Minggu, 14 Mei 2017

LAPRAK UJI HEDONIK

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Acara
Uji Organoleptik Bahan Pangan
            Uji Kesukaan
            Uji Pembedaan Segitiga
B.    Hari/ tanggal
Rabu 12 Oktober 2016
C.   Tujuan
Tujuan Praktikum Uji Hedonik:
1.    Mampu melakukan uji kesukaan suatu bahan pangan
2.    Dapat mengisi boring uji kesukaan suatu bahan pangan
3.    Mampu menyelanggarakan uji kesukaan suatu bahan pangan
Tujuan Praktikum Uji Pembedaan Segitiga
1.    Dapat melakukan uji pembedaan segitiga
2.    Dapat menbuat borang uji pembedaan segitiga
3.    Dapat membuat tabulasi dan menganalisis data hasil uji pembedaan segitiga




























BAB II
METODE PERCOBAAN
A.    Alat dan Bahan
1.    Tahu                                  3 potong
2.    Roti tawar                          4 produk berbeda
3.    Minyak jagung
4.    Minyak kelapa sawit
5.    Minyak kedelai
6.    Cookies                             3 jenis berbeda
7.    Kompor                             1 buah
8.    Wajan                                1 buah 
9.    Pisau                                 1 buah
B.    Cara Kerja
Mempersiapakan alat dan bahan (4 jenis roti tawar berbeda, 3 potong tahu, minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan 3 jenis cookies)
Menggoreng 1 potong tahu dengan minyak jagung, 1 potong yang lain dengan minyak kelapa sawit, dan 1 sisa potongan tahu terakhir dengan minyak kedelai
Memberi kode pada tiap jenis tahu 624 untuk tahu yang digoreng dengan minyak jagung, 555 dengan minyak kelapa sawit, 284 dengan minyak kedelai, dan 4 jenis roti dengan kode 154, 291, 306, dan 787 sedang pada cookies dengan kode 458, 767, dan 201
28 orang panelis melakukan uji organoleptic 3 macam tahuu goreng dan 4 macam roti tawar
Menganalis hasil uji dan mengisi borang penilaian uji hedonic
Menetralkan indra pengecap dengan kumur
Mencoba 3 jenis cookies dengan kode
Mencatat hasil uji pada cookies













BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
A.    Hasi
i.              Hasil Uji Hedonik Roti Tawar
KODE PRODUK
Kriteria Penilaian

Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
154
2,72 (a)
3,04 (a)
2,64 (a)
2,60 (a)
291
3,96 (b)
3,16 (a)
3,32 (b)
3,80 (b)
306
4,52 (c)
3,76 (b)
4,16 (c)
4,52 (c)
787
2,76 (a)
2,80 (a)
2,52 (a)
2,20 (a)

ii.             Hasil Uji Hedonik Tahu Goreng
Kode Produk
Kriteria Penilaian

Warna
Aroma
Rasa
624
4,08 (c)
4,08 (c)
3,54 (c)
555
3,54 (b)
3,20 (b)
2,96 (b)
284
2,38 (a)
2,13 (a)
2,33 (a)

iii.            Hasil Uji Pembedaan Segitiga (Triangel Test)

PANELIS
COOKIES
458
767
201
Mutia yuliza
1
0
0
Siti aulia
1
0
0
Yulia rohman
1
0
0
Siti salamah
1
0
0
Akfina rizki
1
0
0
Ayu fauziyah
1
0
0
Arina zulfa
1
0
0
Zulfa fetty
1
0
0
Iga dwi
1
0
0
Ardhiani ayu
1
0
0
Laras putri
1
0
0
Fiki husna
1
0
0
Ika cita
1
0
0
Hafizhatunnisa
1
0
0
Miftahul Ni’maturrahmi
0
0
1
Iin arum sari
1
0
0
Dwi citra
1
0
0
Tantri ayu
1
0
0
Yusrina husnul
1
0
0
Erma sri
0
0
1
Desgita rica
1
0
0
Retno kusumo
1
0
0
Mualifah
1
0
0
Chindya eka
0
0
1
Agustaviani
0
0
1
Jumlah
21
0
4


B.    Pembahasan
Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya mengemukakan responnya yang berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Pengujian ini umumnya digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan. Oleh karena itu panelis sebaiknya diambil dalam jumlah besar, yang mewakili populasi masyarakat tertentu. Skala nilai yang digunakan dapat berupa nilai numerik dengan keterangan verbalnya, atau keterangan verbalnya saja dengan kolom yang dapat diberi tanda oleh panelis. Skala nilai dapat dinilai dalam arah vertikal atau horizontal (Kartika et al., 1988). Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaanya. Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal “suka“, dapat mempunyai skala hedonik seperti : amat sangat suka, sangat suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka “, dapat mempunyai skala hedonik seperti: amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka. Diantara agak suka dan agak tidak suka kadang kadang ada tanggapan yang disebut netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka (neither like nor dislike) (Soekarto, 1985). Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang ikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numeric ini dapat dilakukan analisis secara statistik. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonic sering digunakan untuk menilai secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir. Organisasi Pengujian Jumlah Panelis, Agak Terlatih: 20–25 Orang Tidak Terlatih: 80 Orang keatas (Soekarto, 1985).
Pada uji hedonic panelis diminta untuk mencob beberapa jenis roti tawar dan tahu yang digoreng dengan minyak berbeda yang telah disiapkan. Keempat jenis roti tawar yang digunakan untuk uji coba diberi kode 154, 291, 306 dan 787. Dan pada tahu digunakan 3 jenis tahu yang digoreng dengan jenis minyak berbeda, yaitu tahu dengan kode 624 digoreng dengan minyak jagung, sedangkan tahu dengan kode 555 digoreng menggunakan minyak kelapa sawit dan tekahir tahu dengan kode 284 digoreng menggunakan minyak kedelai. Dan kode 458, 767, 201 pada cookies. Pemberian kode pada tiap sampel bertujuan untuk memberi tanda pembeda anta sampel yang di uji.  Selama proses uji, panelis diharapkan untuk melakukan netralisasi indra pengecap dengan berkumur air. Setelah uji coba panelis diminta untuk mengisi formulir penilaian uji kesukaan. Borang penilaian uji hedonik di isi dengan penilaian sebagai berikut:
            1 = Sangat Tidak Suka
            2 = Tidak Suka
            3 = Agak Suka
            4 = Suka
            5 = Sangat Suka
            Dari hasil uji panelis terhadap 4 jenis roti tawar berbeda didapatkan hasil bahwa roti tawar dengan kode 306 memiliki nilai 4,52 warna paling disukai yang Nampak perbedaan nyata dibandingkan ketiga roti lainnya. Warna yang disukai setelahnya adalah roti tawar 291 dengan nilai 3,96 yang perbedaanya juga nampak nyata dibandingkan dengan ke dua sisa roti tawar  lainnya 154 dan 787 yang memiliki warna dan nilai yang hampir sama dan perbedaannya tidak Nampak nyata. Sedangkan pada panilaian aroma, roti tawar 306 mendapat nilai tertinggi 3,76 dan memiliki aroma paling berbeda nyata dibandingan ke tiga roti tawar lainnya 154, 291, dan 787 yang masing-masing mendapat nilai 3,04, 3,16, dan 2,80 yang memiliki perbedaan aroma yang tidak nyata. Pada rasa, tahu yang memiliki perbedaan rasa yang nyata dan mendapat nilai paling tinggi adalah roti tawar 306 dengan nilai 4,16. Disusul setelahnya roti tawar 291 yang juga Nampak perbedaan rasa yang agak nyata dengan nilai 3,32. Dan kedua roti tawar terakhir 154 dan 787 memiliki rasa yang hampir sama dengan nilai 2,64 dan 2,52. Dinilai dari tekstur tahu 306 merupakan roti tawar yang paling disukai dan memiliki perbedaan yang nyata dibandingkan roti tawar lainnya dengan nilai 4,52. Tekstur roti tawar yang juga cukup disukai adalah roti tawar 3,80 yang memiliki perbedaan tekstur yang berbeda dibandingkan kedua roti tawar lainnya. Roti tawar 154 dan 787 tidak menunjukkan perbedaan seknifikan dari segi tekstur dan mendapat nilai yang rendah atau kurang disukai dengan masing-masing nilai 2,60 dan 2,20. Secara keseluruhan roti tawar dengan kode 306 mendapat nilai tertinggi dalam arti panelis suka terhadap roti tersebut karena memiliki warna putih yang baik, aroma yang lebih harum dibandingkan lainnya, rasa yang lebih enak dan tekstur yang lebih halus. Roti tawar 291 agak disukai panelis karena warna, aroma, rasa dan tekstur yang dinilai baik oleh panelis. Sedangkan roti tawar 154 dan 787 mendapat nilai terendah atau tidak disukai panelis karena keduanya memiliki warna, aroma, rasa dan tekstur yang kurang sesuai dengan selera panelis. Perbedaan warna, aroma, rasa dan tekstur dari ke empat sampel roti tawar disebabkan karena perbedaan proses produksi baik itu bahan baku, proses produksi, dan cara pembuatan.
Hasil uji kesukaan pada tahu goreng didapatkan hasil bahwa tahu 624 mendapat nilai kesukaan terhadap warna tertinggi 4,08 yang perbedaannya Nampak begitu nyata dibandingkan dnegan kedua tahu lainnya. Selanjutnya tahu 555 mendapat nilai 3,54 agak disukai dan perbedaannya agak nyata. Dan tahu yang segi warnanya kurang disukai panelis adalah tahu 284. Sedangkan dari segi aroma ketiga tahu memiliki perbedaan aroma yang Nampak berbeda nyata. Namun, nilai kesukaan terhadap aroma tahu paling tinggi atau suka adalah tahu 624, disusul selanjutnya agak disukai adalah tahu 3,20 dan yang memiliki aroma kurang disukai adalah tahu 284 dengan nilai 2,13. Begitu juga pada segi rasa ke tiga sampel tahu memiliki perbedaan rasa yang Nampak nyata. Namun, rasa yang paling disukai adalah tahu 624 dengan nilai 3,54. Selanjutnya tahu 555 dengan nilai 2,96 tidak disukai panelis begitu pula tahu 284 yang mendapat nilai 2,33 atau tidak disukai panelis dari segi rasa. Perbedaan nyata dari ketiga sampel tahu tersebut disebabkan karena perbedaan jenis minyak yang digunakan untuk menggoreng yang memberi pengaruh pada warna, aroma dan rasa. Minyak goreng merupakan minyak yang dimasak bersama bahan pangan, atau dijadikan sebgai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan (Ketaren,2008).  Secara keseluruhan tahu yang disukai panelis menurut warna, aroma dan rasa adalah tahu 624 yang digoreng menggunakan minyak jagung. Minyak jagung dianggap sebagai minyak alternative pengganti minyak sawit karena diyakini mengandung lebih sedikit asam lemak jenuh. Minyak jagung juga mengandung sejumlah ubiquinone dan kadar tinggi alfa-tokoferol dan gamma-tokoferol (vitamin E) yang dapat melindunginya dari “ketengikan” oksidatif (Putri Dhahono,2015). Selanjutnya tahu yang agak disukai oleh panelis adalah tahu 555 yang digoreng menggunakan minyak kelapa sawit sehingga menghasilkan warna yang terang, aroma yang harum dan tidak tengik serta rasa yang cukup gurih. Pada minyak kelapa sawir, warna ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigen karoten yang larut dalam minyak. Bau dan flavor pada minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone ( Ketaren, 2008).  Dan tahu yang tidak disukai panelis adalah tahu 284 yang dengang menggunakan minyak kedelai. Minyak kedelai (soya oil) merupakan minyak yang diekstraksi dari biji kedelai berwarna cerah dan mempunyai flavor spesifik, bobot jenis 0,92, angka saponifikasi 192 dan angka iodon 130 (Makfoeld,2002).
Setelah melakukan uji hedonic panelis diminta untuk melakukan uji pembedaan segitiga dengan sampel 3 potong cookies. 2 cookies memiliki jenis yang sama dan satu cookies lainnya merupakan jenis cookies yang berbeda. Masing-masing cookies diberi kode berbeda sehingga panelis tidak dapat mengetahui dua jenis cookies yang sama keculai dengan cara uji organoleptiknya. Sehingga setiap panelis mencoba ke tiga sampel cookies secara bergantian dan diselingi dengan netralisasi indra pengecap dengan berkumur air. Setelah itu panelis diminta untuk mengisi borang penilaian dan mencantumkan satu jenis cookies berbeda diantara dua jenis cookies yan sama. Uji lainnya adalah uji segitiga (triangle test, yang sama seperti uji duo-trio tetapi tidak ada standar yang telah ditentukan dan panelis harus memilih satu produk berbeda (E.Book Pangan,2006). Uji segitiga (triangle) merupakan salah satu bentuk pengujian pembedaan pada uji organoleptic ataupun uji sensorik, dimana dalam pengujian ini 3 contoh sampel dengan rincian 2 sampel sama dan 1 sampel beda disajikan kepada panelis. Dalam pengujian duo trio menggunakan pembanding sedangkan dalam uji Triangel tanpa menggunakan pembanding. Uji triangle digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar sampel makanan yang disajikan baik dari warna rasa maupun bau. Dalam pengujian triangle panelis diminta untuk memilih salah satu sampel yang berbeda dari tiga sampel yang disajikan sehingga dapat diketahui perbedaan sifat antara ketiga samel tersebut (Soekarto, 1985).
Dari table hasil uji pembedaan segitiga dengan cookies didapatkan hasil bahwa 4 dari 21 orang panelis mengalami kesalahan dalam menentukan sampel yang berbeda.  21 orang panelis menyatakan bahwa cookies dengan kode 458 merupakan cookies yang berbeda diantara dua sampel cookie lainnya yang sama jenis. Sedangkan 4 orang panelis diantaranya menyatakan bahwa cookies dengan kode 201 berbeda dengan cookies 458 dan 767. Dari data yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa cookies 458 memiliki perbedaan yang nyata dari cookies 767 dan 201 yang merupakan satu jenis cookies yang sama. Hal tersebut terlihat dari banyaknya jumlah panelis yang memberi pilihan cookies berbeda dengan benar. Dengan jumlah total panelis 25 orang dan 21 orang panelis memberi jawaban yang benar maka, hasil tersebut melebihi standar statistic tingkat kesalahan yang dinyatakan bahwa batas minimum jumlah panelis yang memberi jawaban benar dari 25 orang panelis sejumlah 13 orang. Sehingga diketahui bahwa besar tingkat kesalahannya adalah 0,05 dan persentasi benar sejumlah 95%. Dari hasil uji juga didapatkan cookies dengan kode 458 merupakan cookies yang memiliki sifat organoleptic yang disukai panelis. Karena rasanya yang manis, terksturnya yang lembut serta aroamnya yang harum.

           

KESIMPULAN
a.    Pada praktikum uji kesukaan digunakan 4 jenis roti tawar berbeda yang diberi kode 154, 291, 306 dan 787. Juga menggunakan sampel tahu yang digoreng dengan jenis minyak yang berbeda, tahu dengan kode 624 digoreng dengan minyak jagung, tahu 555 digoreng menggunakan minyak kelapa sawit dan tahu 284 menggunakan minyak kedelai. Panelis mencoba semua sampel dan diminta untuk memberikan nilai pada sampel yang disukai. Sedangkan unutuk uji triangle digunakan 3 sampel cookies yang berbeda dengan dua sampel cookies yang sama yaitu cookies 767 dan 201 dan satu cookies 458 yang berbeda.
b.    Dari hasil uji didapatkan bahwa organoleptic pada tahu goreng 624 yang disukai panelis, sedangkan pada roti tawar yang disukai adalah roti tawar 306. Sedangkan pada hasil uji triangle didapatkan hasil bahwa cookies 458 berbeda nyata dengan kookies 767 dan 201. Dan cookies yang berbedalah yang banyak disukai oleh panelis.
































DAFTAR PUSTAKA
E.Book Pangan. 2006 PENGUJIAN ORGANOLEPTIK   (EVALUASI SENSORI) DALAM INDUSTRI PANGAN
Ketaren, S. 2008. Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. Edisi ke -1, UI Press: Jakarta
Kartika, B., P. Hastuti, dan W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Makfoeld, Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Kaninus. Yogyakarta
Putri Dhahono,I.S. 2015. Skripsi. Efek Lama Pemanasan Terhadap Perubahan Bilangan                                           Peroksida Minyak Goreng Yang Berpotensi Karsinogenik Pada Pedagang Gorengan Di Kelurahan Pasar Minggu. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta






 semoga bermanfaat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar