalam tahun 1984, sehingga nama “Sekolah Persiapan” tidak tepat lagi.
Setelah mengikuti pendidikan dasar selama delapan tahun, murid-murid punya empat pilihan: tidak bersekolah lagi memasuki sekolah menengah umum, memasuki sekolah menengah teknik menegah tiga tahun, atau memasuki sekolah teknik lima tahun. Pada sekolah menengah umum, tahun pertama (Grade 9) adalah kelas bersama. Pada Grade 10 murid harus memilih antara bidang sains dan nonsains (IPA vs Non-IPA) untuk Grade 10 dan 11.
Pendidikan tinggi di universitas dan institusi spesialis lainnya mengikuti pendidikan akademik umum. Pendidikan pada sebagian lembaga perguruan tinggi berlangsung selama dua, empat atau lima tahun tergantung pada bidang dan program yang dipilih. Sementara tahun 1991, sebagian tamatan sekolah teknik dibolehkan melanjutkan ke pendidikan tinggi.[6]
3.      Sistem Sekolah Al-Azhar
Sistem sekolah Al-Azhar hampir sama dengan sistem sekolah sekuler pada tingkat pendidikan dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama Islam lebih mendapatkan tekanan. Tetapi, untuk mata pelajaran kurikulumnya seperti pada sekolah sistem sekuler. Grade 10 dan 11 sama untuk semua murid. Pada akhir Grade 11, murid boleh memilih apakah ingin masuk ke sekolah umum dua tahun lagi, atau masuk ke sekolah agama selama dua tahun.
Pada level universitas, fakultas-fakultas sama dengan yang ada pada pendidikan sekuler tetapi kurikulmunya lebih menekankan pada keagamaan. Selanjutnya, seluruh pendidikan guru untuk pendidikan keagamaan hanya diselenggarakan dalam lingkungan sistem Al-Azhar.[7]
Dari tingkat rendah hingga tingat tinggi sistem pengajaran Al-Azhar dikelola oleh Majelis Tinggi Al-Azhar yang dipegang oleh Syeh Al-Azhar. Samapi pada tahun 1998, sistem perjenajangan pendidikan lembaga ini adalah:
a.    Tingat rendah (ibtida’i) selama 6 tahun;
b.    Tingkat menengah (i’dadi) selama 3 tahun;
c.    Tingkat menengah atas (tsanawi) selama 4 tahun,
d.   Tingkat universitas lama 4 sampai 6 tahun.[8]
4.      Pendidikan Vokasional dan teknik
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).[9]
Di sekolah-sekolah menengah teknik, siswa dapat mengejar salah satu dari dua kualifikasi: Diploma Teknik Pendidikan Menengah dan Sertifikat Teknik Lanjutan.[10]
5.      Pendidikan Nonformal
Di Mesir, pendidikan nonformal terutama dikaitkan dengan penghapusan literasi. Dengan demikian, kebanyakan program lebih dikonsentrasikan pada pendidikan nonformal dalam aspek itu. Semenjak tahun 1967, Kementerian Perbutuhan menyelenggarakan program penataran untuk mendidik orang-orang yang telah menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan orang-orang yang putus sekolah formal yang berusia antara 12 dan 18 tahun. Mereka dilatih dalam ketrampilan vokasional yang cocok untuk lingkungan dan kemampuannya. Pendidikan ini biasanya diselenggarakan selama sembilan bulan: tujuh bulan di pusat-pusat latihan vokasional, dan dua bulan di temapat-tempat unit produksi. Para peserta latihan kemudian ditempatkan bekerja pada sektor pemerintah atau swasta.[11]
C.    Manajemen Pendidikan di Mesir
1.      Otorita
Sistem pendidikan Mesir adalah tanggung jawab Kementerian Pendidikan negara. Kementerian Pendidikan bertanggung jawab mulai dari pendidikan pra sekolah sampai ke pendidikan tinggi dalam aspek perencanaan, kebijakan, kontrol kualitas, koordinasi dan pengembangannya. Pejabat-pejabat pendidikan di tingkat govemorat bertanggung jawab atas pengimplementasinya. Mereka yang memilih lokasi, membangun, dan melengkapi serta mengawasinya agar berjalan dengan baik. Mereka juga berusaha mendorong sumbangan dan partisipasi masyarakat. Ringkasannya, mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu untuk menjamin terselenggaranya operasional sekolah dengan efisien.[12]
Menteri bersidang dalam waktu-waktu tertentu dengan dewan-dewan yang berada di bawah kesekretarian dan sejumlah dewan-dewan lain. Menteri juga memimpin sidang dewan tertinggi universitas yang bertanggung jawab atas perencaan dan pembuatan kebijakan struktur organisasi govermoral pada dasarnya mirip dengan struktur organisasi di pusat kementerian, tetapi lebih sederhana. Mesir juga dibagi dalam 140 distrik pendidikan dengan jaringan supervisor dan administrator.
Kemeterian Al-Azhar bertanggung jawab mengawasi kebijakan dan perencanaan pendidikan pada Universitas Al-Azhar dan perguruan tinggi serta sekolah-sekolah lainnya dalam lingkungan Al-Azhar.
Sekolah swasta merupakan bagian penting dalam sistem pendidikan Nasional dan dalam tahun 1988 menampung sekitar 8% murid. Sekolah swasta pada umumnyaberada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan. Dalam praktek, kurikulum skeolah swasta harmpir sama dengan kurikulum yang berlaku di sekolah negeri.[13]
Modernisasi pendidikan terus dilakukan oleh Mesir. Berbagai peraturan dan perundang-undangan dibuat untuk menintegrasikan jenis sitem persekolahan yang semula otonom menjadi sistem pendidikan nasional.[14]
2.      Pendanaan
Peningkatan jumlah guru dan sekolah, perbaikan peralatan dan kenaikan harga (termasuk kenaikan gaji) telah menyebabkan kenaikan belanja pendidikan. Dua puluh tiga (23) juta pound Mesir (E) sama dengan USS 77 juta yang dianggarkan dalam tahun 1952 naik menjadi E 126 juta pounds (USS 420 juta) tahun 1969. Pada periode yang sama, investasi masyarakat pada pendidikan meningkat dari E 2,5 juta pound (USS 8,4 juta) menjadi E 33,3 juta pound (USS 111,2 juta). Seduah tahun 1970, alokasi dana untuk pendidikan mulai meningkat dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan alokasi sebelumnya.
Mesir menerima bantuan dari Bank Dunia, UNICEF, UNESCO, dan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, German, Kerajaan Inggris (UK), dan negara-negara Arab. Walaupun jumlah bantuan itu cukup besar, namun masih banyak lagi yang harus dicapai dalam bidang pendidikan, terutama dalam meningkatkan efisiensi manajemen dan belanja pendidikan. [15]
Di sini mereka bebas bayar, baik di sekolah negeri maupun swasta.[16]
3.      Personalia
Kementerian Pendidikan memiliki hampir 2000 staf profesional dan staf pendukung, biasanya dipilih dengan cermat. Pada umunya, yang dipilih adalah mereka yang menunjukkan keterampilan mengajar yang sangat baik. Pelajaran-pelajaran khusus juga diberikan kepada orang yang akan menjadi inspektur, konsultan, supervisor, kepala sekolah, asisten teknik, direktur dan sebagainya. Metode dan prosedur penilaian yang rinci digunakan untuk keperluan alokasi dan promosi. Antara petugas di Kementerian dan yang ada di governorat selalu dilakukan pertukaran informasi melalui rapat-rapat yang dilakukan secara reguler serta melalui jalur-jalur komunikasi lainnya.[17]
4.      Kurikulum dan Metodologi Pengajaran
Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum ini terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman. garis besar kurikulum ditentukan oleh sebuah tim kecil mirip dengan tim yang diterangkan di atas dibentuk untuk menulis buku teks. Buku teks menurut kurikulum tidak persis sama dengan kurikulum yang dilaksanakan. Perbedaannya disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi kelas, kurangnya alat peraga dan perlengkapan lainnya, dan kualitas guru. Bertentangan dengan apa yang digariskan kurikulum, kebanyakan pengajaran masih berorientasi verbal.[18]
Pada level pendidikan tinggi lebih banyak kebebasan dalam menyusun kurikulum dan dalam pemakaian buku teks. Faktor-faktor seperti kelas yang selalu menjadi bertambah besar dan kurangnya peralatan dan fasilitas lainnya cenderung merupakan standar yang dicapai oleh mahasiswa. Mengandalkan buku dan kuliah kelihatannya  semakin dominan di perguruan tinggi.[19]
Bahsa asing dianjurkan pada sekolah menegah, dan kadang-kadang juga mulai  diajarkan pada sekolah-sekolah dasar dan swasta. Pelajaran bahasa asing merupakan keharusan di sekolah, dan bahasa Inggris, Perancis dan Jerman merupakan tigas bahasa asing yang banyak dipilih Pemerintah Mesir sangat gigih mendorong lebih banyak pengajaran bahasa asing di sekolah terutama bahasa Inggris dengan visi pendidikan global.[20]
Materi pelajaran disipakan oleh berbagai badan atau lembaga termasuk panitia kurikulum dari smeua jurusan, para akademis, dan asosiaso guru-guru mata pelajaran. Pada umumnya, sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang agak luas dalam memilih materi pelajaran.[21]
Sistem persekolahan mengikuti pola 6-3-3-4 tahun, yakni 6 tahun di sekolah dasar, 3 tahun di sekolah persiapan, 3 tahun di sekolah menengah, dan 4 tahun di universitas. Usia wajib belajar berlaku pada pendidikan dasar 6 tahun, dari usia 6-12 tahun.[22]
Bahwa orientasi pendidikan keilmuan dan keagamaan saat itu tak lagi berkiblat ke madzhab Syi'ah namun dibangun atad paham Ahlu As-Sunnah. Adapun disiplin ilmu yang dipelajaripun sudah mulai bervariasi.Mulai dari ilmuilmu al-Qur'an, Hadits, Fiqh, Kalâm, Ushûl, Bahasa, Sejarah, Balâghah dan Nahwu.Pada abad VI Hijriah mulai dipelajari ilmu-ilmu sosial kemanusiaan semisal Kedokteran, Filsafat dan Mantiq.Syeikh Abdul Lathif adalah penggagasnya.Demikian halnya pada waktu pemerintahan Daulah Utsmaniah, bahasa Arab masih bertahan menjadi bahasa ibu dan bahasa resmi bangsa Mesir sehingga masih menjaga peradaban Arab yang asli.[23]
5.      Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi
Sistem ujian di Mesir sangat mempengaruhi pemikiran murid, orang tua, serta para pejabat pendidikan karen begitu pentingnya hasil ujian itu. Ujian naik kelas ditetapkan pada Grade 2, 4, dan 5, dan ujian negara pertama dilaksanakan pada akhir Grade 8. Murid yang lulus mendapat Sertifikat Dasar, dan dengan itu dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah skor menentukan jenis sekolah yang akan dimasuki, dan itu sangat penting karena pada umumnya hanya murid-murid yang mendapat skor tinggi saja yang dapat masuk ke sekolah-sekolah menengah akademik yang diingini menuju universitas. Kalau tidak, mereka masuk ke sekolah-sekolah teknik atau institut pendidikan lain. Jadi, masa depan anak muda Mesir banyak tergantung pada nilai yang diperoleh pada ujian negara. Hal ini menjadi sangat penting sehingga persaingan sesama murid sangat ketat.[24]
6.      Evaluasi dan Penelitian pendidikan
Penelitian pendidikan di Mesir bermula dengan pendirian institut pendidikan keguruan pada tahun 1929. Ini berkembang lambat sampai universitas Ain Shams menggabungkan institut itu sebagai salah satu fakultasnya pada tahun 1951. Dalam 1955, sebuha badan penelitian dibentuk di Kementerian Pendidikan, dan kemudian pada tahun 1972 diganti dengan pusat penelitian Pendidikan Nasional (National Center For Educational Research, ENCER). Selain penelitian-penelitian yang berlangusng pada fakultas-fakultas dan pusat penelitian nasional, juga dilakukan penelitian oleh badan-badan penelitian lain, seperti the National Center For Social Research, the Center For Development Of Science Teaching, dan sejumlah lembaga lainnya.[25]
D.    Problematika dan Solusi Permasalahan Pendidikan di Mesir
Sistem pendidikan Mesir mengalami banyak kelemahan, di antaranya, kekurangan guru yang memenuhi kualifikasi, program-prgram yang tidak mencukupi jumlahnya, tingginya tingkat putus sekolah (dropouts),  gedung-gedung sekolah yang tidak cukup jumlahnya, dan rasio murid guru yang masih tinggi.
Partisipasi orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan pelatihan perlu ditingkatkan: kurikulum perlu disusun lebih relevan dengan prioritas nasional; baik individu maupun para masyarakat perlu lebih meningkatkan sumbangannya untuk membiayai perluasan pendidikan. disamping itu, pengangguran dan inflasi masih tetap tinggi dan utang luar negeri masih terus bertambah; penggangguran cederung meningkat yang dialami oleh lulusan pendidikan menegah dan perguruan tinggi.
            Tugas yang paling penting pada pendidikan di Mesir ialah meningkatkan pendidikan dasar wajib baik dalam hal kuantitas maupun kulitas sehingga tercipta penduduk terdidik yang produktif. Upaya negara untuk memperoleh manfaat kemajuan teknologi dunia sering menjadi berantakan karena masih banyaknya rakyat yang buta huruf. Masalah ini mengandung banyak dimensi, antara lain, sumber daya, gedung, bantuan untuk guru-guru, kurikulum, dan sebagainya. Berkaitan dengan itu pula, perubahan bentuk kerucut pendidikan-yaitu kerucutnya cenderung dibawah sedangkan di puncaknya membesar. Untuk memperbaiki kerucut pendidikan ini, yang harus dilakukan ialah memperhitungkan keadaan dengan demografi, lapangan pekerjaan, budaya, sumber daya, dan faktor-faktor lainnya.
            Pendidikan juga menghadapi kenyataan bahwa guru tak lebih dari sekedar menyampai informasi, dan murid sebagai penerima informasi yang pasif. Murid, siswa, dan mahasiswa harus dikembangkan dengan pribadi-pribadi yang positif, mandiri yang mmapu berpikir kreatif dan efektif. Siswa pada semua level harus menjadi manusia terdidik sebegitu rupa sehingga mampu berpikir secara independen, dan mampu pula menididik dirinya sendiri.[26]
Dewasa ini, Mesir telah mengalami transformasi cepat dalam hal perkembangan potensi pendidikannya. Berdasarkan data DIRJENDIKTI 1997, di sebutkan bahwa dalam satu juta penduduk di Mesir terdapat 400 doktor; suatu angka yang signifikan bila dibandingkan dengan potensi human resouprces di negara-negara Islam anggota OKI lainnya. Sekedar perbandingan, dalam sekala yang sama, Indonesia hanya mencapai angka 65 doktor dalam satu juta penduduk. Para ulama dan cendekiawan Mesir tergolong produktif dalam hal karya ilmiah. Buku-buku tentang islamic studies banyak beredar di Indonesia, Malaysia, Singapura dan negar-negara lainnya. Bahkan menjadi literatur bagi kurikulum IAIN sejak kemunculannya.[27]






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Politik dan tujuan pendidikan di Mesir yaitu pada tahun 1987 Kementerian Pendidikan menyatakan dengan lebih rinci tujuan utama pendidikan adalah sebagai berikut : Pendidikan dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan, serta pembentukan individu-individu yang demokratis, Pendidikan juga dimaksudkan sebagai pembangunan bangsa menyeluruh, yaitu menciptakan hubungan fungsonal antara produktivitas pendidikan dan pasar kerja,Pendidikan juga harus diarahkan pada penguatan rasa kepemilikan individu terhadap bangsa, dan penguatan atas budaya dan identitas Arab, Pendidikan harus mampu menggiring masyarakat pada pendidikan sepanjang hayat melalui peningkatan diri dan pendidikan diri sendiri, Pendidikan harus mencakup pengembangan ilmu dan kemampuan tulis baca, berhitung, bahasa-bahasa selain bahasa Arab, cipta seni, serta pemahaman atas lingkungan, Pendidikan bertujuan pula sebagai kerangka kerja sama dalam pengembangan kurikulum dan penilaian. Dan  pada abad ke-19 adanya pembaruan pendidikan
2.      Struktur dan jenis pendidikan di Mesiryaitu : Sistem Pendidikan Formal, Sistem Sekolah Sekuler, Sistem Sekolah Al-Azhar,Pendidikan Vokasional dan teknik, Pendidikan Nonformal
3.      Manajemen pendidikan di Mesir yaitu :Otorita, Pendanaan, Personalia, Kurikulum dan Metodologi Pengajaran,Ujian Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi, Evaluasi dan Penelitian pendidikan
4.      Dengan Problematika dan Solusi Permasalahan Pendidikan di Mesir yang selalu menghambat pendidikan di sana, maka mesir membuat kebijakan dalam masalah ini dengan yang paling penting pada pendidikan di Mesir ialah meningkatkan pendidikan dasar wajib baik dalam hal kuantitas maupun kulitas sehingga tercipta penduduk terdidik yang produktif. Upaya negara untuk memperoleh manfaat kemajuan teknologi dunia sering menjadi berantakan karena masih banyaknya rakyat yang buta huruf
B.     Saran
Dari pembahasan yag telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah-mudahan setelah kita mempelajari pelajaran mengenai Perbandingan Pendidikan di Mesir ini, agar bisa kita jadikan sebagai rujukan dalam melakukan tugas nantinta sebagai pendidik atau ini sebagai bekal kita kelak saat sudah menjadi seorang pendidik.












DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Rachman, Internalisasi Pendidikan Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat  Yogyakarta: Gama Media, 2003
Atrisna, Perbandingan Pendidikan Mesir-Indonesia, 11. https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/qble1333075913.pdf
Hanafi, Imam, Dinamika Kebijakan Pendidikan di Mesir Telaah Atas Perjalanan Pendidikan Pasa Ekspansi Napoleon Bonaparte, Jurnal Madania Vol.6 No. 2, 2016
Ikhlas Saleh, M Nurul, Pebandingan Sistem Pendidikan di Tiga Negara; Mesir, Iran dan Turki, Jurnal Pendidikan Islam vol. IV No. 1 2015
Kusmarrabi Karo,Tiy, Modernisasi Pendidikan Islm di Mesir, Jurnal WARAQAT Vol. 11 No. 2, 2017
Saliyo, Pendidikan Islam di Mesir dan Malaysia di Era Globalisasi Kajian Psikologi Positif, Edukasia Vol 13, No. 1, 2018
Syah Nur, Agustiar,  Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara Bandung:Penerbit Lubuk Agung, 2001


[1]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara (Bandung:Penerbit Lubuk Agung, 2001), 228.
[2]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat (Yogyakarta: Gama Media, 2003), 60.
[3]Saliyo, Pendidikan Islam di Mesir dan Malaysia di Era Globalisasi Kajian Psikologi Positif, Edukasia Vol 13, No. 1, 2018, 135.
[4]Tiy Kusmarrabi Karo, Modernisasi Pendidikan Islm di Mesir, Jurnal WARAQAT Vol. 11 No. 2, 2017, 103.
[5]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan...., 229.
[6]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan...,229.
[7]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan...,230.
[8]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa ......., 62.
[9]Atrisna, Perbandingan Pendidikan Mesir-Indonesia, 11. https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/qble1333075913.pdf
[10]M Nurul Ikhlas Saleh, Pebandingan Sistem Pendidikan di Tiga Negara; Mesir, Iran dan Turki, Jurnal Pendidikan Islam vol. IV No. 1 2015, 56.
[11]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan...,231-232.
[12]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan...,232.
[13]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan...,233.
[14]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa........, 42.
[15]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan..., 233-234.
[16]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa......., 62.
[17]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan..., 234.
[18]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan...,235.
[19]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan...,235.
[20]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan..., 236.
[21]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan..., 236.
[22]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa.....,62
[23]Imam Hanafi, Dinamika Kebijakan Pendidikan di Mesir Telaah Atas Perjalanan Pendidikan Pasa Ekspansi Napoleon Bonaparte, Jurnal Madania Vol.6 No. 2, 2016, 123.
[24]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan..., 236.
[25]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan..., 236.
[26]Agustiar Syah Nur,  Perbandingan Sistem Pendidikan..., 237-238.
[27]Rachman Assegaf, Internalisasi Pendidikan Sketsa......, 65.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar