Senin, 20 Juli 2020

Citra Guru Profesional


CITRA GURU PROFESIONAL
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
Etika dan Profesi Keguruan
Description: Description: Description: IAIN_KECIL.png
Dosen  Pengampu:
Nur Rahmi, M.P.dI.
Disusun oleh :
Dandi Alvianto                                              210317232
Danu Sasongko                                             210317309
Mualifah Khoirunnisa                                  210317316
Kelas/Semester: PAI J/6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2020
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur tidak terhingga kepada Allah SWT. yang atas nikmat dan rahmatNYa, penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih juga kepada teman-teman dan keluarga yang menjadi tim dalam penulisan makalah ini. Berkat dukungan moril dan juga materi dari semua pihak makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah berjudul “Citra Guru Profesional” ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah “Etika Dan Profesi Keguruan”. Dalam makalah ini kita mendapat gambaran bagaimana citra seorang guru di tengah-tengah masyarakat. Bagaiamana seorang guru digambarkan dalam benak masyarakat. Dan juga bagaimana perubahan citra guru dari zaman ke zaman.
     Beribu maaf turut kami ucapkan atas banyak kurang sempurnanya makalah kami. Sedikit yang dapat bermanfaat semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kami semua. Dan kekurangan di dalamnya semoga menjadi pembelajaran dan perbaikan bagi semua kelak.















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Profesi sebagai seorang guru merupakan profesi yang mulia. Karena seorang guru berperan membentuk peradaban bangsa, mendidik generasi penerus bangsa dan dari usahanya dalam mengajar generasi penerus yang gemilang dilahirkan.
Di masa perkembangan zaman yang ditandai dengan begitu pesatnya kemajuan teknologi, peran dan fungsi guru menjadi berubah. Peran dan fungsinya tidak lagi hanya menyalurkan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan nilai-nilai pada kehidupan siswa.
Tugas dan peran dungsi guru tersebut menuntut guru untuk menguasai beberapa kompetensi agar melahirkan siswa yang sesuai harapan. Maka figur guru profesional menjadi hal yang perlu diperhatikan. Seorang guru harus memenuhi beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional sesuai dengan harapan masyarakat.
Guru profesional yang sesuai harapan masyarakat memberi gambaran baru citra seorang guru. Citra seorang guru berubah sesuai dengan perubahan peran dan fungsi guru seagai tenaga pendidik. Munculnya citra guru juga dipengaruhi oleh anggapan masyarakat terhadapnya, perubahan anggapan masyarakat terhadap guru merubah juga citra guru di mata masyarakat.








B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Citra Guru Profesional
2.      Citra Guru Dalam Masyarakat Tradisional
3.      Citra Guru Dalam Masyarakat Modern
4.      Faktor Yang Mempengaruhi Citra Guru
C.    Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui Pengertian Citra Guru Profesional
2.      Mengetahui Citra Guru Dalam Masyarakat Tradisional
3.      Mengetahui Citra Guru Dalam Masyarakat Modern
4.      Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Citra Guru














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Citra Guru Profesional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat pengertian kata citra dan professional. Citra merupakan gambaran, rupa, gambaran yang dimiliki mengenai orang banyak, mengenai pribadi, organisasi atau produk, kesan mental yang ditimbulkan oleh sebuah kata, fase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa untuk evaluasi. Profesi merupakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan atau pendidikan tertentu. Profesional, berkenaan dengan pekerjaan, berkenaan dengan keahlian, memerlukan kepandaian khusus untuk melaksanakannya, mengharuskan citra adanya pembayaran untuk melakukannya.  Profesionalisme merupakan kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan suatu profesi.[1] Sehingga citra guru profesional diartikan sebagai gambaran masyarakat terhadap pekerjaan seorang guru. Citra seorang guru tersebut menggambarkan bagaimana pekerjaan, dan kualitas pekerjaan seorang guru.
Guru merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru memegang peranan yang sangat penting terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik. sedangkan citra guru mempunyai arti sebagai suatu penilaian yang baik dan terhormat terhadap keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi ideal dalam lingkup fungsi, peran dan kinerja.[2] Citra guru erat kaitannya dengan tugas, peran dan fungsi guru sebagai tenaga pendidikan. Maka citra guru banyak terbentuk dan dioengaruhi dari tugas dan peran guru dalam mengajar peserta didik.
Citra juga dapat diartikan sebagai suatu gambaran, rupa, gambaran yang dimiliki mengenai orang banyak, dan juga citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Citra guru ini tercermin melalui beberapa aspek penting yaitu:
1.      Keunggulan mengajar
2.      Memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, dan
3.      Memiliki hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesi dan pihak lain baik dalam sikap maupun kemampuan profesional.[3]
Citra guru tidak hanya bersal dari masyarakat terhdap guru, tetapi juga dari sudut pandang peserta didik. Dari sudut pandang peserta didik, citra guru ideal adalah seseorang yang senantiasa memberi motivasi belajar yang mempunyai sifat-sifat keteladanan, penuh kasih sayang, serta mampu mengajar di dalam suasana yang menyenangkan.[4]
Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Dalam hal ini profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan peserta didik. Namun, akhir-akhir ini konsep, persepsi, dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser.[5] Perubahan citra guru profesional juga banyak dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di masyarakat. Seiring berkembangnya tugas, tuntutan, dan peran guru dalam pendidikan turut merubah citra guru sebagai pendidik di benak masyarakat.
B.     Citra Guru Dalam Masyarakat Tradisional
Perbedaan zaman dahulu dan sekarang membawa citra yang berbeda terhadap guru. Zaman dahulu citra guru masih banyak dipengaruhi oleh arti kata dari guru tersebut. Masyarakat beranggapan bahwa guru merupakan sesuatu yang dihormati karena dipengaruhi oleh arti kata guru itu sendiri. Di dalam bahasa Sansekerta, guru berarti yang dihormati. Rasa hormat ini sampai kini masih hidup di tangah masyarakat tradisional/pedesaan. Meraka masih menaruh rasa hormat dan status sosial yang tinggi terhadap profesi guru. Di kepulauan Sangihe, misalnya, masyarakat menyebut guru pria dengan panggilan tuan, lengkapnya tuan gurum suatu panggilan yang penuh rasa kagum dan hormat terhadap profesi guru.[6]
Masyarakat pedesaan umumnya menganggap profesi guru sebagai profesi orang suci (saint) yang mampu memberikan pencerahan dan dapat mengembangakan potensi yang tersimpan di dalam diri siswa. Selain itu sebagian besar masyarakat tradisional memiliki mitos yang kuat bahwa guru adalah profesi yang tidak pernah mengeluh gaji yang minim, profesi yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan profesi yang bangga dengan gelar pahlawan tanpa tanda jasa.[7]
Citra guru dalam pandangan masyarakat tradisional yaitu sebagai profesi orang suci yang mampu memberi pencerahan dan dapat mengembangkan potensi yang tersimpan dalam diri peserta didik.[8] Pada masyarakat tradisional citra guru juga banyak dipengaruhi oleh ajaran agama, dimana guru dianggap sebagai sosok suci yang banyak memberikan petunjuk dan pencerahan bagi masyarakat. Guru pada masyarakat tradisional juga dianggap sebagai orang yang paling mengetahui tentang berbagai hal, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap guru begitu tinggi.
Masyarakat memandang guru adalah profesi yang harus dilandasi pengabdian. Meskipun berat dan sering tidak seimbang dengan penghasilan yang diperolehnya, guru harus selalu berpenampilan rapi, berwibawa, dan tidak menuntut terlalu banyak. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Oleh karena itu, guru harus dapat menerima kenyataan yang ada. Apabila ada guru yang menuntut untuk memperoleh pendapatan yang lebih layak, tuntutan tersebut dianggap tidak tepat dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, siapapun yang berniat jadi guru harus siap untuk hidup sangat sederhana. Akibatnya banyak generasi muda yang berprestasi tidak tertarik dan tidak bangga menjadi guru ,mereka lebih tertarik untuk menggeluti profesi lain yang lebih menjanjikan bagi kehidupannya di masa depan.[9]
Selain itu sebagian besar masyarakat tradisional memiliki mitos yang kuat bahwa guru adalah profesi yang tidak pernah mengeluh dengan gaji yang minim, profesi yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan professional yang bangga dengan gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Dalam pandangan masyarakat tradisional, guru dianggap profesional jika anak sudah dapat membaca, menulis dan berhitung, atau anak mendapat nilai tinggi, naik kelas dan lulus ujian.[10] Namun pada masyarakat tradisional citra guru hanya sebatas mampu mengetaskan buta huruf, dan tidak lebih. Sosok guru diagungkan ketika mampu mengajarkan baca, tulis, dan hitung pada anak. Mirisnya lagi karena telah terdoktrin bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, kesejahteraan guru sering terabaikan. Sehingga menjadi hal yang wajar apabila guru mengajar dengan cuma-cuma atau gaji hanya seperlunya.
C.    Citra Guru Dalam Masyarakat Modern
Berbeda dengan masyarakat tradisional, pada masyarakat modern citra guru banyak dipengaruhi olrh tuntutan seorang sebagai guru profesional yang mampu membentuk karakter peserta didik, dan tidak hanya membebaskan buta huruf. Guru pada masyarakat modern dituntut untuk menguasai berbegai kemampuan dan kompetensi demi mewujudkan keinginan masyarakat. Hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi citra guru sebagai tenaga pendidikan di lingkungan masyarakat perkotaan.
Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya mampu memmbuat murid membaca, menulis dan berhitung atau mendapat nilai tinggi, naik kelas dan lulus ujian. Dimana masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi.[11]
Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Meraka secara berkelanjutan (sustainable) terus meningkatkan mutu diri dari guru biasa ke guru yang baik dan terus berupaya meningkat ke guru yang lebih baik dan akhirnya menjadi guru yang terbaik, yang mampu memberi inspirasi, ahli dalam materi, memiliki moral yang tinggi dan menjadi teladan yang baik bagi siswa.[12]
Memasuki abad 21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam bidang pendidikan adalah ketidakpastian. Untuk itu seseorang harus memiliki empat kemampuan, yaitu kemampuan antisipasi, kemampuan mengena1i dan mengatasi masalah, kemampuan mengakomodasi, dan kemampuan melakukan reorientasi.[13] Maka gurupun dituntut untuk menjadi profesional atas pekerjaannya. Citra guru profesional yang inovatif, kreatif, dan mampu membentuk nilai pada peserta didikpun dilekatkan pada guru yang profesional. Masyarakat modern menganggap bahwa guru yang profesional adalah guru yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Banyaknya tuntutan, peran, dan tugas guru sebagai pembentuk generasi bangsa tersebut membawa citra baru guru di lingkungan masyarakat modern.
D.    Faktor Yang Mempengaruhi Citra Guru
Menjadi seorang guru profesional adalah keniscayaan. Profesi guru juga sangat lekat dengan integritas dan kepribadian, bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa. Jika seorang guru tidak memiliki integritas keilmuan dan personalitas yang mumpuni, maka bangsa ini tidak akan memiliki masa depan yang baik.[14]
Di masyarakat tidak hanya berkembang citra guru yang positif. Di masyarakat juga berkembang citra guru yang negatif yang membuat nilai guru di masyarakat menjadi rendah. Citra guru positif manupun negatif dalam masyarakat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yang mengakibatkan rendahnya citra guru disebabkan oleh faktor berikut:
1.      Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi guru asalkan berpengetahuan
2.      Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru
3.      Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru.
Secara rinci dari aspek guru rendahnya mutu guru menurut Sudarminta antara lain tampak dari gejala-gejala berikut:
1.      Lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan.
2.      Ketidaksesuaian antara bidang studi yang dipelajari guru dan yang dalam kenyataan di lapangan yang diajarkan.
3.      Kurang efektifnya cara pengajaran.
4.      Kurangnya wibawa guru di hadapan murid.
5.      Lemahnya motivasi dan dedikasi untuk menjadi pendidik yang sungguh-sungguh; semakin banyak yang kebetulan menjadi guru dan tidak betul-betul menjadi guru.
6.      Kurangnya kematangan emosional, kemandirian berpikir, dan keteguhan sikap sehingga dari kepribadian mereka sebenarnya tidak siap sebagai pendidik; kebanyakan guru dalam hubungan dengan murid masih hanya berfungsi sebagai pengajar dan belum sebagai pendidik.
7.      Relatif rendahnya tingkat intelektual para mahasiswa calon guru yang masuk LPTK (Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan) dibandingkan dengan yang masuk Universitas.[15]
Faktor-faktor yang mempengaruhi citra guru yaitu:
1.      Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan
2.      Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru
3.      Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru.[16]
Dari uraian di atas, diketahu rendahnya citra guru di masyarakat saat ini. Untuk meningkatkan citra guru di masyarakat seorang guru harus memperhatikan beberapa hal. Beberapa hal tersebut adalah untuk membentuk guru profesional yang mampu memenuhi keinginan masyarakat. Citra guru profesional harus ada dalam seorang guru agar nilai atau citranya di masyarakat menjadi lebih layak. Maka seorang guru harus profesional dalam melakoni pekerjaannya sebagai pendidik.
Profesionalisme merupakan gabunagn dari beberapa kompetesi dalam sebuah jabatan baik yang berbentuk pengetahuan maupun keterampilan, profesi tidak akan berhasil dijalankan apabila tidak mempunyai kompetensi, dalam hal ini kompetensi itu merupakan alat yang dapat membantu seseorang melaksanakan tugasnya dengan mudah. Profesionalisme merupakan motivasi instrinsik yang ada pada diri seseorang sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya menjadi tenaga professional. Motivasi instrinsik tersebut akan berdampak pada munculnya etos kerja yang unggul (excellen) yang ditujukan dalam lima bentuk kerja sebagai berikut:
1.      Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal
2.      Meningkatkan dan memelihara citra profesi
3.      Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan professional
4.      Mengejara kualitas dan cita-cita dalam profesi
5.      Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.[17]




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Citra guru profesional adalah gambaran seorang guru yang telah profesional atau ahli dalam menekuni bidangnya sebagai pendidik. Citra guru profesional tercermin dari bagaimana seorang guru melakoni peran, fungsi, dan juga tugasnya. Citra guru terbentuk dari berbagai faktor, bisa dari faktor kepercayaan masyarakat terhadapnya, faktor tugas dan tuntutan, juga faktor perkembangan zaman.
Citra guru pada masyarakat tradisional sebagai orang suci yang mampu mengetaskan buta huruf. Guru dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang memberikan ilmu atas dasar keikhlasan, sehingga gaji dan kesejahteraan guru sering diabaikan. Seorang yang mampu mengajarkan baca, tulis dan hitung pada anak sudah mendapat kepercayaan dan predikat sebagai guru pada masyarakat tradisional.
Sedangkan pada masyarakat modern guru tidak hanya mampu mengajarkan baca, tulis, dan hitung. Lebih dari itu, pada masyarakat modern citra guru banyak dipengaruhi oleh harapan masyarakat terhadap guru yang mampu membentuk karakter putra-putrinya. Guru pada masyarakat modern dianggap sebagai seorang yang mencetak generasi bangsa, sehingga tuntutan guru sebagai tenaga ahli kependidikan menjadi lekat dengan citra guru.
Citra guru pada masyarakat muncul karena beberapa faktor. Rendahnya citra guru di masyarakat disebabkan karena kurangnya kemmapuan guru sebagai tenaga pendidik, sehingga peran guru sering diremehkan oleh masyarakat karena guru belum mampu memenuhi keinginan masyarakat. Yang dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menjadi guru profesional yang memenuhi kompetensi dan keinginan masyarakat. Dengan begitu citra guru di masyarakatpun menjadi lebih baik dengan guru sebagai tenaga profesional kependidikan.
B.     Saran
Sebagai guru mari berlomba-lomba untuk meningkatkan kapasitas diri sebagai seorag guru. Membekali diri dengan berbagai kompetensi yang mendukung peran dan fungsi seorang guru di kehidupan masyarakat. Guru yang mampu berinovasi dan terus meningkatkan kapasitas dirinya sangat mungkin untuk mempertahankan eksistensinya di tengah perubahan zaman yang berkembang pesat.















DAFTAR PUSTAKA
Hosaini. 2019. Etika Dan Profesi Keguruan. Malang: CV Literasi Nusantara Abadi
Mahendra, Putu Ronny Angga. 2014. Citra Guru Profesional Kaitannya Dengan Kualitas Pendidikan, Jurnal Widya Acharya FKIP Universitas Dwijendra
Normawati, Syarifah., Anwar, Sudirman., dan Indramaya, Selpi. 2019. Etika dan Profesi Keguruan. Riau: PT. Indragiri Dot Com
Ritonga, Paruntungan., Siddik, Dja’far., dan Khadijah. 2017.  Urgensi Profesionalisme Guru Dalam Proses Pembelajaran Di MIS Nurul Siti Aisyah Ishak Delitua, vol. 1 No.3 Edu Religia
Sidiq, Umar. 2018. Etika dan Profesi Keguruan. Tulungagung: STAI Muhammadiyah Tulungagung
Suraji, Imam. 2008. Dinamika Profesi Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan, Cakrawala Pendidikan
Suyanto dan Jihad, Asep. Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi Dan Kualitas Guru di Era Global, cet. Ke-5


[1] Putu Ronny Angga Mahendra, Citra Guru Profesional Kaitannya Dengan Kualitas Pendidikan, Jurnal Widya Acharya FKIP Universitas Dwijendra, Oktober 2014, 55-56.
[2] Hosaini, Etika dan Profesi Keguruan, 31
[3] Syarifah Normawati, Sudirman Anwar, dan Selpi Indramaya, Etika dan Profesi Keguruan cet. Ke-1 (Riau: PT. Indragiri Dot Com, 2019),  139-140.
[4] Dr. Umar Sidiq, M. Ag, Etika dan Profesi Keguruan, cet. Ke-1 (Tulungagung: STAI Muhammadiyah Tulungagung, 2018), 28.
[5] Hosaini, Etika Dan Profesi Keguruan, cet. Ke-1 (Malang: CV Literasi Nusantara Abadi, 2019), 25.
[6] Dr. Umar Sidiq, M. Ag, Etika dan Profesi..., 29.
[7] Syarifah Normawati, dkk., Etika dan Profesi..., 141.
[8] Hosaini, Etika Dan Profesi..., 31.
[9] Imam Suraji, Dinamika Profesi Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan, Cakrawala Pendidikan, No. 1, Februari 2008, 31.
[10] Putu Ronny Angga Mahendra, Citra Guru Profesional...., 57.
[11] Syarifah Normawati, dkk., Etika dan Profesi..., 142.
[12] Dr. Umar Sidiq, M. Ag, Etika dan Profesi...,30.
[13] Putu Ronny Angga Mahendra, Citra Guru Profesional....,58.
[14] Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi Dan Kualitas Guru di Era Global, cet. Ke-5
[15] Dr. Umar Sidiq, M. Ag, Etika dan Profesi..., 31-32.
[16] Dr. Umar Sidiq, M. Ag, Etika dan Profesi..., 32-33.
[17] Paruntungan  Ritonga, Dja’far Siddik, dan Khadijah, Urgensi Profesionalisme Guru Dalam Proses Pembelajaran Di MIS Nurul Siti Aisyah Ishak Delitua, vol. 1 No.3 Edu Religia, September 2017, 480.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar